Selasa, 09 Desember 2014

Hut Uskup Agung untuk Penggalangan Dana Pembangunan Gereja


Ada hal yang istimewa dalam perayaan hari ulang tahun (HUT) Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus yang ke-65 pada tanggal 22 November 2014. Yakni,   bersyukur beramal. Paroki Stella Maris (DPP Stella Maris) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menggelar pesta syukur HUT Uskup Agus di Pondopo "Istana Rakyat" Rumah Dinas Gubernur Kalbar.

Acara diawali dengan misa dengan 15 orang imam konselebran dan uskup emeritus Mgr.Hieronymus Bumbun, ofmcap. Setelah misa diadakan acara ramah tamah.Dalam sambutannya Gubernur Kalbar Cornelis meminta agar umat Katolik menjaga kerukunan antar umat beragama dan terus memperkuat imannya untuk menghadapi tantangan hidup yang makin kompleks. "Kita patut bersyukur selama 10 tahun saya menjadi gubernur ini Kalbar aman, tidak ada konflik sosial yang menimbulkan korban,"ujar Gubernur dihadapan1.300 umat yang hadir.

Selesai makan malam dilaksanakan lelang lukisan. Gubernur Cornelis mencoret di kanvas kemudian dilukis oleh Ibu Lisa, seorang pelukis, menjadi sebuah lukisan china yang indah. Lukisan ini dilelang secara tertutup kepada para hadiri yang hadir. Terkumpul dana hasil lelang Rp.106.000.000 dengan penawar tertinggi Rp.50.000.000-,. Penawar tertinggi inilah yang berhak mendapat lukisan tersebut.

Kemudian Bapak Karmelus, pemilik Universitas Bina Nusantara, menambahkan donasi sejumlah hasil lelang tersebut. Sehingga total dana yang terkumpul adalah Rp.210.000.000-,. Dari kolekte terkumpul dana Rp.18.000.000. Maka total dana yang dikumpulkan dari perayaan Mgr. Agus adalah Rp.228.000.000. Seluruh dana ini disumbangkan untuk pembangunan gereja.

Drs. Hermanus Abeh, Ketua DPP Stella Maris bersama ketua Panitia Pembangunan Gereja Sekundus dan juga Emiliana, ketua panitia perayaan syukur Mgr.Agus, atas nama umat paroki Stella Maris mengucapkan banyak terima kasih atas sumbangan dan partisipasi umat dalam perayaan misa dan penggalangan dana tersebut.

Berikut beberapa hasil bidikan lensa Edi V.Petebang, humas Panitia Pembangunan, dalam misa tersebut.

Suasana misa
Persembahan umat Stella Maris yang multi etnis

Penyerahan lukisan kepada pemenang lelang

Uskup, Gubernur dan sejumlah tokoh yang hadir

Inilah panitia yang bekerja keras menyiapkan acara ini




Jumat, 17 Oktober 2014

Pesan Paus Fransiskus pada Hari Minggu Misi Sedunia ke-88



Oleh Fr.Leonardus Laratmase, MSC
 
Berikut ini beberapa pokok rangkuman Pesan Paus Fransiskus pada hari minggu misi sedunia ke-88. Pertama, bagi Paus Fransiskus hari minggu misi sedunia merupakan momen bagi semua orang beriman untuk terlibat dalam doa dan aksi solidaritas konkrit untuk mendukung Gereja-Gereja muda di tanah-tanah misi. 

Kedua, Paus mendasarkan pesannya pada teks Lukas tentang kembalinya 72 murid. Para murid dipenuhi dengan sukacita. Karena kuasa yang mereka miliki mampu membebaskan orang-orang dari roh-roh jahat. Namun menurut Paus, pengalaman kasihlah yang mesti menjadi sumber sukacita. Hal ini mendorong Yesus untuk mengajak para murid-Nya untuk bersyukur karena nama mereka tercatat di surga.
Ketiga, bagi Paus Fransiskus sukacita perlu dilihat dalam perspektif trinitas. Bapa adalah sumber sukacita. Putera, Yesus Kristus, adalah manifestasi sukacita itu dan Roh Kudus adalah pemberi sukacita itu. Oleh karena itu hari minggu misi sedunia merupakan perayaan rahmat dan sukacita. Disebut perayaan rahmat karena Roh Kudus diutus Bapa untuk memberi hikmat dan kekuatan bagi umat beriman. Disebut perayaan sukacita karena Yesus diutus Bapa untuk mewartakan Injil kepada dunia, mendorong dan menyertai usaha-usaha misioner kita.
Keempat, menurut Paus Fransiskus akibat dari konsumerisme adalah kesedihan dan kecemasan yang lahir dari hati yang puas diri dan tamak; gelisah kaerna pencarian akan kenikmatan-kenikmatan yang dangkal dan hati nurani yang tumpul. Di tengah situasi ini, diperlukan penegasan identitas murid Yesus. Bagi Paus Fransiskus, para murid Yesus adalah mereka yang membiarkan dirinya ditangkap oleh kasih Yesus dan dimeteraikan oleh api kerinduan demi Kerjaan Allah dan proklamasi sukacita Injil. Oleh karena itu para murid dipanggil untuk menghayati sukacita evangelisasi. Mereka bertugas untuk mengungkapkan sukacita itu dalam bentuk suatu perhatian untuk mewartakan Kristus di daerah-daerah yang paling jauh; juga mengunjungi daerah-daerah pinggiran di wilayah mereka secara teratur.
Kelima, Paus Fransiskus mengajak semua orang beriman untuk menyalakan kembali niat dan kewajiban moral. Paus kemudian menegaskan bahwa bantuan keuangan merupakan tanda persembahan diri pertama-tama kepada Tuhan dan kemudian kepada sesama.

