Senin, 25 November 2013

Tonggak Baru Gereja Stella Maris Dimulai

penyerahan sk oleh pastor paroki
Bertepatan dengan hari raya Kristus Raja Semesta Alam, di Paroki Stella Maris dicanangkan tonggak baru dalam sejarah perjalanan gereja katolik di wilayah KeuskupanAgung Pontianak yang tahun ini berusia 46 tahun. Pada hari ini, dalam Misa II Pastor Jefri A. Bogia MSC atas nama Uskup Agung Pontianak mengukuhkan kepanitia pembangunan gedung baru Gereja Stella Maris.

Acara diawali dengan pembacaan SK Panitia kemudian pengukuhan dan berkat dengan air kudus. Selanjutnya P.Jefri menyerahkan SK kepada semua panitia. Hampir seluruh panitia hadir dalam acara tersebut. Selesai misa pengkuhan, langsung tancap gas dengan mengadakan rapat panitia.

Panitia Pembangunan
Pastor Jefri, menyampaikan pesan Uskup, mengingatkan agar jangan hanya membangun fisik gereja, tetapi yang terutama adalah membangun rohani umat.

Biaya pembangunan gereja yang diperkirakan mencapai puluhan miliar ini akan ditanggung umat, para sponsor,baik individu maupun lembaga; baik di internal paroki Stella Maris maupun di luar. 

Rapat panitia
H.Abeh, Sekundus, P.Jefri, Panitia Inti

Direncanakan pada perayaan HUT Paroki tanggal 18 Februari 2014 akan dilaksanakan peletakkan batu pertama pertanda dimulainya pengerjaan pembangunan yang akan dilakukan Gubernur Kalbar Cornelis dan Uskup Agung POntianak Hieronymus Bumbun OFM Cap.
Selesai atau tidaknya pembangunan gereja ini sangat tergantung oleh umat sendiri. Mari kita bahu membahu, gotong royong untuk mewujudkan rumah Tuhan yang layak di Siantan.

Ed V.Petebang,seksi Humas Panitia

Minggu, 17 November 2013

Raker DPP Stella Maris 2013

2014 mulai dibangun gereja baru

Maju mundurnya perkembangan Geraja Katolik sangat ditentukan oleh keaktifan umatnya. Dalam konteks paroki, perkembangan paroki sangat ditentukan aktivitas, kreativitas para aktivis paroki. Yakni para pengurus dewan paroki, para pengurus kring/stasi/lingkungan serta kelompok-kelompok kategorial dalam paroki  seperti Orang Muda Katolik,Wanita Katolik, Mariage Encounter (ME), Persekutuan Doa, Legio Maria.

Menyadari kondisi tersebut,maka sudah menjadi tradisi di Paroki Stella Maris, Siantan, Keuskupan Agung Pontianak setiap akhir akhir tahun dilaksanakan Rapat Kerja (Raker) untuk menyusun program kerja tahun selanjutnya. Raker program kerja tahun 2014 dilaksanakan tanggal 16-17 November 2013 bertempat di Aula CU Stella Maris. Raker diikuti 60orang yang terdiri dari pengurus dewan paroki, utusan kelompok kategorian dan utusan pengurus kring/stasi.

Dalam Raker yang dimoderatori Edi V.Petebang dan Frans Masri tersebut selain dibahas program kerja tahun 2014, juga dilakukan evaluasi umum terhadap pencapaian dan kendala program tahun 2013. Beberapa catatan yang mengemuka adalah soal masih belum aktifnya beberapa pengurus kring, pembinaan kaum muda Katolik, pendalaman iman, pelayanan terhadap umat serta pendanaan kegiatan-kegiatan paroki.

Gereja Stella Maris, Siantan-Pontianak
Pastor Paroki Stella Maris, Jefri Adrianus Bogia, MSC dalam khotbahknya pada penutupan Raker memberikan apresiasi tinggi atas seluruh kegiatan paroki selama tahun 2013. Menurut Pastor Jefri, jika dibanding paroki lain dalam wilayah Keuskupan Agung Pontianak, Paroki Stella Maris patut berbangga karena lebih aktif dalam berbagai gereja. "Pencapaian, keaktifan umat ini harus terus dipertahankan karena Gereja tidak akan berkembang tanpa keterlibatan umat. Semua umat punya potensi yang pasti ada kontribusinya untuk Gereja,"harap Pastor Jefri yang mengikuti Raker ini dari awal hingga akhir.

