Rabu, 19 Desember 2012

Berbagai Kasih Natal di Gereja Stella Maris



Beragam cara dilakukan umat untuk mengekspresikan makna yang sebenarnya dari perayaan Natal di berbagai tempat. Aneka bentuk kegiatan, perayaan tersebut  merupakan bentuk nyata dari semangat Natal, yakni saling berbagi kasih diantara sesama; baik sesama umat Katolik maupun dengan umat lainnya.

37 stand meramaikan bazar Natal 2012
Di Paroki Stella Maris,Siantan-Pontianak sudah menjadi tradisi dan trademark (label) paroki, setiap tahun pada masa Adven diadakan bazaar Natal. Setiap kali pelaksanaan bazaar selalu ramai diikuti peserta dan ribuan pengunjung datang ke bazaar tersebut.Tahun ini bazaar dilaksanakan tanggal 7-9 Desember 2012 bertempat di halaman gereja dan aula paroki. Ada 37 stand yang membuka gerai pameran dalam bazaar Natal kali ini. Yang terdiri dari aneka jenis produk,seperti makanan, minuman, permainan anak-anak, asesoris, pernak-pernik Natal, kartu seluler, sepeda motor, mobil, lembaga pendidikan formal-non formal dan  perguruan tinggi. “Bazar ini terbuka untuk umum. Karena itu memang kita tidak membatasi pengunjungnya.Siapa saja silakan dating dan melihat pameran, berbelanja, menikmati kuliner dan hiburan yang kami sediakan,”jelas RF. Winarno,Ketua Panitia Natal dan Bazar 2012.

Stand SMP-SMA Asisi yang menjual pakaian layak pakai
Semua stand ramai dikunjungi warga, tidak hanya umat Paroki Stella Maris tetapi warga dari beragam suku bangsa, agama yang ada di kawasan Siantan. Apalagi letak gereja Stella Maris yang di dekat pasar sehingga memudahkan akses warga untuk datang. Salah satu stand yang menarik perhatian banyak pengunjung adalah stand Persekolahan SMP-SMA SantoFransiskus Asisi, satu-satunya stand lembaga pendidikan formal setingkat SMP-SMA. Stand ini menyita perhatian pengunjung karena mereka tidak memamerkan sekolahnya tetapi justru mempraktekkan wujud nyata dari semangat Natal yakni saling berbagai kasih. Stand yang dikordinir OSIS SMP-SMA ini menjual pakaian layak pakai dengan harga yang sangat terjangkau. “Kami ingin mengajarkan kepada siswa melalui penjualan pakaian layak pakai ini bagaimana berbagi kasih dengan sesama,” jelas Hermanus Abeh, Pembina OSIS SMA Asisi.     

Menurut P.Jefri Adrianus Bogia MSC, Pastor Paroki Stella Maris, bazaar Natal merupakan program Dewan Paroki. “Kami ingin memberikan kesempatan  kepada umat agar bisa mendapatkan sebagian barang kebutuhan Natal yang terjangkau. Selain bazaar, juga setiap taun diadakan pembagian bingkisan sembako untuk keluarga yang tidak mampu,”jelas Pastor Jefri.

Menurut Pastor Jefri, bazar Natal juga menjadi media bagi Paroki Stella Maris untuk berinteraksi dengan warga di sekitar paroki Stella Maris yang memang sangat heterogen dari segi suku dan agama. *  

Edi V.Petebang, Seksi Komsos DPP Stella Maris.

Raker dan Rekoleksi DPP Stella Maris

P.Sutadi (berjubah putih) bersama pengurus DPP Stella Maris
Selama dua hari tanggal 1 dan 2 Desember 2012 Dewan Pastoral Paroki Stella Maris mengadakan Rapat Kerja (Raker) dan Rekoleksi. Menurut Ketua DPP Stella Maris Hermanus Abeh, Raker dimaksudkan untuk melakukan evaluasi atas program kerja DPP Stella Maris tahun 2012 dan sekaligus menyusun Program Kerja DPP tahun 2013.

Pada hari kedua dilaksanakan Rekoleksi yang dipandu Pastor Lorensius Sutadi,Pr. Rekoleksi tersebut dimaksudkan untuk mempertegas dan memperkuat panggilan sebagai pengurus Dewan Paroki. Rekoleksi juga dimaksudkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang berbagai hal terkait tugas dan panggilan sebagai pengurus Dewan Paroki dan banyak hal tentang Gereja Katolik.

Edi V.Petebang, Seksi Komsos
   

Kamis, 25 Oktober 2012

Mengundang Umat untuk Buletin PAO Natal 2012

Selamat menyambut Hari Raya Natal 2012.
 
Hari Raya Natal merupakan salah satu perayaan liturgi penting dalam Gereja Katolik. Pada waktu Natal kita merayakan kelahiran Sang Juru Selamat kita, yakni Yesus Kristus. Berbagai cara dilakukan orang untuk merayakan Natal. Misalnya di Paroki Stella Maris diadakan Bazar Natal dan serta serangkaian Perayaan Ekaristi  Natal.  
PAO Natal 2011
Setiap minggu Paroki Stella Maris mencetak buletin PAO (Predica Ama et Ora). Mulai Natal 2011  akan dicetak Buletin PAO edisi Khusus Natal. PAO ini akan dicetak 48 halaman: sampul berwarna, isi kertas hvs hitam putih. Isinya adalah pesan Natal Pastor Paroki, info paroki, seluruh bacaan, doa pembukaan, doa persembahan, doa penutup, daftar petugas liturgi, dan informasi Gereja lainnya. PAO akan didistribusikan kepada sekitar 7.500 umat Katolik di Paroki Stella Maris (Kecamatan Pontianak Utara dan Kecamatan Siantan).
PAO edisi ketiga, Natal 2012 akan dicetak 1.500 eksemplar. Untuk mengganti biaya cetak, selain kontribusi umat, Tim Penerbitan PAO dari Seksi Komun ikasi Sosial DPP Stella Maris memberi kesempatan kepada Bapak/Ibu/Para Donatur untuk menyampaikan salam/ ucapan Selamat Natal di PAO tersebut.
Adapun tarifnya sebagai berikut.
- Sampul depan-dalam  Rp.1.100.000
- Sampul belakang-dalam Rp.1.000.000
- Sampul belakang-luar Rp.1.200.000
- Halaman dalam berwarna Rp.900.000-,
- Isi (hitam putih) 1 hlm Rp. 500.000;  ½ halm Rp.250.000;  ¼ halm Rp.125.000-,
- Iklan Baris: min.10 baris Rp.50.000
Penerbitan PAO edisi khusus ini juga sebagai salah satu upaya DPP Stella Maris mengumpulkan dana untuk membiayai kegiatan Paroki, seperti katekese, pewartaan, liturgi, pembinaan iman anak/ remaja, dan sebagainya. DPP Stella Maris mohon dukungan dan kontribusi umat agar penerbitan buletin PAO Natal 2011 ini bisa terwujud.  
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Penerbitan; yakni Sdri. Cici di Sekretariat Paroki (0561-883216/ email: parokisiantan@yahoo.com); Andika Pasti (081352067468); Edi v.Petebang (081345339946/email: epetebang@yahoo.com). Materi iklan diterima Tim PAO paling lambat tanggal 10 Desember 2011. Pembayaran bisa dilakukan setelah terbit melalui petugas yang ditunjuk atau langsung ke Bendahara Paroki Stella Maris (Ibu Nelly) di CU Stella Maris
Selamat Menyambut Natal. Mari kita persiapan hati dan pikiran untuk menyambut Juru Selamat.
Tim PAO Edisi Khusus Natal                             Mengetahui dan Menyetujui
                                                                          Ketua Umum DPP/Pastor Paroki Stella Maris
Ttd,                                                                    ttd,
                                                                                   