Senin, 13 Oktober 2014

Mohon dukungan dana dan meterial...


Bagaimana dan Mengapa Kita Menghormati Bunda Maria?

Sebagai orang Katolik, kita harus mengenal bagaimana peranaan Bunda Maria dalam Gereja, karena Maria adalah Bunda Gereja. Kita tidak dapat melihat kedudukan Bunda Maria dengan perasaan kita, tetapi kita harus mengacu kepada tafsiran Gereja dan tafsiran Kitab Suci. Orang Katolik menghormati Bunda Maria, fakta ini menimbulkan pertanyaan bagi sebagian orang, batu sandungan, kadang-kadang menjadi bahan tuduhan dari saudara-saudari kita yang berkepercayaan lain. Dari kritikan ini mengakibatkan begitu banyak orang Katolik yang tidak tertarik lagi untuk menghormati Bunda Maria bahkan meninggalkan Gereja Katolik.

Tuduhan-tuduhan yang sering kita dengar antara lain: orang Katolik menghormati Bunda Maria secara berlebihan, atau orang Katolik menyembah Maria, atau orang Katolik menyembah patung. Menghadapi pertanyaan- pertanyaan seperti ini, kita tidak bisa hanya membiarkannya berlalu begitu saja atau melarikan diri, tetapi kita harus berusaha menjawabnya sambil merenung apakah penghormatan kita kepada Bunda Maria sudah benar atau salah. 


SYARAT-SYARAT PENGHORMATAN KEPADA BUNDA MARIA
Dalam penghormatan kepada Bunda Maria, kita berpedoman pada empat sifat, yaitu:
1. Penghormatan kepada Bunda Maria harus berdasarkan Kitab Suci
Dalam Kitab Suci memang tidak ada satu ayat pun yang menyuruh kita untuk menghormati Bunda Maria. Akan tetapi dalam Injil Lukas 1:26-38 dan ayat paralelnya, kita menemukan dasar mengapa kita menghormati Bunda Maria. Dasar-dasar dalam menghormati Bunda Maria antara lain:


• Bunda Maria terlibat aktif dalam karya penebusan.
Seperti dalam dalam Injil Lukas, ketika Malaikat Gabriel menyampaikan pesan Allah kepada Bunda Maria bahwa ia akan melahirkan seorang laki-laki. ”Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamakan Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhurnya” (Luk 1:31-32). 


Bunda Maria dengan iman yang penuh, pasrah kepada Allah dan hanya menjawab: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1:38). Di sinilah Bunda Maria menerima tugas untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan. Seluruh hidup Bunda Maria diabdikan kepada karya penebusan. Apa yang dibuat oleh Bunda Maria? Bunda Maria mengandung dan kemudian melahirkan Sang Penebus, dan sebagai akibatnya ia harus mengungsi ke Mesir. Kemudian Bunda Maria harus membesarkan anaknya itu yaitu Tuhan Yesus, dengan segala kebutuhan-Nya. Dengan demikian Bunda Maria terlibat penuh dalam karya penebusan.

• Bunda Maria merupakan seorang kudus yang besar
Dalam Gereja katolik kita menghormati orang-orang kudus karena mereka merupakan karya tangan Tuhan yang penuh dan kaya akan rahmat. Bunda Maria adalah yang terkudus dari para kudus Bahkan sejak dalam kandungan Santa Anna, ia sudah dipersiapkan oleh Allah sebagai ibu penyelamat. Maka pantaslah kita menghormatinya sebagai karya tangan Allah yang istimewa. Dikatakan oleh malaikat: “Salam hai engkau yang dikarunia, Tuhan menyertai engkau.” Suci artinya dikaruniai oleh Tuhan. 