Hermanus Abeh, ketua harian Dewan Paroki dalam sambutannya pada pembukaan Raker juga mengharapkan  agar lebih banyak lagi umat Paroki Siantan yang mengambil bagian dalam berbagai pelayanan, baik di kring, stasi maupun paroki. "Mari kita ajak tetangga, warga kita yang punya potensi untuk sama-sama aktif dalam berbagai kegiatan Gereja,"ujarnya.
 
Gereja Baru
Tahun 2014 akan dimulai gawai besar Paroki Stella Maris. Yakni pembangunan gedung gereja baru. Proses pembangunannya kini secara administratif sudah dimulai, sudah ada panita yang terbentuk. Direncanakan pada perayaan Hari Ulang Tahun Paroki Stella Maris bulan Februari 2014 akan dilaksanakan penancapan tiang pertama oleh Gubernur Kalimantan Barat Cornelis.

Pembangunan gereja yang menelan biaya miliaran tersebut sangat menuntut partisipasi akif umat. Umat akan dilibatkan penuh dalam pembangunan gereja ini; juga sangat diharapkan dukungan dari para sponsor.

Umat Paroki Stella Maris, mari kita berdoa agar rencana pembangunan ini dapat berjalan lancar dan kita mempunyai gereja yang lebih representatif.***

Edi v.Petebang, seksi Komsos DPP Stella Maris 

Kamis, 31 Oktober 2013

1 November: Hari Raya Semua Orang Kudus

Hari raya ini mula-mula dirayakan di lingkungan Gereja Timur untuk menghormati semua saksi iman yang mati bagi Kristus dalam usahanya merambatkan iman Kristen. Di lingkungan Gereja Barat, khususnya di Roma, pesta ini bermula pada tahun 609 ketika Paus Bonifasius IV merombak Pantheon, yaitu tempat ibadat kafir untuk dewa-dewi Romawi, menjadi sebuah gereja. Gereja ini dipersembahkan kepada Santa Maria bersama para Rasul. Dahulu di Roma hari raya ini biasanya dirayakan pada hari minggu sesudah Pentekosta. Lama kelamaan pesta ini menjadi populer untuk menghormati para Kudus, baik mereka yang sudah diakui resmi oleh Gereja maupun mereka yang belum dan yang tidak diketahui.

Pesta hari ini dirayakan untuk menghormati segenap anggota Gereja, yang oleh jemaat-jemaat perdana disebut "Persekutuan para Kudus", yakni persekutuan semua orang yang telah mempercayakan dirinya kepada Yesus Kristus dan disucikan oleh Darah Anak Domba Allah. Secara khusus pada hari raya ini kita memperingati rombongan besar orang yang berdiri di hadapan takhta Allah, karena mereka telah memelihara imannya dengan baik sampai pada akhir pertandingan di dunia ini, sehingga memperoleh ganjaran yang besar di surga.

Di antara mereka yang berbahagia itu teristimewa tampil para Santo-santa, Beato-beata sebagai perintis jalan dan penuntun bagi kita. Para kudus yang berbahagia di surga itu bersama Santa Perawan Maria, Bunda Gereja, mendoakan kita agar tekun dalam perjuangan dan tabah dalam penderitaan. Bersama mereka kita nantikan kebangkitan badan. Dan bila Kristus menyatakan diri dalam kemuliaan, kita akan menjadi serupa dengan Dia. Pada saat itulah terjalin kesatuan kita yang sempurna dengan Kristus dan dengan semua saudara kita. Para kudus itu berbahagia karena mereka telah mengikuti Kristus.