Edi V.Petebang                                                P. Jeffri A. Bogia, MSC
Kordinator

Senin, 15 Oktober 2012

Mereka Dilantik Menjadi Saksi Iman

Mgr.Bumbun sedang memberikan sakramen krisma
Dengan menerima Krisma berarti Anda dinilai sudah dewasa dalam iman, dilantik menjadi saksi iman dan terlibat penuh dalam Gereja. Karena itu Anda wajib menjadi iman yang hidup, menjadi kesaksian atas karya penyelamatan di dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Sakramen Krisma adalah sakramen penguatan atau bisa juga disebut sakramen pendewasaan diri. Artinya Anda sudah dewasa, sudah siap memikul Salib Kristus.

Demikian pesan  Uskup Agung Pontianak Mgr.Hieronymus Bumbun OFM Cap.dalam khotahnya pada misa penerimaan Sakramen Krisma dan Pelantikan Prodiakon di Gereja Stella Maris, Keuskupan Agung Pontianak Minggu 14 Oktober 2012. Mg.Bumbun didamping tiga imam sebagai konselebran, yakni Pastor Jefri Bogia, MSC., Pastor Herman Mayong OFM Cap., dan Pastor Aga,OFM Cap. Pemberian sakreman krisma diwujudkan dalam bentuk pemberian minyak krisma dan ditamparsalah satu pipi oleh Uskup. Pengurapan dengan minyak Krisma ini berarti umat Katolik yang sudah menerima Krisma Dikuduskan, Dikhususkan, dan menerima Kuasa untuk melakukan tugas perutusan sebagai umat beriman (1 Samuel 10:1; 1Samuel 16:13;  1 Raja-Raja 1:39). “Dengan menerima Sakramen Krisma, kita menerima Roh Kudus yang merupakan meterai, Tanda bahwa kita ini milik Allah,”jelas Uskup Bumbun.
Sebagian penerima krisma foto bersama Mgr.Bumbun

Setelah melalui pelajaran selama tiga bulan, sebanyak 119 orang umat Katolik di Paroki Stella Maris atau Paroki Siantan layak menerima sakramen krisma. “Semula ada 124 orang, namun karena ada yang berhalangan dan belum memenuhi syarat maka hanya 119 orang yang layakmenerima sakramen Krisma ini,”jelas Maran Marsel, ketua Tim Pengajar Calon Krisma.

Lebih lanjut Mgr. Bumbun menjelaskan kepada para krismawan dan krismawati (sebutan untuk orang yang menerima krisma-red) bahwa sakramen Krisma adalah salah satu dari tiga sakramen inisiasi Katolik, yaitu Pembaptisan, Krisma dan Ekaristi. Sakramen Krisma memiliki dasar Kitab Suci dari Kisah Para Rasul 8:16-17 "Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus." Juga dalam Kisah Para Rasul 19:5-6 "Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat". dari kedua kutipan ini jelas bahwa Sakramen Krisma membutuhkan penumpangan tangan untuk mengundang Roh Kudus.

Di dalam sakramen Krisma, kita menerima "Kepenuhan Roh Kudus" sehingga kita dapat secara penuh dan aktif berkarya dalam Gereja. bandingkan dengan para rasul yang menerima Roh Kudus saat Pantekosta, sebelum peristiwa Pantekosta mereka sudah menerima Roh Kudus (INjil Yohanes 20:22) tetapi mereka baru 'aktif' sesudah Pantekosta. Demikian juga  halnya dengan kita karena sebenarnya Roh Kuduspun sudah kita terima saat Permandian, yaitu Roh yang menjadikan kita Anak-Anak Allah, dan yang membersihkan kita dari Dosa Asal. Itulah disebutkan bahwa Sakramen Babtis adalah Sakramen Paskah dan Sakramen Krisma adalah Sakramen Pantekosta.

20 Prodiakon
Prodiakon bersama Mgr.Bumbun dan P.Jefri
Dalam misa kudus yang diikuti sekitar 800 umat tersebut juga dikukuhkan 20 orang prodiakon awam masa bakti 2012-2015. Mereka yang dipilih adalah tokoh-tokoh Katolik yang mempunyai integritas baik. Sebelum bertugas mereka mendapat pembekalan dari pastor paroki. Tugas utama pro diakon ini adalah memberikan pelayanan penerimaan sakramen ekaristi kudus dalam setiap misa ataupun pemberian sakremen ekaristi kepada umat yang sakit. ”Prodiakon harus siap 24 jam melayani umat dalam penerimaan sakramen ekaristi kudus,”pinta Uskup Bumbun.

Diantara 20 prodiakon tersebut ada empat orang perempuan, yakni Elisabet Maran, Agnes Sophia Tampa, Nelly Gunawati dan Sri Juariningsih. Inilah pertama kalinya ada prodiakon awam di Paroki Stella Maris. Prodiakon lainnya adalah Adi Samuel, Alfonsus Ayab, Aloyius Eddy Joni, Ambrosius Icik, Anton Suprayogi, Frans Sukadi, FX Sukasbi, Gregorius, Hermanus Abeh, Hilarius Djonis, Marius Sim Oit Tjiang, Suripto, Yohanes Saronto, Yohanes Awan, Yohanes Suardjono dan Yordanus Djali.*

Edi V.Petebang, Seksi Komsos Paroki Stella Maris  



                                                                                                               



Rabu, 10 Oktober 2012

Bagaimana Berdoa Rosario?

Banyak umat Non-Katolik dan termasuk juga sebagian umat Katolik mengira bahwa doa rosario adalah doa kepada Maria. Sesungguhnya doa rosario adalah doa kepada Tuhan Yesus, dengan meneladani intersesi (bantuan doa) Bunda Maria. Didalam doa Rosario Bunda Maria  menemani  didalam doa, merenungkan peristiwa kelahiran, penderitaan, dan kemuliaan Putranya.
Doa Rosario menuntuk suasana yang tenang dimana misteri kehidupan Yesus dapat direnungkan dengan sepenuh hati.
CARA BERDOA ROSARIO 1. Aku Percaya
2. Bapa Kami3. Salam Putri Allah Bapa, Salam Maria4. Salam, Bunda Allah Putra, Salam Maria
5. Salam, Mempelai Allah Roh Kudus, Salam Maria
6. Kemuliaan

Ikuti Jalan SalibDoa Jalan Salib
(Kemudian renungkan misteri dari kelompok peristiwa-peristiwa)