Orang dijadikan suci bukan karena karya manusia, doa manusia, kepandaian, tetapi pertama-tama oleh karena karunia Tuhan. Dari dalam diri manusia dibutuhkan suatu jawaban yang serius akan rahmat Tuhan yang istimewa ini, karena rahmat membutuhkan kerja sama dengan usaha manusia, tetapi yang menjadi penggerak utama adalah rahmat Tuhan. Ketika malaikat mengatakan “salam hai engkau yang dikaruniai Tuhan”, di sinilah malaikat mengakui bahwa Maria adalah orang yang kudus.

2. Penghormatan kepada Bunda Maria harus sesuai dengan liturgi/ibadat
Pusat ibadat/liturgi dalam Gereja Katolik hanyalah satu, yaitu Allah sendiri melalui Putra-Nya, Yesus Kristus. Segala penghormatan kita harus sampai kepada Allah, menghormati Bunda Maria tidak hanya sampai pada Maria itu sendiri, agar tidak mengambil arti atau mengambil kesimpulan singkat bahwa kita menjadikan Bunda Maria sebagai Allah. Kita harus menghormati Bunda Maria supaya ia menghantar kita kepada Allah, permohonan kita dapat sampai kepada Allah. 


Hanya Allah saja yang Mahakuasa, di luar Allah tidak ada yang mahakuasa. Puncak dari ibadat/liturgi dalam Gereja Katolik adalah Ekaristi. Dalam ajaran Gereja Katolik, tidak pernah Ekaristi diperalatkan atau diganti demi dan untuk menghormati Maria. Misalnya: jangan sampai kita yang percaya akan keagungan Ekaristi, kita mengikuti misa, tetapi sepanjang misa kita berdoa rosario. Jikalau dalam perayaan Ekaristi, pusatnya hanyalah Tuhan Yesus, jangan sampai kita berkata dan berbangga bahwa sepanjang Ekaristi kita dengan tekun berdoa rosario, hal itu salah; atau sesudah menerima komuni kudus kita menyanyikan lagu-lagu Maria, misalnya menyanyikan lagi Ave Maria. Itu berarti kita tidak menyadari Yesus yang sudah hadir di dalam hati kita dan juga mengurangi nilai Ekaristi. Hal seperti inilah yang membuat kita dianggap menyembah Bunda Maria.

3. Penghormatan kepada Bunda Maria harus Ekuimenis artinya tidak menghambat persatuan umat Katolik dengan Allah
Sebagai orang Katolik kita harus berusaha supaya penghormatan kepada Bunda Maria membantu atau membawa kita untuk bersatu dengan Allah. Akan tetapi kita tidak boleh meninggalkan Maria demi ekuimenis. Ekuimenis artinya apa? Ada orang mengatakan ekuimenis itu menyesuaikan diri. Lalu siapa yang harus menyesuaikan diri.... orang Katolik! Tidak perlu memakai Maria dalam arti sebagai perantara, misa kudus, pengakuan dosa, ini bukan ekuimenis. 


Ekuimenis artinya bersama-sama menampilkan diri seperti keyakinan kita masing-masing supaya dengan saling mengenal, kita mencari iman yang sejati untuk sampai kepada Allah, yang harus satu ialah imannya dan tidak boleh melepaskan pokoknya, yaitu Ekaristi. Menghormati Bunda Maria juga merupakan pokok iman sehingga jikalau kita melepaskan Bunda Maria atau tidak menghormati Bunda Maria berarti bukan ekuimeni dan bahkan dapat dikatakan bahwa kita tidak setia kepada Tuhan Yesus. Mengapa...? Karena Ia telah menyerahkan Bunda Maria kepada Yohanes murid-Nya dan kita juga merupakan murid Kristus. 

Akan tetapi, di sini jangan sampai terkesan bahwa kita menyamakan Bunda Maria dengan Yesus. Maria tetap sebagai ciptaan dan Yesus sebagai pencipta. Jikalau ada orang yang setiap hari berdoa tiga kali rosario, tetapi pada hari Minggu tidak pergi mengikuti perayaan Ekaristi, maka itu penghormatan yang salah dan sesat. Bunda Maria hanya mau dan menghendaki untuk membawa kita kepada Yesus dan Bunda Maria tidak pernah membuat atau mendirikan kerajaannya sendiri di dunia ini.