Kebahagiaan dan kemuliaan mereka tak bisa kita lukiskan dengan kata-kata manusiawi. Sehubungan dengan itu Santo Paulus berkata: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1Kor 2:9) Ganjaran yang diterimanya dari Kristus adalah turut serta di dalam Perjamuan Perkawinan Anak Domba Allah. Air mata mereka telah dihapus sendiri oleh Yesus. Tentang itu Yohanes menulis: "Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan perkawinan Anak Domba." (Why 19:9) "Dan Dia akan menghapus segala air mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau berdukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." Oleh sebab itu "Kita, mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita meninggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan kepada kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah." (Hibr 12:1-2).

copy-paste dari: http://www.imankatolik.or.id/kalender/1Nov.html

Ayo Partisipasi untuk PAO Natal 2013


Paroki Stella Maris akan menerbitkan PAO edisi Khusus Natal 2013 dan Tahun Baru 2014. Isinya adalah pesan Paskah Pastor Paroki, info paroki, seluruh bacaan, doa pembukaan, doa persembahan, doa penutup, daftar petugas liturgi, dan informasi Gereja lainnya. 

PAO edisi keempat ini akan dicetak 1.000 eksemplar. Untuk mengganti biaya cetak, selain kontribusi umat, Tim Penerbitan PAO dari Seksi Komunikasi Sosial DPP Stella Maris memberi kesempatan kepada Bapak/Ibu/Para Donatur untuk menyampaikan salam/ ucapan Selamat Paskah di PAO tersebut.

Adapun tarifnya sebagai berikut. - Sampul depan-dalam  Rp.8.000.000 - Sampul belakang-dalam Rp.600.000 - Sampul belakang-luar Rp.1.000.000 - Halaman dalam berwarna Rp.600.000-, - Isi (hitam putih) 1 hlm Rp. 400.000;  ½ halm Rp.200.000;  ¼ halm Rp.100.000-, - Iklan Baris: min.10 baris Rp.50.000

Penerbitan PAO edisi khusus ini juga sebagai salah satu upaya DPP Stella Maris mengumpulkan dana untuk membiayai kegiatan Paroki, seperti katekese, pewartaan, liturgi, pembinaan iman anak/ remaja, dan sebagainya. DPP Stella Maris mohon dukungan dan kontribusi umat agar penerbitan buletin PAO  ini bisa terwujud.  
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Penerbitan; yakni Sdri. Cici di Sekretariat Paroki (0561-883216/ email: parokisiantan@yahoo.com); Andika Pasti (081352067468); Edi v.Petebang (081345339946/email: epetebang@yahoo.com). Materi iklan diterima Tim PAO paling lambat tanggal 10 Desember 2013. Pembayaran bisa dilakukan setelah terbit melalui petugas yang ditunjuk atau langsung ke Bendahara Paroki Stella Maris (Ibu Nelly) di CU Stella Maris

Mari kita persiapan hati dan pikiran untuk menyambut Natal 2013.
Tim PAO Edisi Khusus Natal                             Mengetahui dan Menyetujui
                                                                   Ketua DPP/Pastor Paroki Stella Maris
Ttd,                                                                    ttd,
                                                                                   
Edi V.Petebang                                                P. Jeffri A. Bogia, MSC
Kordinator

Selasa, 08 Oktober 2013

Mengapa Mei dan Oktober Dirayakan sebagai Bulan Maria?


Oleh Stefanus Tay, MTS dan Ingrid Listiati, MTS

Secara tradisi, Gereja Katolik mendedikasikan bulan- bulan tertentu untuk devosi tertentu. Bulan Mei yang sering dikaitkan dengan permulaan kehidupan, karena pada bulan Mei di negara- negara empat musim mengalami musim semi atau musim kembang. Maka bulan ini dihubungkan dengan Bunda Maria, yang menjadi Hawa yang Baru. Hawa sendiri artinya adalah ibu dari semua yang hidup, “mother of all the living” (Kej 3:20).

Devosi mengkhususkan bulan Mei sebagai bulan Maria diperkenalkan sejak akhir abad ke 13. Namun praktek ini baru menjadi populer di kalangan para Jesuit di Roma pada sekitar tahun 1700-an, dan baru kemudian menyebar ke seluruh Gereja.