Peristiwa-peristiwa Gembira
1.  Maria menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel
2.  Maria mengunjungi Elisabet, saudaranya
3.  Yesus lahir di kandang Betlehem
4.  Yesus dipersembahkan di Bait Allah
5. Yesus diketemukan kembali di Bait Allah
Peristiwa-peristiwa Sedih
1.  Yesus berdoa di Taman Getsemany 2. Yesus didera 3.Yesus dimahkotai duri 4. Yesus memanggul salibNya ke gunung Golgota 5. Yesus wafat pada salib
Peristiwa-peristiwa Mulia
1.Yesus bangkit dengan jaya 2.  Yesus naik ke surga 3. Roh Kudus turun atas para rasul 4. Maria diangkat ke surga 5. Maria dimahkotai di surga
Peristiwa-peristiwa Terang
1.Yesus dibaptis di sungai Yordan 2.  Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta pernikahan di Kana 3. Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan 4. Yesus menampakan kemuliaan-Nya 5. Yesus menetapkan Ekaristi


Tata cara Berdoa Rosario
Dalam nama Bapa…
Aku percaya… (lihat no. 1-2)
Kemuliaan kepada Bapa… (lihat no. 13)
Terpujilah… (lihat no. 20)
Bapa kami… (lihat no. 10-12)

Salam, Putri Allah Bapa. – Salam Maria…(lihat no. 14)
Salam, Bunda Allah Putra, - Salam Maria…
Salam, Mempelai Allah Roh Kudus. – Slam Maria…

Lalu menyusul “Kemuliaan” dan “Terpujilah” seperti diatas.
Kemudian pemimpin membacakan peristiwa-peristiwa dari rangkaian misteri yang dipilih (lihat di bawah). Selanjutnya menyusul Bapa kami, 10 Salam Maria, Kemuliaan, Terpujilan. Lalu menyusul peristiwa kedua dan seterusnya.

Peristiwa-peristiwa Gembira, khususnya selama Masa Adven dan Natal1. Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel (Luk1:26-38).
2. Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya (Luk1:39-45).
3. Yesus dilahirkan di Bethlehem (Luk2:1-7).
4. Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah (Luk2:22-40).
5. Yesus diketemukan dalam Bait Allah (Luk2:41-52).

Peristiwa-peristiwa Sedih, khususnya selama Masa Prapaskah dan tiap hari Jumat
1. Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di surga dalam sakratul maut (Luk22:39-46).
2. Yesus didera (Yoh19:1).
3. Yesus dimahkotai duri (Yoh19:2-3).
4. Yesus memanggul salib-Nya (ke Gunung Kalvari) (Luk22:26-32).
5. Yesus wafat di salib (Luk23:44-49).

Peristiwa-peristiwa Mulia, khususnya selama Masa Paskah dan tiap hari Minggu1. Yesus bangkit dari kematian (Luk21:1-12).
2. Yesus naik ke surga (Luk24:50-53).
3. Roh Kudus turun atas para Rasul (Kis2:1-13).
4. Maria diangkat ke surga (1Kor15:23; DS 3903).
5. Maria dimahkotai di surga (Why12:1, DS 3913-3917).

Peristiwa-peristiwa Terang.1. Yesus di baptis di sungai Yordan (Mat3:16-17)
2. Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta pernikahan di Kana (
Yoh2:11)
3. Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan (
Mat4:17-23)
4. Yesus menampakan kemuliaan-Nya (
Mat17:2-5)
5. Yesus menetapkan Ekaristi (
Mrk14:22-24)

12. Dari Ps no 274


Didakhe 1X : 2-4
 

D/L Bapa, Engkau kami puji karena santapan kudus, yang Kau bagikan kepada kami dengan pengantaraan Yesus, Putra-Mu.
 

U Terpujilah Engkau selama-lamanya
 

D/L Bapa, Engkau kami puji karena kebenaran dan hidup, yang Kausampaikan kepada kami denganpengantaraan Yesus, Putra-Mu.
 

U Terpujilah Engkau selama-lamanya
 

D/L Bapa, sebagaimana roti yang kami bagi-bagi ini telah dikumpulkan dari banyak butir gandum yang tersebar di lereng-lereng gunung, sudilah Engkau menghimpun pula umat-Mu dari segala ujung bumi, dan mempersatukan mereka dalam kerajaan-Mu dengan perantaraan penyelamat kami, Yesus Kristus
 

U Terpujilah Engkau selama-lamanya

Catatan 1:
Setiap kali renungan-renungan itu:
a. Didahului doa Bapa Kami, doa yg diajarkan oleh Yesus sendiri. Diucapkan dengan khidmat
 

b. Disertai doa Salam Maria, yang merupakan salam dari malaikat Gabriel dan salam dari Elisabet. Diucapkan dengan tenang sebagai pujian, dan diulang 10 kali seperti doa litani.
 

c. Diakhiri doa Kemuliaan , sebagai permuliaan dan penyembahan kepada Allah Tritunggal.

Catatan 2:
a. Peristiwa-persitiwa Gembira : Pada hari Senin dan Sabtu; pada masa Adven dan Natal.
b.Peristiwa-peristiwa Sedih : Pada hari Selasa dan Jumat; pada masa Puasa.
c.Persitiwa-peristiwa Mulia : Pada hari Rabu, Sabtu dan Minggu; pada masa Paska.
d. Peristiwa-peristiwa Terang : Pada hari Kamis.


Sumber:
http://ekaristi.org/doa/dokumen.php?subaction=showfull&id=1140104989&archive=&start_from=&ucat=1&

Bulan Rosario:Perjumpaan yang Menguatkan dan Menyelamatkan

Mat 16:13-19 ... you are Peter and on this rock I build my church ... (kefas, petra-petros)
Setiap tiba bulan Oktober, Gereja Katolik memasuki bulan Rosario. Bulan Oktober adalah bulan doa. Kita, putra dan putri Gereja bersama-sama diajak untuk “mengkontemplasikan wajah Kristus bersama Maria – (Beato Yohanes Paulus II)” tiap kali kita berdoa Rosario. Ada empat rangkaian peristiwa yang dapat kita doakan setiap kali mendaras Rosario Suci, peristiwa Gembira, peristiwa Sedih, peristiwa Terang, dan peristiwa Mulia.

Dalam peristiwa Gembira yang kedua, kita diajak untuk ikut menyusuri langkah Maria saat ia mengunjungi saudarinya, Elisabet. Tanggal 31 Mei, hari terakhir dalam bulan yang dikhususkan bagi Maria juga mengajak kita mengenangkan kunjungan Maria ke saudarinya, Elisabet. Inilah anamnese (pengenangan) kita terhadap karya Allah dalam diri Maria dan Elisabet yang menjadi kesatuan tak terpisahkan dalam Rancangan Agung keselamatan dalam diri Yesus Kristus.

Dalam kisah Kitab Suci itu, diungkapkan perjumpaan yang agung dan menggembirakan antara Maria yang sedang mengandung Yesus dan Elisabet yang sedang mengandung Yohanes Pembaptis (Luk 1:39-56). Sr. Martha Driscoll, OCSO mengajak kita untuk melihat sebuah meta-kisah, kisah di balik kisah perjumpaan dua perempuan kudus tersebut. Maria dan Elisabet bertemu dalam sebuah perjumpaan yang merupakan sebuah kesatuan. Kesatuan itu timbul sebagai akibat dari persamaan-persamaan yang mereka miliki.