4. Penghormatan kepada Bunda Maria harus antropologis
Antropos artinya manusia. Antropologis artinya disesuaikan dengan perkembangan manusia. Ada orang yang menanyakan apakah mungkin penghormatan kepada Bunda Maria masih relevan atau sesuai dengan perkembangan wanita modern sekarang? Bunda Maria itukan wanita yang kolot, tinggal di desa, dan tidak memiliki pengetahuan. Sedangkan wanita modern sekarang tinggalnaya di kantor, di sekolah, dan lain-lain. Di sini bukan dilihat dari itu semua, tetapi kita melihat sifat dan pribadi dari Bunda Maria itu sendiri. Ia adalah seorang hamba Allah yang setia dan sebagai teladan dalam iman kepada Allah. 


Dalam diri Bunda Maria kita juga menemukan suatu sifat kewanitaan yang sungguh-sungguh setia dan seorang ibu yang penuh perhatian serta sabar dalam menanggung penderitaan. Untuk menjadi contoh wanita modern, Bunda Maria tidak bisa dihilangkan begitu saja. Banyak wanita modern sekarang yang ingin demokrasi dalam keluarganya, tidak mau hanya sebagai pendengar dan pelaksana, tetapi ingin menentukan jalannya keluarga itu, bahkan ikut berperan dalam pertanggungjawaban perkembangan keluarga. Memang ini merupakan sesuatu yang sangat baik. 

Lalu apakah kebebasan seperti itu terdapat pula dalam diri Bunda Maria? Bunda Maria bahkan menerima tanggung jawab yang sangat besar yang melebihi karya dan tanggung jawab wanita sekarang, yaitu ingin menjadi ibu Sang Mesias yang datang menyelamatkan manusia. Bukankah ini merupakan suatu tugas yang sangat berat yang harus dilaksanakan Bunda Maria. Ketika Bunda Maria dan Santo Yusuf mempersembahkan Yesus di Bait Allah, Simeon bernubuat bahwa sebilah pedang akan menembus jiwanya. Bukankah ini merupakan sesuatu tugas yang berat? Akan tetapi Bunda Maria Menyimpan semuannya itu di dalam hatinya. Bunda Maria merupakan salah satu tokoh atau pribadi yang patut diteladani atau dihormati oleh setiap orang khususnya orang Kristen.

PENUTUP
Bunda Maria telah mengambil bagian dalam karya keselamatan melalui imannya. Anak Allah sebagai Juru Selamat diterimanya terlebih dahulu dalam hatinya kemudian dalam rahimnya sebagaimana ketika ia menjawab “ya” kepada kabar keselamatan dari Allah melalui Malaikat Gabriel. Ini bukan berarti Allah menghendaki agar pelaksanaan karya keselamatam tergantung pada manusia melainkan bahwa menurut rencana Allah bahwa manusia pada gilirannya berkat rahmat Ilahi akan mengimani keselamatan. Dalam “ya” yang penuh kepercayaan itu, Bunda Maria menerima keselamatan bagi semua umat manusia. 


Oleh karena itu jangan sampai kita menjadikan Bunda Maria sebagai tukang pos, dalam arti tolong sampaikan permohonan saya kepada Tuhan Yesus. Banyak orang mengormati Bunda Maria dengan membanjirinya melalui doa permohonan dan permintaan yang lainnya. Jikalau doa permohonan kita ingin dikabulkan, kita harus kembali atau melihat dalam Injil Yohanes tentang perkawinan di Kana. Bunda Maria mengatakan kepada pelayan-pelayan supaya lakukan apa yang diperintah oleh Tuhan Yesus. Sehingga hal yang sama juga pada kita, jikalau doa permohonan kita ingin dikabulkan maka kita harus menjalani apa yang diperintah oleh Tuhan Yesus kepada kita, yaitu melalui ajaran-ajaran-Nya baik itu melalui ajaran resmi Gereja maupun apa yang ditulis oleh para rasul dalam Kitab Suci.***