Pada tahun 1809, Paus Pius VII ditangkap oleh para serdadu Napoleon, dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan dari penjara. Paus berjanji bahwa jika ia dibebaskan, maka ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria. Lima tahun kemudian, pada tanggal 24 Mei, Bapa Paus dibebaskan, dan ia dapat kembali ke Roma. Tahun berikutnya ia mengumumkan hari perayaan Bunda Maria, Penolong umat Kristen.

Demikianlah devosi kepada Bunda Maria semakin dikenal, dan Ketika Paus Pius IX mengumumkan dogma “Immaculate Conception/ Bunda Maria yang dikandung tidak bernoda” pada tahun 1854, devosi bulan Mei sebagai bulan Maria telah dikenal oleh Gereja universal.

Paus Paulus VI dalam surat ensikliknya, the Month of Mary mengatakan, “Bulan Mei adalah bulan di mana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda Maria yang terberkati,” dan bulan Mei adalah kesempatan untuk “penghormatan iman dan kasih yang diberikan oleh umat Katolik di setiap bagian dunia kepada Sang Ratu Surga. Sepanjang bulan ini, umat Kristen, baik di gereja maupun secara pribadi di rumah, mempersembahkan penghormatan dan doa dengan penuh kasih kepada Maria dari hati mereka. Pada bulan ini, rahmat Tuhan turun atas kita … dalam kelimpahan.” (Paus Paulus VI, the Month of May, 1)

Sedangkan penentuan bulan Oktober sebagai bulan Rosario, berkaitan dengan pertempuran di Lepanto pada tahun 1571, di mana negara- negara Eropa diserang oleh kerajaan Ottoman yang menyerang agama Kristen, dan terdapat ancaman genting saat itu, bahwa agama Kristen akan terancam punah di Eropa. Jumlah pasukan Turki telah melampaui pasukan Kristen di Spanyol, Genoa dan Venesia. Menghadapi ancaman ini, Don Juan (John) dari Austria, komandan armada Katolik, berdoa rosario memohon pertolongan Bunda Maria.

Demikian jugaa, umat Katolik di seluruh Eropa berdoa rosario untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama- sama dengan banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto. Walaupun nampaknya mustahil, namun pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemudian, Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober. Kemudian penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Hari Raya Rosario Suci.

Demikianlah sekilas mengenai mengapa bulan Mei dan Oktober dikhususkan sebagai bulan Maria. Bunda Maria memang terbukti telah menyertai Gereja dan mendoakan kita semua, para murid Kristus, yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus menjadi anak- anaknya (lih. Yoh 19:26-27). Bunda Maria turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Kristus Putera-Nya, dan bekerjasama dengan-Nya untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir jaman.


Stefanus Tay, MTS dan Ingrid Listiati, MTS adalah pasangan suami istri awam dan telah menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria - Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat.
Disalin dari www. http://katolisitas.org

Selasa, 17 September 2013

Pengumuman Paroki 15 September 2013


Pengumuman Paroki Stella Maris
Minggu tanggal 15 Sepember 2013

  1. Pemakaman Katolik Batulayang sudah tidak lagi menjadi tempat pemakaman. Karena itu bagi umat yang memiliki keluarga yang dimakamkan di sana harap segera dipindahkan. Informasi lebih lengkap hubungi Pastor Paroki.  
  2. Kursus Persiapan Perkawinan ke-123 akan dilaksanakan tanggal 27-29 September 2013.Pendaftaran terakhir tanggal 21 September 2013 di Paroki Katedral Pontianak.
  3. Retret”Are you created for me” akan dilaksanakan pada tanggal 13-15 Oktober 2013 di Pertapaan Shanti Buana, Bengkayang dengan biaya Rp.350.000 per orang. Info selengkapnya di papan pengumuman gereja.
  4. Jadwal Kebaktian Kebangunan Rohani Katolik akan dilaksanakan tanggal 26 September 2013 pukul 18.30-selesai d Gereja Gembala Baik. Informasi  selengkapnya hubungi Sekretariat Paroki Stella Maris.
  5. Retret Pasutri Tulang Rusuk akan dilaksanakan pada hari Jumat-MInggu tanggal 27-29 September 2013 bertempat di Hotel Santika Pontianak. Informasi  selengkapnya hubungi Sekretariat Paroki Stella Maris.
  6. Weekend Choice akan dilaksanakan pada tanggal 4-6 Oktober 2013 di Wisma Imaculata Jalan AR.Hakim Pontianak. Informasi  selengkapnya hubungi Sekretariat Paroki Stella Maris.