Beberapa persamaan yang jelas tampak adalah: mereka berdua perempuan suci dan menjadi ibu yang sedang mengandung akibat rencana Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Kedua perempuan itu bersaudara, Elisabet yang jauh lebih tua daripada Maria adalah bibi dari Maria. Keduanya adalah orang Yahudi yang taat beribadah. Dalam kisah tradisi yang ada di ritus Timur, diceritakan bahwa kedua orangtua Maria, St. Yoakim dan St. Anna, telah mempersembahkan Maria untuk menjadi gadis penenun selubung Bait Allah sejak Maria masih sangat muda belia. Sebagai seorang gadis penenun selubung, Maria selalu dijaga ketat dan harus selalu bersikap suci murni seperti yang telah ditetapkan dalam Taurat Musa. Sedangkan Elisabet adalah keturunan dari Harun (Luk 1:5), di mana Harun dan keturunannya telah ditetapkan untuk menjadi imam dan pelayan Bait Allah yang suci (Im 8:1-33). Elisabet sendiri menikah dengan Zakharia yang merupakan seorang imam. Sebagai pasangan, mereka “benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat (Luk 1:6)”.

Namun dalam pertemuan yang menyatukan itu, juga tampak jelas perbedaan-perbedaan antara Maria dan Elisabet. Mari kita renungkan kondisi dan situasi yang telah dialami oleh Maria saat ia mengunjungi Elisabet.
Sejak Maria mengucapkan “ya” kepada sabda Tuhan yang disampaikan malaikat Gabriel (Luk 1:38), Maria telah menandatangani “kontrak kosong” dalam perjanjian dengan Tuhan. Ia mempercayakan diri sepenuhnya pada Tuhan. Itulah sebabnya ia tidak gentar pada saat ia mengandung Putera Allah. Semasa Maria hidup, adalah suatu aib besar apabila seorang gadis mengandung di luar nikah. Terlebih Maria, yang dalam tradisi Timur disebut sebagai perawan suci penenun selubung Bait Suci. Hamil di luar nikah adalah nista besar!

Terlebih Maria sudah mempunyai tunangan. Pastilah banyak orang yang menggunjingkan Maria sebagai perempuan nakal yang suka berselingkuh. Namun Maria tidak gentar! Saya teringat sebuah penggambaran indah sukacita dan penyerahan Maria yang begitu luar biasa dalam novel indah “Christ the Lord: Out of Egypt” yang ditulis oleh Anne Rice. Dalam novel itu digambarkan bahwa setelah dikunjungi malaikat Gabriel, Maria segera berlari keluar ke jalanan dan berseru-seru gembira pada semua orang yang ia temui di jalan bahwa rencana Tuhan telah ditetapkan melalui dirinya. Maria tidak malu, tidak takut akan rencana Allah itu. Ia percaya dan pasrah pada Tuhan.

Kegembiraan Maria tidak ditutup-tutupi. Ia segera bergegas pula untuk membagi kegembiraan atas kabar luar biasa yang telah diterimanya kepada saudarinya Elisabet. Maria yang sedang mengandung dengan penuh semangat dan gembira “langsung berjalan” melewati pegunungan menuju Yehuda untuk bertemu dengan Elisabet. Dalam tiap langkah Maria, ia dikuatkan oleh Roh Kudus yang memberi tenaga kepadanya untuk berlari melintas pegunungan walau ia sedang mengandung. Maria dikandung tanpa dosa untuk menyiapkan dirinya menjadi ibu Tuhan, Tabernakel Perdana yang Hidup. Dalam keadaan tanpa dosa itu, ia melangkah dengan ringan dan bebas. Tiap langkahnya sepenuhnya dipercayakan dalam rencana keselamatan Tuhan yang luar biasa. Tidak ada langkah keraguan dan kecemasan dalam perjalanan Maria sampai pada saat Putranya digantung di salib. Dalam peristiwa Rosario berikutnya, kita tidak akan pernah menemukan Maria yang mengeluh, Maria yang protes atas rencana Allah. Bahkan saat Putra yang dikandungnya disiksa sampai mati di salib, kita tidak mendengar protes dari Maria. Kepasrahan dan kepercayaan Maria pada Tuhan sungguh tak terukur.

Perbedaan Elisabet dengan Maria mulai tampak pada tahap perjumpaan ini. Sebelum Maria tiba, kita lebih mirip Elisabet yang bahagia tetapi juga cemas. Kita juga mirip dengan Zakharia, suami Elisabet yang juga merasa ragu dan cemas. Kecemasan pasutri Zakharia dan Elisabet kalau kita lihat lebih jauh ternyata sangat mirip dengan kecemasan kita sendiri.

Elisabet dikatakan mandul akibat pada usia tuanya belum punya anak (Luk 1:7). Pada zaman itu, seorang wanita yang mandul dianggap terkena hukuman Tuhan akibat dosanya. Terlebih lagi Elisabet adalah keturunan Harun dan istri seorang imam Allah. Kedudukan pasangan Zakharia dan Elisabet dalam masyarakat berada di tempat terhormat. Hal ini membuat Elisabet lebih terbebani dengan pandangan sosial masyarakatnya karena ia dianggap mandul karena berdosa. Mungkin di hadapan Elisabet, masyarakatnya bersikap hormat. Namun, ia tidak dapat lepas dari gunjingan di belakang yang menjatuhkan dia sebagai istri imam yang ternyata hanyalah perempuan mandul yang berdosa.

Mungkin beban sosial dari masyarakat itulah yang membuat suami Elisabet, Zakharia, mengalami keragu-raguan pada saat mendapat kabar dari malaikat Gabriel bahwa istrinya akan mengandung pada usia tua. Ia menunjukkan sikap ragu-ragu, tidak percaya terhadap Sabda Allah sendiri. Sebagai seorang imam, ia justru tidak percaya terhadap rencana Allah yang ia layani tiap hari di Bait Suci. Akibatnya, ia menjadi bisu sampai istrinya melahirkan putra (lihat Luk 1: 5-24, 57-64).

Elisabet juga merasa gembira, namun cemas dan takut pada kondisinya yang hamil di usia lanjut (lihat Luk 1:24-25). Kegembiraannya jelas bersumber pada fakta bahwa ternyata ia tidak mandul. Ia tidak terbukti menanggung aib mandul karena dosa seperti yang selama ini dituduhkan kepadanya. Ia bisa hamil. Ia berfungsi secara penuh sebagai perempuan yang akan menjadi seorang ibu. Namun, ia juga cemas.

Kecemasannya diungkapkan dalam kenyataan bahwa dia tidak berkata apa-apa selama lima bulan, menyembunyikan diri supaya orang tidak melihat keadaan hamilnya. Ia cemas dengan pikiran-pikiran negatif, jangan-jangan ia tidak mampu membawa anaknya sampai lahir, jangan-jangan ia nanti keguguran akibat hamil di usia tua. Kecemasan dan kekhawatiran menutupi pikiran Elisabet selama lima bulan yang berat saat ia menyembunyikan diri. Dia tahu bahwa anak itu adalah rahmat dari Tuhan tetapi dia sedang prihatin tentang pikiran orang, daripada mengarahkan diri kepada misteri yang ada dalam rencana Tuhan terhadap anaknya. Dia hanya cemas memikirkan untuk menghilangkan aib mandul yang selama ini menjadi bebannya. Elisabet dibayangi rasa egoisme yang mengaburkan misteri Tuhan. Kecemasan selalu berakar dalam keprihatinan dengan ‘aku’. Sungguh hal yang kontras dengan Maria yang hidup dalam kebebasan kepercayaan yang tidak memikirkan diri sendiri.

