Senin, 15 Juli 2019

Baru Pertama Kali di Paroki Stella Maris, Penerimaan Jubah Suster OSA

Empat suster OSA: Evifania Messy, Mela Maria, Agatha Rubiningsih Konten, Dionisia Haumeni

Hari Minggu, 21 Juli 2019 terjadi peristiwa bersejarah di Paroki Stella Maris, Siantan, Pontianak. Hari ini, pertama kalinya, akan dilaksanakan misa penerimaan jubah biara untuk empat orang suster dari Tarekat/Kongregasi Santo Augsutinus atau biasa dikenal dengan nama Suster OSA. Misa kudus dipersembahkan oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr.Agustinus Agus Bersama sejumlah pastor konselebran.
              Peristiwa ini langka karena selama ini penerimaan jubah suster OSA dilaksanakan di Kapel biara saja. Namun kali ini dilaksanakan di gereja paroki dimaksudkan sebagai promosi panggilan supaya generasi muda Katolik mau menjadi biarawan/wati. Juga sekaligus dalam rangka perayaan 70 tahun karya suster OSA di Indonesia.
"Saya menghimbau umat Stella Maris khususnya dan umat Katolik di Pontianak agar dapat menghadiri misa ini. Kita harus memberikan dukungan penuh untuk para Suster OSA agar mereka terus mampu menjadi garam dan terang dunia di tengah-tengah masyarakat melalui karya-karya mereka,"harap Pastor Kornelius Kuli Keban, MSC., Pastor Paroki Stella Maris.
Menurut Ketua Panitia,  Sution, selesai misa akan diadakan ramah tamah bersama Bapak Uskup bersama umat dan tamu undangan. Umat sekalian diundang untuk memberikan doa dan dukungan bagi para suster OSA serta biarawan/wati umumnya.

Pendidikan dan Kesehatan
Para Suster OSA terkenal dengan karya di bidang pendidikan dan kesehatan. Di Ketapang para Suster OSA mengelola Rumah Sakit Fatima, rumah sakit swasta terbesar dan terbaik di sana. Di Pontianak para Suster OSA memang belum lama berkarya. Mereka mengelola PAUD dan penitipan anak di Jalan Rajawali serta biara calon-calon suster di Batu Layang, Gg Beringin.
Tarekat OSA mempunyai visi: Kebahagiaan terdalam. Menurut Augustinus, panggilan manusia untuk mencintai karena dicintai Tuhan, mendorong kita untuk melibatkan hidup sepenuhnya dalam membangun dunia sesuai dengan semangat Injili “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan  dengan segenapjiwamu, dan denga segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri“ (Mrk. 12: 30-31). Dengan visi ini tarekat mau ikut ambil bagian dalam mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia ini. Konsekuensinya adalah karya tarekat hendaknya selalu merupakan perwujudan dari kehadiran Kerajaan Allah.
Tahun 2019 Para Suster OSA melayani Gereja Umat Allah selama 70 tahun di Indonesia. Tentu bukanlah rentang waktu yang singkat, pun bukan pekerjaan yang ringan. Berbagai peristiwa dan pengalaman jatuh bangun, suka duka, gagal sukses dalam pelayanan dan pewartaan kasih pasti sudah dialami. Mengarungi sungai-sungai dalam dan deras dengan perahu sederhana, menerobos ratusan atau bahkan ribuan kilometer hutan belantara lewat jalan setapak, dan keluar masuk kampung jauh di pedalaman Kalimantan Barat pasti sudah sering ditempuh. Barang kali tidak semua peristiwa-peristiwa tersebut merupakan pengalaman yang indah dan menyenangkan. Tetapi satu hal yang jelas bahwa pengalaman-pengalaman tersebut pasti menyisakan kenangan penuh makna. Perjuangan dan pengorbanan yang telah dipersembahkan dalam semangat kasih didalam pelayanan dan karya kerasulan Suster-Suster Augustinus untuk hari-hari yang akan datang.
Suster Augustinus berkarya di 10 Keuskupan, yakni 1. Keuskupan Ketapang, 2. Keuskupan Agung Pontianak, 3. Keuskupan Sanggau,  4. Keuskupan Sintang, 5. Keuskupan Palangkaraya, 6. Keuskupan Malang, 7. Keuskupan Surabaya, 8. Keuskupan Agung Semarang, 9. Keuskupan Agung Jakarta, 10. Keukupan Manokwari – Sorong.
Siapa sangka bahwa dalam sekelompok para perempuan religius yang kebanyakan modal nekat kelima suster pioner  dari Nederland menuju ke Berneo Indonesia , dan dalam kesederhanaanya  dalam penampilan itu tersimpan suatu semangat, energi dan pengaruh yang besar bagi perkembangan Gereja. Sesungguhnya, mereka laksana batu bangunan yang telah dibuang oleh tukang bangunan dan telah dijadikan batu penjuru. Para Suster Augustinus adalah batu-batu hidup yang telah, sedang dan akan terus menjadi batu-batu  untuk membangun Gereja dan umat Allah di bumi Indonesia pada umumnya dan di  10 Keuskupan pada khususnya. Dan tetap bisa memberi warna lain dalam pastoral, baik langsung maupun tidak langsung. Umat yang ada di sekitar komunitas Suster OSA diharapkan  akan merasakan kehadiran para suster dan  keterlibatannya dalam gerak pastoral di Keuskupan dimana kami berkarya. [Edi Petebang, Panitia]