Minggu, 15 September 2013

Bulan Kitab Suci 2013: Keluarga Bersekutu dengan Sabda

BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2013
KELUARGA BERSEKUTU DALAM SABDA
“Oleh karena berkat-Mu keluarga hamba-Mu ini diberkati untuk selama-lamanya” (2 Sam 7:29)
GAGASAN PENDUKUNG
Oleh : Paskalis Edwin Nyoman Paska (Lembaga Biblika Indonesia)
PRAKATA
Paus Benediktus XVI melalui Surat Apostolik Porta Fidei (Pintu kepada Iman) mengabdikan tahun 2013 sebagai Tahun Iman. Sang Gembala Gereja Semesta mengajak segenap umat Kristen untuk merefleksikan imannya dan sekaligus mengambil langkah kreatif untuk membangun iman dalam ziarah sepanjang tahun 2013.
Dalam rangka membangun iman yang solid, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengajak umat Katolik Indonesia mendalami dokumen-dokumen Konsili Vatikan II sebagai dasar pijak yang kokoh untuk terus bertumbuh dalam iman akan Kristus, Sang Penyelamat. Para Bapa Uskup serentak pula mengajak umat untuk menghayati iman dalam respek dan tanggung jawab kepada alam sekitar.
Menanggapi seruan itu, Lembaga Biblika Indonesia (LBI) dalam kiprah gerakan Kerasulan Kitab Suci di Indonesia menjadikan keluarga sebagai locus yang ideal bagi pewartaan iman perdana. Melalui Pertemuan Nasional Kitab Suci yang dilaksanakan di Wisma Samadi, Klender, Jakarta Timur, 1-5 Agustus 2012, segenap delegatus Kitab Suci sekeuskupan di Indonesia sepakat mengusung tema "Kitab Suci dalam Keluarga" sebagai fokus kerasulan Kitab Suci selama empat tahun (2013-2016). Melalui tema ini diharapkan setiap keluarga bisa bertumbuh dalam iman berkat permenungan dan penghayatan akan Sabda Allah yang tertulis dalam Kitab Suci.
Tahun 2013 merupakan tahun perdana ziarah keluarga Katolik Indonesia dalam tema "Kitab Suci dalam Keluarga". Selain Buku Ibadat Keluarga yang sudah beredar sejak bulan Januari 2013, LBI juga menyiapkan bahan pertemuan dalam kelompok selama bulan September 2013. Dalam sub tema: "Keluarga Bersekutu dalam Sabda", segenap umat Katolik, baik anak-anak, para remaja, orang muda, maupun para orang tua, diajak untuk mengadakan sharing iman di tingkat kelompok guna membangun iman yang solid, matang, dan kreatif. Melalui perjumpaan dengan tokoh-tokoh biblis, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, setiap peserta diharapkan merefleksikan imannya dan menemukan cara yang memadai untuk menumbuhkan imannya dalam dunia yang sekuler, yang penuh dengan tantangan dan kesulitan.
Kami menghimbau segenap umat Katolik Indonesia untuk memiliki dan memberikan apresiasi atas buku panduan ini sebagai salah satu wujud nyata untuk memberi makna kepada Tahun Iman. Dan lebih dari itu. kami mengajak segenap umat Katolik, di manapun berada, untuk menghadiri pertemuan kelompok sebagai momen saling berbagi iman dalam aneka pengalaman kecemasan dan kedukaan, juga dalam aneka pengalaman kegembiraan dan kebahagiaan. Saling berbagi dalam aneka pengalaman hidup adalah sebuah praksis iman yang paling konkret dan nyata sebagaimana dihayati jemaat perdana.
Akhirnya saya mengucapkan limpah terima kasih untuk Bapak Dr. Paskalis Edwin Nyoman Paska yang telah menyiapkan gagasan dasar untuk buku panduan ini. Tak lupa, respek dan ucapan terima kasih yang mendalam buat para Delegatus Kitab Suci yang telah menyusun bahan pertemuan kelompok, serta semua rekan kerja di LBI yang telah bekerja keras untuk membuat buku panduan ini siap dan pantas digunakan dalam reksa pastoral dalam lingkungan Gereja Katolik Indonesia. Selamat menggunakan buku ini dan semoga ziarah iman kita sungguh berbuah limpah.
P. Yosef Masan Toron, SVD
Ketua Lembaga Biblika Indonesia
 