Dalam kondisi yang serupa namun sekaligus berbeda, Maria berjumpa dengan Elisabet. Waktu Maria tiba, Elisabet yang cemas pada akhirnya bisa masuk dalam kegembiraan Maria. Bersama Yohanes Pembaptis yang melonjak dalam kandungannya, Elisabet dipenuhi oleh Roh Kudus (Luk 1:41). Dengan penuh oleh Roh Kudus, Elisabet berkata, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana (Luk 1:42-45)”.

Di hadapan Maria, iman Elisabet dikuatkan. Di hadapan Maria, Elisabet diberi rahmat pengenalan iman sehingga dapat segera mengenali kehadiran Putera Allah dalam kandungan Maria. Di hadapan Maria, Elisabet diberi kerendahan hati. Di hadapan Maria, Elisabet menanggalkan sikap egois dan khawatir atas aibnya dengan melangkah masuk lebih dalam dalam misteri penyelamatan Tuhan yang melibatkan dirinya dan anak dalam kandungannya. Iman Zakharia pun kembali dikuatkan dengan kehadiran Maria dalam rumahnya. Selama tiga bulan, Maria tinggal di rumah Zakharia dan menguatkan Zakharia dan Elisabet dalam Roh Kudus.

Kehadiran Maria yang menguatkan dan menghapus kekhawatiran tidak dapat lepas dari sikap Maria yang bebas dan transparan. Maria mempunyai semangat kesaksian yang tidak malu mengakui karya Allah di dalam diri kita. Dalam lagunya Magnificat (Luk 1: 46-55), Maria menunjukkan pada Elisabet dan pada segala bangsa bahwa ia mau supaya orang lain melihat karya Allah, kasih istimewa yang dianugerahkan-Nya kepada dirinya. Kasih dan rahmat Allah tidak disembunyikan di bawah kolong rumah ataupun di bawah gantang, melainkan ditunjukkan di atas kaki dian supaya semua orang dapat melihat cahayanya (Luk 11:33).

 Sungguh berbahagialah Elisabet dan Zakharia yang dikunjungi oleh seorang perempuan yang teramat suci seperti Maria, terlebih lagi selama tiga bulan Maria tinggal bersama mereka! Cahaya Kristus yang terpancar dari rahim Maria menyinari mereka dan menguatkan mereka sehingga mereka tidak merasa kuatir lagi.
Kita mendambakan kepercayaan seperti Maria, namun kita lebih sering mirip dengan imam Zakharia dan Elisabet. Dalam bidang yang kita tekuni, dalam kehidupan keluarga dan komunitas yang kita jalani tiap hari, sering kita membentur masalah-masalah yang sepertinya mustahil untuk kita hadapi, terlebih untuk diselesaikan. Penugasan di tempat kerja yang sulit, keluarga atau sahabat yang sakit parah, pertengkaran suami-istri, terlibat utang yang besar, pengucilan akibat kesalahan yang pernah kita lakukan, penindasan dari pemerintah yang korup, kekerasan terhadap anak, hamil di luar nikah, berbagai hal dapat membawa kita dalam sikap menyerah dan tidak percaya pada rencana Tuhan yang indah. Banyak masalah dapat menyebabkan kita menjadi malu dan menyembunyikan diri seperti Elisabet. Kita mengucilkan diri, tidak mau bercerita kepada siapapun. Lidah kita kelu seperti Zakharia. Kita kehilangan kepercayaan kepada Tuhan. Kita bertanya dengan pilu, “Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? (Mzm 13:2-3)”

Sr. Martha Driscoll, OCSO menggambarkan kecemasan kita dalam perumpamaan orang yang berjalan pincang. Kita berjalan seperti orang pincang – satu langkah percaya, satu langkah cemas. Itulah handicap kita, cacat kita. Sepuluh langkah cemas, satu langkah percaya. Syukur ada Bunda Maria yang selalu mendampingi langkah kita. Kita dapat bersandar kepadanya dan melangkah dalam kepercayaannya sebentar, sebelum kaki kita yang cemas membuat kita goncang lagi. Dia selalu di samping kita agar kita tidak jatuh dalam kecemasan total yang berujung pada keputusasaan.

Dalam Rosario, kita mendapat kelegaan karena dapat bersandar pada langkah Maria yang percaya. Tiap butir rosario yang kita daraskan, kita diajak melangkah bersama Maria. Kita dapat berharap adanya pencurahan Roh Kudus dalam perjumpaan dengan Maria dalam Rosario. Kita ingin seperti Elisabet yang dikuatkan Roh Kudus dalam perjumpaannya dengan Maria. Kita berharap dengan pemenuhan Roh Kudus, iman kita dikuatkan dan kita diajak belajar untuk menanggalkan sikap egois dan menjadi rendah hati seperti Elisabet. Tiap doa Salam Maria yang kita daraskan, kita menempati posisi Elisabet dengan mengatakan “Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus”. Setelah mengucapkan doa Kemuliaan dan Doa Fatima (Ya Yesus yang baik), kita dapat menyisipkan doa yang diajarkan oleh Romo Steffano Gobbi (pencetus Gerakan Imam Maria) dalam semangat penampakan Bunda Maria di Medjugorje: “Datanglah ya Roh Kudus. Datanglah dengan kekuatan perantaraan Hati Maria yang Tak Bernoda, Mempelai-Mu yang terkasih. Bunda Maria, aku mengasihimu. Lindungilah kami, selamatkanlah kami, selamatkanlah dunia.”

Sama seperti Elisabet dan Zakharia menerima Maria di rumah mereka selama tiga bulan, dalam bulan Maria dan bulan Rosario (Mei dan Oktober), kita menerima Maria dalam rumah dan hati kita. Dalam bulan-bulan ini, kita mendaraskan rosario dengan lebih khusyuk dan mendalam. Dalam bulan-bulan ini, kita berharap dapat menimba kekuatan dari Roh Kudus untuk menghadapi permasalahan hidup sepanjang tahun. Dalam bulan-bulan ini, kita belajar untuk percaya seperti Maria. Dalam bulan-bulan ini, kita belajar untuk bersaksi tentang kebesaran Tuhan tanpa menonjolkan ego kita.

Terlebih dalam bulan Rosario, kita mendalami arti rosario. Sr. Martha Driscoll menggambarkan rosario dengan indah. Rosario adalah rantai, rantai yang lembut yang mengaitkan kita dengan Allah, Bapa kita, dan dengan orang lain, saudara-saudari kita dalam Kristus. Dalam semangat persaudaraan yang dikaitkan oleh rantai Rosario, kita diajak menjadi rasul Rosario bagi sesama, sama seperti Maria yang menjadi rasul terang bagi Elisabet dan Zakharia.

Rantai keputeraan dan persaudaraan menuju kepada sebuah salib karena Kristuslah yang membuka jalan keselamatan kepada kita. Jalan itu memiliki sebuah pintu gerbang, yaitu Maria. Kristus sendiri masuk ke dalam dunia melalui Maria. Di dalam rahim Maria, ada keabadian yang merangkul semua pengalaman manusia. Maria mendampingi kita yang berjalan seperti orang pincang sepanjang perjalanan keselamatan. Meskipun pincang, mari kita maju berjalan bersama Maria dalam kepercayaan yang cemas dan kecemasan yang percaya.*


Diambil dari http://mantancakrabyuha.wordpress.com/2012/01/04/perjumpaan-yang-menguatkan-dan-menyelamatkan/

Selasa, 18 September 2012

Bulan Kitab Suci Nasional 2012: MENYAKSIKAN MUKJIZAT TUHAN

“Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat menakjubkan”. (Luk. 5:26)

Gagasan Pendukung:Mukjizat.