Bartholomeus Arosi, dari berbagai sumber

Pontianak, 14 Oktober 2014

Rabu, 17 September 2014

IBADAH KELUARGA SEBAGAI SEKOLAH IMAN

Permenungan selama Minggu I Bulan Kitab Suci

Minggu kedua dalam bulan Kitab Suci ini, kita diajak untuk merenungkan tentang IBADAH KELUARGA SEBAGAI SEKOLAH IMAN. Teks Kitab Suci yang akan kita renungkan yakni Ul. 6:20-25. Berikut ini beberapa pokok untk membedah teks ini.
    1. Pendidikan Anak dalam Agama Yahudi
Salah satu konteks Ul. 6:20-25 yakni Pendidikan Anak dalam Agama Yahudi. Orang-orang Yahudi sangat menekankan pendidikan anak. Dasar Alkitabiah dari pendidikan ini yakni, Perintah Allah, “Hormatilah Ibu dan Bapamu” dan juga Musa yang meminta kepada para orang tua untuk mengajarkan Kasih di rumah (Ul. 6:6-9). Sejak dini orang tua Yahudi telah menanamkan nilai-nilai agama kepada anak. Sebelum anak dapat berbicara, orang tua telah memperkenalkan mereka pada mezuzah yang berarti pintu rumah. Di rumah orang Yahudi tertempel kotak kecil, mezuzot yang berisi kutipan Ul. :6:4-9. Sang ayah bertugas untuk mengajarkan taurat dan kitab para nabi untuk anaknya. Kalau ia tidak mampu, ia dapat menyewa seorang rabi. Orang tua atau rabi mesti mendidik secara serius. Di samping itu dituntut teladan hidup yang turut menegaskan apa yang diajarkan. Sehingga pada umur 13 tahun, anak-anak Yahudi pantas disebut sebagai “Anak Taurat”
     2. Perjamuan Paskah
Pernyataan “anakmu bertanya kepadamu” menggemakan kembali ritual paskah Yahudi (Kel. 12:26-27). Ada dua pokok acara dalam Ritual Paskah Yahudi yakni makan roti tidak beragi (Matzoth) dan danging domba mengenangn pembebasan dari Mesir. Di dalam perayaan itu ada bagian tentang pengajaran iman bagi anak-anak Yahudi. Mereka dididik untuk memandang Perjamuan Paskah sebagai pengenangan akan tindakan Pembebasan Israel dari Mesir oleh Allah. Di sini tergambar dengan jelas bahwa Pendidikan iman dalam umat Yahudi memiliki peran yang sentral.
     3. Alasan Perjamuan Paskah
Ul. 6:20-25 merupakan alasan yang mesti disampaikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka. di dalam teks tersebut, Musa mengingatkan orang tua untuk mengajarkan pada anak-anaknya tentang peristiwa eksodus Israel dari Mesir. Dahulu mereka adalah budak bangsa Mesir (ay. 21). Mereka diperlakukan secara tidak adil dan menderita. Allah memandang ketidakadilan dan penderitaan bangsa Israel. Ia membebaskan mereka dengan berbagai mukjizat (ay. 22). Ia menuntun mereka ke Kanaan, tanah yang dijanjikan-Nya kepada leluhur bangsa Israel. Oleh karena itu mereka harus setia pada Allah (ay. 24). Mereka diminta untuk taat pada ketetapan dan perintah Allah. Mereka mesti beribadah kepada Allah. Bagi Musa tujuan pengajaran iman tersebut yakni supaya hidup mereka berkenan Allah (ay. 25). 
Teks Ul. 6:20-25 masih menjadi bagian dari Ul. 6:1-25 yang membahas tentang perintah untuk mengasihi Allah. Bagi Musa, segala tindakan Allah dalam rangakaian pembebasan Israel dari Mesir sampai masuknya Israel ke Kanaan merupakan ungkapan kasih-Nya. Maka Musa memerintahkan bangsa Israel untuk mengasihi Allah secara total; segenap hati, jiwa dan kekuatan (ay. 5). Musa menghendaki agar kasih Allah menjadi pokok pegajaran iman iman. Keluarga-keluarga Israel mesti berbicara tentang kasih Allah secara secara kontinu (ay. 7). Musa bahkan menyatakan bahwa perintah kasih Allah ditulis pada pintu rumah dan pintu gerbang jubga diikat pada tangan, ditempel pada dahi (ay. 8) Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa seluruh hidup bangsa Israel ungkapan dari kasih pada Allah. Di dalamnya, pendidikan iman pada anak dilaksanakan sebagai tindakan konkret dari kasih mereka kepada Allah. Pokok iman yang diajarkan orang tua bukan saja merupakan tanggung jawabnya, tapi penghayatan kasih personal mereka pada Allah.
     4. Keluarga Sebagai Sekolah Iman
Yang kita bisa pelajari dari bangsa Israel yakni Keluarga adalah sekolah iman. Di dalam keluarga terjadi proses pendidikan iman. Pendidikan iman mesti berdasarkan kehidupan konkret. Yang dibahas bukan semata doa dan ajaran Gereja, Kitab Suci tapi juga refleksi iman dari pengalaman harian. Di dalamnya, keluaga belajar menyadari dan merasakan karya Allah dalam sekolah dan pekerjaan atau kegiatan lainnya. Karya Allah itu ditemukan juga dalam diri orang lain dan diri  sendiri. Dari Refleksi itu, setiap anggota keluarga belajar untuk bersyukur, memperbaiki kesalahan, melaksanakan niat-niat baik. Sehingga iman menyatu dengan hidup konkret. Semangat dari proses pendidikan iman di dalam keluarga adalah KASIH. Orang tua mendidik anaknya mesti didorong oleh KASIH. Yang diajarkan mesti KASIH. Yang ditemukan dari pengalaman konkret juga mesti KASIH.