disalin dari http://petros-petrodes.blogspot.com

Sabtu, 27 Juli 2013

Renungan Minggu 27 Juli 2013: Manusia Tak Diselamatkan oleh Rumusan

Minggu Biasa XVII; Kej 18:20-33; Mzm 138; Kol 2:12-14; Luk 11:1-13

Dewasa ini, umat beriman berjuang membangun ketahanan dan keamanan hidup. Dalam perhitungan manusiawi, perjuangan ini kerap menemui jalan buntu. Di situlah manusia berupaya membangun relasi dengan yang dapat memberikan jalan keluar. Mereka sering bertindak di luar kewajaran dan kewarasan, asalkan kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Manusia mencari peluang rasa aman dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, baik rohani maupun jasmani.

Maka, umat beriman diajak berdoa. Kini, muncul banyak kelompok “persekutuan doa”. Demi memenuhi rasa senang, orang berbondong-bondong menghadirinya, karena ingin mengalami sesuatu di luar pengalaman biasa: doa kesembuhan, keberhasilan, perjodohan, karismatik, doa hujan dan panas, kerahiman ilahi, novena, dll. Semua itu menunjukkan “kekurangan” manusiawi dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar, utamanya yang bercorak kodrati. Itulah usaha memelihara anugerah kehidupan.

Kita hargai gerakan persekutuan doa. Harapannya, umat tak terpenjara dalam dirinya, tapi menemukan kerinduannya relasi sejatinya dengan Allah, sumber hidup. Pertanyaannya, apakah doa kita terpusat pada kepentingan diri atau pada hasrat membangun relasi dengan Allah?

Dalam Lukas 11:1-13, para murid melihat Yesus tenggelam dalam dialog mendalam, mesra dan berkanjang dengan Allah. Mereka tak berani bertanya tentang rahasia doa-Nya. Yesus membangkitkan kebutuhan dalam diri mereka untuk menyesuaikan doa mereka dengan doa-Nya. Mereka minta, Yesus mengajarinya berdoa. Yesus pun menegaskan: Bila kamu berdoa, katakan “Bapa”. Tempatkanlah dirimu dalam hubungan seorang anak dengan Allah yang adalah Bapa (cf. Yoh 20:17, Ef 4:6).

Doa Kristiani ialah berdoa seperti Kristus dan dalam Dia, karena Dia, “yang sulung dari banyak saudara” (Rom 8:29); kita bersekutu dalam doa-Nya pada Bapa. Yesus ingin memasukkan para murid, dan juga kita, dalam hubungan dialogis dengan Bapa.

Doa Yesus mengambil dua gerakan yang terungkap dalam dua permintaan: “dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu”. Keduanya menunjukkan Allahlah pelakunya. Allah yang “menguduskan nama-Nya” (cf. Yeh 36:23), dengan mewahyukan kepenuhan jati diri-Nya yang kudus. Yesus berdoa agar Allah menghadirkan kepenuhan kerajaan-Nya. Penyerahan diri dan kemampuan menerima keselamatan sebagai pemberian Allah yang murah hati menjadi hal utama dalam doa Yesus dan doa Kristiani.

Menurut Lukas, doa Yesus, “Bapa Kami”, terdapat tiga permohonan kebutuhan dari murid. Pertama, roti yang cukup dan tak berlebihan. Roti yang tidak mencobai kita untuk menimbun banyak, tidak menghalangi peziarahan kemuridan kita. Kedua, ampunan; hanya dengan mengampuni, kita menerima ampunan; hanya kesadaran sebagai pendosa yang diampuni, menjadikan kita pantas melakukan karya rekonsiliasi nyata. Ketiga, kebebasan dari bahaya tak setia, yang mengungkapkan kepekaan nurani kita, selalu peka dan awas akan bahaya. Hal itu juga dialami Yesus di Getzemani, yang mendorong para murid berdoa, “Jangan masukkan kami ke dalam pencobaan” (Luk 22:46).