Tahun 1975-1976 boleh dikatakan merupakan tahun-tahun awal bagi apa yang sekrang disebut dengan Bulan Kitab Suci Nasional. Selama kira-kira 35 tahun sejak saat itu, aneka macam tema sudah ditawarkan dan dibahas bersama umat dalam rangka menggairahkan minat umat beriman kepada Kitab Suci. Pada bulan Kitab Suci tahun 2011, umat beriman diajak mendengarkan dan merenungkan perumpamaan-perumpamaan Sang Guru, yaitu Yesus. Pada kesempatan yang sama untuk tahun ini, tahun 2012, umat beriman diajak mendengarkan dan merenungkan mukjizat-mukjizat yang dikerjakanNya.

Dalam karya Yesus, perumpamaan dan mukjizat memang tidak bisa dipisahkan. Keduanya berkaitan amat erat dan saling menentukan. Keduanya menjadi unsur pokok dari karya publik Yesus. Silakan membaca Injil dan kita akan menyadari bahwa yang dibuat oleh Yesus dalam pelayanan publik-Nya, praktis hanya dua hal, yaitu apa yang Ia katakan dan apa yang Ia lakukan, atau dengan pasangan kata yang lain, SABDA dan KARYA. Dari sekian banyak pengajaran yang diberikan oleh Yesus, beberapa di antaranya adalah perumpamaan; sementara dari sekian banyak yang dibuat oleh Yesus , beberapa di antaranya adalah tindakan yang kerap kali disebut mukjizat. Karena itu, memang merupakan suatu langkah yang pas kalau tahun ini kita membahas mukjizat setelah tahun sebelumnya, kita merenungkan kata-kata atau Firman Yesus, khususnya yang berbentuk perumpamaan. Untuk membantu jemaat beriman memasuki Bulan Kitab Suci tahun 2012, disusunlah gagasan pendukung ini.

Lalu bagaimana gagasan pendukung ini mau dikemas? Mukjizat-mukjizat Yesus bisa dipandang dari berbagai sudut pandang. Karena itu, kita mencoba membahas beberapa aspek penting dari mukjizat itu agar mempunyai gambaran yang kurang lebih lengkap tentang mukjizat-mukjizat Yesus. Selain beberapa ulasan tentang mukjizat secara umum, akan disampaikan juga pembahasan empat kisah mukjizat yang akan kita jadikan bahan dalam pertemuan Bulan Kitab Suci Nasional 2012.

Pertemuan I: Menyembuhkan Orang Lumpuh (Matius 9:1-8).
Pertemuan II: Mengusir Roh Jahat di Gerasa (Markus 5:1-20).
Pertemuan III: Anak Muda di Nain. (Lukas 7:11-17).
Pertemuan IV: Mengubah Air Menjadi Anggur. (Yohanes 2:1-11).

Yesus dan Mukjizat-mukjizat-Nya
Tidak bisa dipungkiri bahwa kata mukjizat bagai magnet yang mengundang banyak orang untuk memperbincangkan dan mempersoalkannya. Tidak harus dipungkiri bahwa mukjizat bisa kita teropong dari berbagai macam sudut, baik dalam konteks religius maupun di luar konteks religius. Akan tetapi, karena pada hari-hari ini kita mau membahas mukjizat dalam rangka Bulan Kitab Suci, maka tepatlah kalau kita mengawali pembicaraan tentang mukjizat ini dari Kitab Suci. Bahwa nanti kita juga akan menyinggung kisah mukjizat dari perspektif lain, itu lain perkara.
Lukas memberi kesaksian bahwa pada suatu hari ketika Yohanes Pembaptis mendengar kabar dari murid-muridnya tentang apa yang diperbuat oleh Yesus, ia mengutus dua di antara muridnya untuk menghadap Yesus dengan membawa pertanyaan ini, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” Dan kepada mereka, Yesus memberikan jawaban demikian, “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Luk. 7:22, bdk. Mat. 11:4-5). “…apa yang kamu lihat dan kamu dengar…” Kata-kata Tuhan ini biasanya menunjuk pada dua unsur pelayanan Yesus, yaitu ‘yang dilihat’ atau karya atau tindakan Yesus ‘yang didengar’ atau pewartaan atau sabda Yesus.
Pada kesempatan lain, tatkala menceritakan pengalaman dua murid yang sedang berjalan dari Yerusalem ke Emaus, Lukas mengisahkan pembicaraan antara dua murid itu dengan Yesus yang bangkit, tetapi tidak mereka kenal. Tentang Yesus dari Nazaret, dua orang itu mengatakan, “Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan seluruh bangsa kami” (Luk. 24:9). Sekali lagi di sini dipakai rumusan ‘pekerjaan dan perkataan’.
Kalau kita membuka Injil-khususnya Injil pertama, kedua, dan ketiga- kita akan bertemu dengan sekian banyak kisah mukjizat Yesus. Terus terang tidak mudah menentukan secara persis berapa mukjizat yang sebenarnya dikerjakan oleh Yesus. Bisa terjadi satu peristiwa diceritakan beberapa kali dengan detail yang sedikit agak berbeda. Meskipun demikian, secara umum, bisa dikatakan bahwa kisah mukjizat Yesus terdapat dalam daftar di bawah ini:
11 mukjizat
Matius
Markus
Lukas
4 mukjizat
Matius