Frater A'iz, MSC

Minggu, 14 September 2014

Misa Perdana dan Pelantikan DPP Stella Maris

Pengumuman untuk umat Paroki Stella Maris:
1. Hari Sabtu,20 Sep.2014 pukul 18.00 wib akan dilaksanakan misa perdana Pastor Melki, MSC di Gereja Stella Maris.Setelah misa dilanjutkan acara ramah-tamah dengan umat di Gedung Paroki.

2. Hari Minggu 21 Sep.2014 pukul 08.00-selesai akan dilaksanakan Pelantikan Pengurus Dewan Paroki Stella Maris oleh Mgr.Agustinus Agus; sekaligus misa perdana Mgr.Agus di paroki kita. Umat diundang untuk mengikuti misa ini. Setelah misa dilanjutkan acara ramah-tamah dengan umat di Gedung Paroki.

(ttd seksi komsos dpp)

Minggu, 07 September 2014

Persiapan Pembentukan DPP Baru

Dewan Pastoral Paroki (DPP) Stella Maris periode 2011-2014 akan segera berakhir masa pengabdiannya. Untuk itulah, telah dibentuk Tim Formatur yang diketuai Ibu Elisabet Maran. Tim Formatur sudah selesai menyusun kepengurusan DPP Stella Maris Periode 2014-2017.

Berikut foto-foto edi v.petebang merekam susana rapat pleno pembentukan Pengurus DPP Stella Maris 2014-2017.



KELUARGA SEBAGAI TEMPAT KEHADIRAN ALLAH


Permenungan selama Minggu I Bulan Kitab Suci
Oleh Fr.Leonardus Laratmase MSC (fr.Ay's)

Minggu Pertama dalam bulan Kitab Suci ini, kita diajak untuk merenungkan tentang KELUARGA SEBAGAI TEMPAT KEHADIRAN ALLAH. Kisah Abraham dan Ketiga Tamunya (Kej. 18:1-15) diajukan sebagai bahan permenungan kita. Abraham sedang beristirahat di kemahnya. Ia mendapat tiga orang tamu. Bagi orang pengembara seperti Abraham, tamu merupakan kehormatan bagi keluarga. Oleh karena itu Abraham menunjukkan sikap hospitalitas yang luar biasa, walaupun ia tidak mengenal mereka. Abraham berlari menyongsong ketiga tamu itu. Ia menyapa mereka sebagai ‘tuan’ dan menyebut dirinya sebagai ‘hamba’. Ia sujud menghormati mereka sampai ke tanah. Ia menawarkan air pada mereka untuk membasuh kaki. Ia kemudian mengadakan jamuan mewah bagi mereka dengan hidangan yang terbaik. Ada roti bundar pipih anak lembu yang empuk dagingnya dan dadih, air susu sapi yang dikentalkan.
Hospitalitas Abraham sungguh tulus. Ia memberikan pelayanan yang terbaik. Ia tampil sebagai seorang tuan rumah yang sangat bersahabat. Sampai ia tidak menyadari bahwa salah satu di antara ketiga tamunya adalah Allah. Sikapnya itu mendatangkan pembaharuan atas kabar sukacita yang telah disampaikan  Tuhan sebelumnya (Kej. 15:13-14; 17:19-22). Kini Allah merealisasikan kabar sukacita tersebut. Tahun depan setelah kunjungan tersebut, Abraham akan memperoleh seorang anak laki-laki.
Rupanya Sara meragukan realisasi kabar sukacita tersebut. Di dalam hatinya, Sara tertawa. Ketika ditanya oleh Allah, ia menyangkalnya. Secara manusiawi sikap Sara itu dapat dimengerti.  Abraham dan Sara sudah lanjut umurnya. Abraham sudah berumur 100 tahun sedangkan Sara berumur 99 tahun (Kej. 17:17). Seorang wanita di atas 50 tahun mengalami menopause. Sehingga mustahil baginya untuk memperoleh keturunan. Apalagi Sara yang sudah berumur 99 tahun. Sehingga tawa Sara hendak mengungkapkan ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi sebab aku telah lanjut usia’
Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Bukankah Allah itu Mahakuasa? Allah sanggup melaksanakan apapun yang dikehendaki-Nya. Allah telah menjanjikan keturunan kepada Abraham. Ia memegang teguh janji tersebut. Oleh karena itu Allah pasti melaksanakan. Realisasi janji Allah pada Abraham dan Sara menunjukkan bahwa sejak semula Ia setia pada perjanjian-Nya. Allah tidak mungkin mengingkari janji-Nya. Ia juga tidak akan mengkhianati manusia.
Hal penting yang dapat kita pelajari dari kasih kisah Abraham ini yaitu Allah senantiasa hadir dan menyertai kehidupan keluarga kita. Ia telah berkenan hadir di tangah-tengah keluarga kita. Allah hadir bukan secara pasif, melainkan secara aktif. Ia mengetahui setiap pergumulan atau masalah yang kita hadapi. Ia pasti memberikan solusi kepada kita. Ia mengenal harapan dan permohonan keluarga kita. Ia pasti menanggapinya. Dengan demikian Allah adalah Allah yang dekat dengan kita. Ia memang Immanuel. Ia senantiasa menyertai kita.
Oleh karena itu kita perlu meneladani sikap Abraham. Kita perlu secara aktif pula menanggapi kehadiran Allah. Kita perlu menyongsong dia untuk masuk ke dalam keluarga kita. Ia meminta agar Allah tinggal di tengah-tengah keluarga dan hati setiap anggota keluarga. Sejalan dengan itu, kita perlu menciptakan suasana keluarga supaya pantas menjadi bait Allah. Setiap anggota keluarga juga  perlu menjadikan hatinya agar pantas menyambut Allah.
Beberapa refleksi yang dapat menolong kita untuk membumikan Teks Kitab Suci di atas yakni:
1.      Pengalaman apakah yang membuat kita menyadari bahwa Allah sungguh-sungguh hadir dalam keluarga kita?
2.      Bagaimana Allah menolong keluarga kita dalam pergumulan? Ceritakanlah suatu pergumulan dalam keluarga?