Yesus menjelaskan pengajaran-Nya dengan dua perumpamaan: relasi dua sahabat dan bapa-anak. Hal ini memberi pedoman para murid akan Bapa yang murah hati dengan kasih tak terbatas dan selalu menerima doa mereka. Simpulnya ialah janji pemberian Roh Kudus, yang memampukan kita setia dan menyapa Allah sebagai Abba, ambil bagian sebagai anak Allah seperti Yesus.

Rumusan “Bapa Kami” yang diajarkan Yesus ialah model dasar doa Kristiani. Kita mendoakannya dengan kesadaran penuh sebagai anak yang memasrahkan hidup pada penyelenggaraan Bapa. Doa kita akan terwujud sesuai pengajaran Yesus, sejauh hidup kita mengikuti bimbingan Roh Kudus. Demikianlah doa “Bapa Kami” tak hanya rumusan beku yang didaraskan berulang-ulang, tapi suatu program, kesadaran, kemesraan, kegembiraan hidup iman kita, dalam relasi dengan Allah.

Dengan meneladan cara Kristus berdoa dan berdoa dalam Dia sesuai bimbingan Roh Kudus, kita memuliakan kekudusan Allah yang menghadirkan tanda-tanda kerajaan-Nya. Dalam doa “Bapa Kami”, umat Kristiani belajar ambil bagian dalam pengalaman spiritual Kristus dan memandang segalanya dengan mata-Nya. Kristus, Terang dari terang, memperkenalkan Bapa pada kita agar kita mampu menyinari sesama untuk membangun persahabatan yang mesra dengan-Nya (cf.Lumen Fidei no.46).

Mgr Petrus Turang, Uskup Agung Kupang
HIDUPKATOLIK.com - Minggu Biasa XVII; Kej 18:20-33; Mzm 138; Kol 2:12-14; Luk 11:1-13

Manusia Tak Diselamatkan oleh Rumusan

Dewasa ini, umat beriman berjuang membangun ketahanan dan keamanan hidup. Dalam perhitungan manusiawi, perjuangan ini kerap menemui jalan buntu. Di situlah manusia berupaya membangun relasi dengan yang dapat memberikan jalan keluar. Mereka sering bertindak di luar kewajaran dan kewarasan, asalkan kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Manusia mencari peluang rasa aman dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, baik rohani maupun jasmani.

Maka, umat beriman diajak berdoa. Kini, muncul banyak kelompok “persekutuan doa”. Demi memenuhi rasa senang, orang berbondong-bondong menghadirinya, karena ingin mengalami sesuatu di luar pengalaman biasa: doa kesembuhan, keberhasilan, perjodohan, karismatik, doa hujan dan panas, kerahiman ilahi, novena, dll. Semua itu menunjukkan “kekurangan” manusiawi dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar, utamanya yang bercorak kodrati. Itulah usaha memelihara anugerah kehidupan.

Kita hargai gerakan persekutuan doa. Harapannya, umat tak terpenjara dalam dirinya, tapi menemukan kerinduannya relasi sejatinya dengan Allah, sumber hidup. Pertanyaannya, apakah doa kita terpusat pada kepentingan diri atau pada hasrat membangun relasi dengan Allah?

Dalam Lukas 11:1-13, para murid melihat Yesus tenggelam dalam dialog mendalam, mesra dan berkanjang dengan Allah. Mereka tak berani bertanya tentang rahasia doa-Nya. Yesus membangkitkan kebutuhan dalam diri mereka untuk menyesuaikan doa mereka dengan doa-Nya. Mereka minta, Yesus mengajarinya berdoa. Yesus pun menegaskan: Bila kamu berdoa, katakan “Bapa”. Tempatkanlah dirimu dalam hubungan seorang anak dengan Allah yang adalah Bapa (cf. Yoh 20:17, Ef 4:6).