Lukas
1 mukjizat

Markus
Lukas
2 mukjizat
Matius

Lukas
3 mukjizat
Matius


2 mukjizat

Markus

7 mukjizat


Lukas
Persoalannya semakin merepotkan karena kadangkala kita juga berhadapan dengan teks yang hanya menyebutkan bahwa telah terjadi mukjizat tanpa mengisahkan apa dan bagaimana terjadinya. Misalnya, di antara para ibu yang mengikuti Yesus, ada seorang yang oleh Lukas disebut demikian, “Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat?” (Luk.8:2 bdk. Mrk. 16:9). Tampaklah atas diri Maria Magdalena pernah terjadi mukjizat pengusiran setan. Tetapi, di dalam Injil tidak ada kisah mendetail tentang hal itu. Belum lagi kalau kita berhadpan dengan informasi seperti ini:
“Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadan dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta menyembuhkan orang-orang di antara bangsa itu dari segala penyakit dan kelemahan mereka. Lalu tersebarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepadaNya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita berbagai penyakit dan senggsara, yang kerasukan setan, yang sakit ayan, dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. (Mat.4:22-23).
Dari teks seperti ini, yang lazim disebut sebagai Summarium, kita hanya tahu bahwa mukjizat terjadi. Tetapi sekali lagi, kita sama sekali tidak tahu berapa kali mukjizat Yesus terjadi, mukjizat apa yang terjadi, atau bagaimana mukjizat itu terjadi.
Di dalam tradisi Injil Yohanes, kita hanya mendapatkan tujuh mukjizat dalam bagian pertama Injil, yang biasa disebut Kitab Tanda-Tanda. (Yoh.1-12) dan satu lagi pada bagian appendiks (Yoh. 21). Dalam Injil Yohanes, dipergunakan istilah ‘tanda’ (semeion) untuk menyebut mukjizat (lht Yoh. 2:11; 4:54). Mukjzat-mukjzat itu bisa kita perinci sebagai berikut:
  • Tiga mukjizat penyembuhan (Yoh. 4:43-54; 5:1-47; 9:1-41).
  • Satu mukjizat menghidupkan orang mati. (Yoh. 11:1-44).
  • Empat mukjizat alam. (Yoh. 2:1-12; 6:1-13; 6:16-21; 21:6-11).
Dari antara empat mukjizat alam ini ada dua yang mempunyai padanan dalam injil sinoptik, yaitu pemberian makan kepada lima ribu orang (Yoh.6:1-13 bdk. Mrk.6:30-44) dan Yesus berjalan di atas air (Yoh. 6:16-21 bdk. Mrk. 6:45-52).
Yang juga menarik dalam Injil Yohanes adalah bahwa Injil ini tidak mempunyai kisah mukjizat pengusiran setan. Di dalam Injil Yohanes memang tidak sekali pun disebutkan mengenai roh bisu atau roh jahat. Apakah hal ini mencerminkan suatu pemahaman yang lebih maju tentang setan dan penusiran setan? Dalam Yohanes 10:21, kita mendapatkan teks yang berbunyi, “Itu bukan perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkan setan memelekkan mata orang-orang buta?” Menurut keterangan ini, setan atau roh jahat tampaknya tidak mempunyai kekuatan sebagaimana dikisahkan dalam Injil sinoptik, seperti : mengguncankan orang yang dirasukinya. (Mrk.1:26) atau berteriak-teriak (Mrk. 3:11), atau menyeret orang yang dimasukinya (Luk. 8:29).
Memperhatikan begitu banyaknya mukjizat yang diperbuat oleh Yesus, tampaknya kita perlu menyimpulkan bahwa karya mukjizat bukanlah pekerjaan sampingan saja. Mukjizat Yesus merupakan bagian integral dari seluruh karya pelayanan publik-Nya. Jika demikian, kita bisa bertanya: apa sebenarnya tugas utama yang mesti dilaksanakan oleh Yesus?
Mukjizat dan Ragamnya