Sumber: Diolah kembali dari Buku Pegangan Pendalaman Bulan Kitab Suci Nasional 2014

Sabtu, 30 Agustus 2014

Selamat Datang Uskup Agus...

Mgr.Agus menerima pallium dari Paus

Hari Kamis, 28 Agustus 2014 bertempat di Gereja Santo Agustinus, Sungai Raya, dilaksanakan misa akbar pengukuhan Mgr. Agustinus Agus Pr, sebagai Uskup Agung Pontianak. Misa dipimpin oleh Mgr.Bumbun.  Inti dari misa pengukuhan ini adalah pembacaan surat penunjukkan Mgr. Agus dari Paus Fransiskus sebagaiu Uskup Agung Pontianak oleh Dubes Vatikan. Surat itu kemudian diserahkan kepada Mgr. Agus. Selanjutnya diserahkan tongkat gembala yang baru kepada Mgr.Agus. Acara dilanjutkan dengan ritual misa seperti biasa. Selesai ada sejumlah sambutan dan ditutup dengan makan siang bersama.

Dalam khotbahnya Mgr.Bumbun, dengan menceritakan kisah ayah dan anak penunggang keledai yang tidak punya pendirian, selalu ikut perkataan orang, uskup putra Dayak Mualang ini berpesan agar Mgr. Agus punya pendirian, tidak mudah dipengaruhi umat ke sana kemari. "Dalam kunjungan saya ke umat, tidak selalu umat menyambut saya dengan kalungan bunga atau tari-tarian; kadang umpatan,"ujar Mgr. Bumbun.

Pallium Mgr.Agus
Penunjukan Mgr. Agus sudah lama dilakukan oleh Paus Fransiskus. Tepat hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus di Basilika Santo Petrus (29/6) Paus Fransiskus mengalungkan pallium kepada 24 uskup agung yang baru diangkat, termasuk di antaranya Mgr. Agustinus Agus. Mgr. Agus diplot Vatikan harus menggantikan Mgr. Hieronimus Bumbun OFMCap yang segera akan memasuki masa pensiun.
Pallium merupakan simbol yang hanya diberikan kepada Paus dan Uskup Agung.Kata pallium berasal dari kata bahasa Latin palla yang berarti ‘jubah wol’. Sesuai tradisi, seorang uskup agung baru akan menerima pallium pada hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus. Pallium itu boleh dikenakannya setiap misa selama masih aktif menjabat sebagai uskup agung. Ketika pensiun, pallium tidak akan dikenakan lagi. Demikian juga ketika seorang uskup agung dipindahkan ke wilayah keuskupan agung yang baru, dia akan dianugerahi pallium baru oleh Paus. Upacara pengalungan pallium oleh Paus dilakukan sebelum misa pukul 09.30 waktu Roma yang dihadiri tidak kurang dari 200 konselebran yang terdiri dari para uskup agung, kardinal, dan uskup. (http://www.mirifica.net/2014/07/04/pesan-paus-untuk-mgr-agustinus-agus-uskup-agung-baru-untuk-keuskupan-pontianak/)
Dalam misa itu Paus berpesan agar para uskup agung baru tersebut meneladani Petrus yang meletakkan keamanan dirinya pada Tuhan ketika dia merasa ketakutan akan kelemahannya sendiri. “Saya bertanya-tanya, para uskupku yang terkasih, apakah kita merasa takut? Apa yang kita takutkan? Dan jika kita takut, apa bentuk perlindungan yang kita cari di dalam hidup pastoral kita, dalam menemukan rasa aman?” demikian rentetan pertanyaan Paus terlontar dalam homilinya.