Doa Kristiani ialah berdoa seperti Kristus dan dalam Dia, karena Dia, “yang sulung dari banyak saudara” (Rom 8:29); kita bersekutu dalam doa-Nya pada Bapa. Yesus ingin memasukkan para murid, dan juga kita, dalam hubungan dialogis dengan Bapa.

Doa Yesus mengambil dua gerakan yang terungkap dalam dua permintaan: “dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu”. Keduanya menunjukkan Allahlah pelakunya. Allah yang “menguduskan nama-Nya” (cf. Yeh 36:23), dengan mewahyukan kepenuhan jati diri-Nya yang kudus. Yesus berdoa agar Allah menghadirkan kepenuhan kerajaan-Nya. Penyerahan diri dan kemampuan menerima keselamatan sebagai pemberian Allah yang murah hati menjadi hal utama dalam doa Yesus dan doa Kristiani.

Menurut Lukas, doa Yesus, “Bapa Kami”, terdapat tiga permohonan kebutuhan dari murid. Pertama, roti yang cukup dan tak berlebihan. Roti yang tidak mencobai kita untuk menimbun banyak, tidak menghalangi peziarahan kemuridan kita. Kedua, ampunan; hanya dengan mengampuni, kita menerima ampunan; hanya kesadaran sebagai pendosa yang diampuni, menjadikan kita pantas melakukan karya rekonsiliasi nyata. Ketiga, kebebasan dari bahaya tak setia, yang mengungkapkan kepekaan nurani kita, selalu peka dan awas akan bahaya. Hal itu juga dialami Yesus di Getzemani, yang mendorong para murid berdoa, “Jangan masukkan kami ke dalam pencobaan” (Luk 22:46).

Yesus menjelaskan pengajaran-Nya dengan dua perumpamaan: relasi dua sahabat dan bapa-anak. Hal ini memberi pedoman para murid akan Bapa yang murah hati dengan kasih tak terbatas dan selalu menerima doa mereka. Simpulnya ialah janji pemberian Roh Kudus, yang memampukan kita setia dan menyapa Allah sebagai Abba, ambil bagian sebagai anak Allah seperti Yesus.

Rumusan “Bapa Kami” yang diajarkan Yesus ialah model dasar doa Kristiani. Kita mendoakannya dengan kesadaran penuh sebagai anak yang memasrahkan hidup pada penyelenggaraan Bapa. Doa kita akan terwujud sesuai pengajaran Yesus, sejauh hidup kita mengikuti bimbingan Roh Kudus. Demikianlah doa “Bapa Kami” tak hanya rumusan beku yang didaraskan berulang-ulang, tapi suatu program, kesadaran, kemesraan, kegembiraan hidup iman kita, dalam relasi dengan Allah.

Dengan meneladan cara Kristus berdoa dan berdoa dalam Dia sesuai bimbingan Roh Kudus, kita memuliakan kekudusan Allah yang menghadirkan tanda-tanda kerajaan-Nya. Dalam doa “Bapa Kami”, umat Kristiani belajar ambil bagian dalam pengalaman spiritual Kristus dan memandang segalanya dengan mata-Nya. Kristus, Terang dari terang, memperkenalkan Bapa pada kita agar kita mampu menyinari sesama untuk membangun persahabatan yang mesra dengan-Nya (cf.Lumen Fidei no.46).

Mgr Petrus Turang
Uskup Agung Kupang
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2013/07/27/renungan-minggu-2872013-mgr-petrus-turang#sthash.2U7Mh8hX.dpuf

Renungan Minggu 28/7/2013: Mgr Petrus Turang

- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2013/07/27/renungan-minggu-2872013-mgr-petrus-turang#sthash.2U7Mh8hX.dpuf

Renungan Minggu 28/7/2013: Mgr Petrus Turang

- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2013/07/27/renungan-minggu-2872013-mgr-petrus-turang#sthash.2U7Mh8hX.dpuf

Renungan Minggu 28/7/2013: Mgr Petrus Turang

- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2013/07/27/renungan-minggu-2872013-mgr-petrus-turang#sthash.2U7Mh8hX.dpuf