“Petrus mengalami bagaimana kesetiaan Tuhan selalu melebihi tindakan ketidaksetiaan kita, dan lebih kuat dari segala penyangkalan kita. Petrus menyadari bahwa kesetiaan Tuhan menghilangkan ketakutan kita dan jauh melebihi perhitungan manusia.”
Paus mengajak para uskup agung untuk mengingat Rasul Petrus yang mempercayakan diri sepenuhnya pada Tuhan. “Kepercayaan inilah yang mengenyahkan segala ketakutan, membebaskan kita dari perbudakan dan godaan duniawi. Petrus dipenuhi rasa penyesalan. Tetapi setelah mengakui kelemahannya, dia tidak mendasarkan pada kekuatan dirinya sendiri, melainkan menyerahkan dirinya pada kasih Yesus. Inilah saat dimana segala ketakutan, rasa tidak aman dan perasaan pengecut kita dihilangkan. Kesetiaan Tuhan jauh melebihi ketidaksetiaan kita. Tuhan tidak pernah menyangkal kita,” pesan Paus Fransiskus.
“Ikutlah Aku dengan kesaksian hidup yang ditempa oleh rahmat permandian dan kuasa suci. Ikutlah Aku dengan bercerita tentang Aku kepada sekelilingmu, setiap hari, di dalam pekerjaanmu, di setiap percakapanmu dengan teman-temanmu,”
Pada penutup homilinya, Paus berpesan agar kita meneladani Yesus dengan menyebarkan kabar suka cita terutama kepada mereka yang berkekurangan, supaya tidak ada seorang pun yang tidak mendengar sabda yang akan membebaskan kita dari setiap rasa takut dan membuat kita bisa mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Ikutlah Aku.”

Siapakah Mgr.Agus?
Mgr.Agustinus Agus
Mgr. Agustinus Agus lahir tanggal 22 OKtober 1949 di Lintang Pelaman, Kabupaten Sanggau (Kalbar). Ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 6 Juni 1977 dan terpilih menjadi Uskup di Keuskupan Sintang pada tanggal 29 Oktober 1999 menggantikan Mgr.Isaak Doera,Pr. Ia ditahbiskan menjadi Uskup pada 6 Februari 2000, dengan Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ sebagai Penahbis Utama. Duta Besar Vatikan untuk Indonesia kala itu, Mgr.Renzo Fratini dan Uskup Agung Pontianak, Mgr. Hieronymus Bumbun, OFM Cap menjadi  Uskup Ko-Konsekrator.
Selamat berkarya Monsigneur Agus untuk menggembalakan umat Katolik di kota Pontianak, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang.*
 
(edi v.petebang, seksi Komsos DPP stella maris)

Selasa, 03 Juni 2014

Mgr.Agus, Uskup Agung Pontianak yang baru

PAUS Fransikus pada hari Selasa, 3 Juni 2014 ini pula juga mengangkat Mgr. Dr. Agustinus Agus Pr sebagai Uskup Agung Pontianak menggantikan Mgr. Hieronimus Bumbun OFMCap yang mengajukan diri pensiun karena usia lanjut.

Tahta Suci juga menunjuk Mgr. Dr. Agustinus Agus Pr sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Sintang untuk batas waktu yang belum ditentukan. Pokoknya, sampai ada uskup baru untuk Diosis Sintang.
Mgr. Dr. Agustinus Agus selama ini adalah Uskup untuk Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat.
Sumber: http://www.mirifica.net/

Sabtu, 15 Februari 2014

Hari ini (16/2) Tancap Tiang Perdana Gereja Stella Maris

Pada hari ini (6/2) akan dilaksanakan penancapan tiang pertama pembangunan gereja Stella Maris.Acara akan diawali misa pukul 08.00 yang dipersembahkan Mgr.Hieronymus Bumbun OFM Cap. Selanjutnya pada pukul 10.00 wib akan dilaksanakan prosesi penancapan tiang pertama oleh Gubernur Kalbar Cornelis didampingi Mgr.Bumbun dan Walikota Pontianak Sutarmidji.
Gereja ini akan dibangun persis di belakang gereja lama. Bangunan gereja beraksitertur China dengan ornamen Dayak.

(Edi V.Petebang,Humas Panitia)