Di dalam Injil

diceritakan sekian banyak mukjizat mengagumkan yang dibuat oleh Yesus. Flavius Josephus, sejarawan Yahudi abad pertama, juga memberi kesaksian tentang Yesus yang digambarkannya sebagai “pembuat karya-karya yang mengagumkan” (=paradoxon ergon poietes) (Ant. 18.3.3 @ 63-64). Di dalam Alkitab bahasa Indonesia, beberapa peristiwa luar biasa yang diperbuat oleh Yesus disebut mukjizat (Mrk.6:2.5; Luk. 10:13; 19:37; Mat. 13:54). Dalam teks aslinya tidak pernah ditemukan kata “mukjizat” (Latin: miraculum).
Injil Sinoptik menggunakan kata dynameis yang sebenarnya berarti “karya kuasa”. Injil Yohanes menggunakan kata erga, “karya, pekerjaan” (Yoh.5:36; 10:25.32) atau semeia yang berarti “tanda” (Yoh.2:11; 4:54; 9:16). Dua istilah yang dipakai oleh Yohanes mengalihkan perhatian kita dari memandang karya-karya istimewa yang mengatasi hukum alam menjadi karya-karya yang mempunyai makna dan arti religius. Mukjizat yang dibuat oleh Yesus tidak berhenti di situ, tetapi membawa kepada sesuatu yang ada di baliknya. Sementara istilah pertama, dynameis, lebih menunjuk kepada pribadi Yesus dan kerajaan yang Ia wartakan. Dengan demikian semua mempunyai ciri Kristologis.
Dari Injil, kita juga tahu bahwa ada beberapa macam mukjizat yang dikerjakan oleh Yesus. Karena kisahnya terlalu bervariasi, tidak mudah untuk menentukan jenis mukjizat macam apa yang secara konkret diperbuat oleh Yesus. Secara umum, mukjizat Yesus dapat dimasukkan ke dalam empat golongan: Penyembuhan, Pengusiran Setan, Menghidupkan Orang Mati, dan mukjizat alam.
Mukjizat dan Pengusiran Setan
Gagasan bahwa roh jahat bisa mengganggu manusia, baik dari luar maupn dari dalam (kerasukan setan) sebenarnya merupakan gagasan yang berkembang luas dimana-mana. Bahkan sampai saat ini, di generasi ‘Tablet’ ini kita masih mendengar kisah-kisah seperti itu. Kisah orang kerasukan setan serta eksorsisme terus saja menjadi kisah yang menyita perhatian khalayak.
Catatan yang terdapat dalam Alkitab menunjukkan bahwa para murid Yesus yang pertama meyakini bahwa mereka mendapatkan kuasa mengusir setan/roh jahat dari Yesus sendiri sebagai bagian dari pengutusan mereka. (Mrk.6:7; Mat.10:1.8; Luk. 9:1). Tidak hanya itu, satu kali Injil Markus bahkan mencatat bahwa seorang yang bukan pengikut Yesus juga mengusir setan atas nama-Nya (Mrk. 9:38-40). Kisah Para Rasul menceritakan bahwa Paulus mampu mengusir roh jahat yang merasuki seseorang (Kis. 16:16-18; bdk. Kis. 19:12). Sementara itu beberapa dukun Yahudi berusaha meniru Paulus mengusir roh jahat dalam nama Yesus, tetapi ternyata tidak berhasil (19:13-17).
Seperti disinggung di atas, kecuali Injil Yohanes, Injil Sinoptik beberapa kali menceritakan bagaimana Yesus mengusir setan/roh jahat. Misalnya:
  • Pengusiran roh jahat di rumah ibadat Kapernaum (Mrk. 1:21-28; Luk.4:33-37).
  • Pengusiran roh jahat dari orang Gerasa (Mrk. 5:1-20 par).
  • Pengusiran roh dari seorang anak yang bisu (Mrk. 9:14-29 par).
  • Penyembuhan orang bisu yang kerasukan setan (Mat. 9:32-34).
  • Orang buta dan bisu yang kerasukan setan (Mat. 12:22-23; Luk. 11:14).
  • Pembebasan Maria Magdalena dari tujuh roh jahat. (Luk. 8:2).
  • Perempuan Siro-Fenisia yang anaknya kerasukan setan (Mrk.7:24-30; Mat.15:21-28).
Dalam mengusir roh jahat atau setan, Yesus tidak menggunakan teknik-teknik tertentu yang mungkin lazim dipergunakan waktu itu. Dia tidak berdoa, tidak melakukan gerak-gerak tertentu, tidak mengucapkan mantera tertentu, dan tidak menggunakan benda-benda tertentu. Yesus juga tidak mengusir setan atas nama seseorang seperti yang dilakukan orang (lih mis Kis. 16:18; 19:13). Yang diperbuat Yesus hanyalah membentak, menegor dengan keras, dan mengusir setan atau roh jahat yang merasuki seseorang.
Pengusiran setan menjadi bagian integral dari seluruh karya pelayanan Yesus yang mau membebaskan bangsa Israel dari segala penyakit dan kekuatan jahat yang mengakibatkan penderitaan dalam diri mereka. “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Mat. 19:28).
Mukjizat Penyembuhan
Mukjizat penyembuhan termasuk karya Yesus yang mempunyai ragam variasi. Akan tetapi dengan hanya membaca kisah-kisah tersebut, kita tidak tahu persis penyakit apa saja yang sebenarnya disembuhkan oleh Yesus. Gambaran yang disampaikan oleh para penulis Injil ditentukan oleh situasi orang zaman itu yang belum mempunyai pengetahuan yang memadai untuk menentukan suatu penyakit. Di dalam Injil tidak ada medical record dari orang-orang yang menderita sakit dan disembuhkan oleh Yesus. Meskipun demikian, kita bisa menggolongkan mukjizat penyembuhan itu sebagai berikut:
  1. Terdapat empat atau lima kisah mukjizat penyembuhan orang lumpuh (Mrk. 2:1-12; Yoh 5:1-9; Mat. 8:5-13), orang yang tangannya mati sebelah (Mrk. 3:1-6), perempuan yang bungkuk punggungnya (Luk. 13:10-17). Di sini mungkin masih ditambahkan apa yang dirumuskan secara umum dalam Matius 11:5 yang mengatakan, “..orang lumpuh berjalan.” Semua kisah itu berasal dari tradisi yang berbeda-beda.
  2. Ada tiga kisah berbeda yang bersangkut-paut dengan penyembuhan orang buta (Mrk.10:46-52; Mrk. 8:22-26; Yoh. 9:1-47). Mungkin juga bisa ditambahkan rumusan umum, “orang buta melihat” (Mat.11:5).
  3. Dua kasus orang kusta (Mrk. 1:40-45 par; Luk. 17:11-19).
  4. Kasus-kasus yang hanya terjadi sekali: penyembuhan ibu mertua Petrus (Mrk. 1:29-31 par), perempuan yang sakit pendarahan (Mrk. 5:24-34 par), seorang yang sakit busung air (Luk. 14:1-6), seorang yang tuli dan gagap (Mrk. 7:31-37), hamba Imam Besar yang telinganya disembuhkan (Luk. 22:49-51).
Kalau kita memperhatikan banyaknya mukjizat penyembuhan yang dibuat oleh Yesus dan mempertimbangkan bahwa kisah-kisat itu sebenarnya berasal dari tradisi yang berbeda-beda, tidak bisa dikesampingkan kemungkinan bahwa semasa hidupNya, Yesus memang pernah melakukan tindakan-tindakan penyembuhan orang yang menderita sakit.
Menghidupkan Orang Mati
Menyembuhkan orang sakit saja sudah membuat heboh banyak orang, apalagi menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Boleh dikatakan bahwa mukjizat jenis ini yang paling merepotkan manusia modern. Beberapa ahli pernah berpendapat bahwa mukjizat jenis ini sebenarnya merupakan ciptaan Gereja Perdana untuk mengungkapkan keyakinan Gereja bahwa Kristus yang bangkit telah mengalahkan kuasa kematian.
Tetapi kita juga mempersoalkan bahwa gagasan seperti itu sebenarnya bertitik tolak dari sebuah penalaran tertentu. Karena mukjizat itu tidak bisa terjadi, demikian titik tolak berpikir banyak orang kisah-kisah Injil tentang mukjizat pasti tidak sungguh-sungguh terjadi. Kalau sekarang hal itu dianggap tidak bisa terjadi, dulu pun pasti tidak pernah terjadi. Atau kemungkinan orang memberi penjelasan bahwa orang mati yang dibangkitkan sebenarnya bukanlah orang yang benar-benar sudah mati. Apa yang mereka anggap ‘mati’ mungkin saja sebenarnya belum mati. Apalagi zaman itu, pemahaman medis tentu masih amat primitif dibandingkan zaman kita ini.
Tetapi, apakah hanya demikian? Dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa cerita tentang seorang tokoh yang membangkitkan orang mati. Misalnya, Elia dan Elisa (I Raj. 17:17-24; IIRaj. 4:18-37; bdk II Raj. 13,20-21). Dalam Kisah Para Rasul, dikisahkan bahwa Petrus membangkitkan seorang perempuan bernama Tabita atau Dorkas (Kis.9:36-43). Beberapa tulisan Greko-Romawi memuat juga kisah-kisah tentang orang sudah mati yang dihidupkan kembali. Demikian juga beberapa kisah dalam tradisi Kristiani dan tradisi rabinik. Dengan demikian, mesti dikatakan bahwa sekalipun jumlahnya sedikit, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kisah penyembuhan dan pengusiran setan, kisah membangkitkan orang mati ternyata juga ada dan beredar. Karena itu, tradisi Kristiani awal yang mendengar atau mengisahkan kisah Yesus membuat mukjizat membangkitkan orang mati, sebenarnya tidak mendengar sesuatu yang sama sekali belum pernah didengar sebelumnya.
Di dalam Injil, sebenarnya hanya ada tiga kisah yang menceritakan Yesus membangkitkan orang mati:
  1. Membangkitkan anak Yairus (Mrk. 5:21-43 par) yang berasal dari tradisi Markus.
  2. Membangkitkan anak muda di Nain (Luk. 7:11-17), yang hanya terdapat dalam Injil Lukas dan berasal dari tradisi Lukas.
  3. Membangkitkan Lazarus (Yoh. 11:1-46), yang berasal dari tradisi Yohanes.
Di sini kita bisa menambahkan kata-kata Yesus yang biasanya dikatakan berasal dari tradisi Q (terdapat hanya dalam Matius dan Lukas), yaitu “…orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Mat. 11:5 ; Luk. 7:22).
Data-data di atas menunjukkan bahwa ternyata setiap tradisi yang berada di belakang keempat Injil, ternyata menyimpan kisah Yesus yang membangkitkan orang mati. Dari sini kita hanya dapat mengatakan bahwa kisah mukjizat Yesus yang membangkitkan orang mati kemungkinan besar mempunyai dasar pada hidup dan pelayanan Yesus sendiri.
Di dalam Injil sebenarnya kita bertemu dengan dua model kisah pembangkitan orang mati atau kisah kebangkitan. Kedua model itu berbeda satu sama lain secara mencolok. Yang pertama adalah kisah kebangkitan orang mati yang terjadi semasa karya publik Yesus.
Dalam kisah ini mereka yang tadinya sudah mati mendapatkan kembali kehidupannya dengan segala sesuatunya. Tentang anak Yairus yang dibangkitkan dikatakan bahwa ia “berdiri dan berjalan”. (Mrk. 5:42). Sementara Yesus sendiri menyuruh mereka memberi anak itu makan (Mrk. 5:43). Anak seorang janda dari Nain, setelah dibangkitkan, ” duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya” (Luk. 7:15). Demikian juga Lazarus keluar dari kubur, “kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan dan mukanya tertutup dengan kain peluh” (Yoh. 11:44). Berbeda dengan yang terjadi pada Yesus. Ketika Ia bangkit, dikatakan bahwa, “kain kafan terletak di tanah, sedangkan kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kafan itu, tetapi terlipat tersendiri di tempat yang lain” (Yoh. 20:6-7).
Jika diperhatikan, ketiga kisah mukjizat membangkitkan orang mati mempunyai unsur-unsur yang sama:
  1. Yesus bertemu dengan orang yang sedang mengalami kesedihan karena kehilangan (kecuali Luk.7:11-17).
  2. Yesus berkata atau bertindak yang membangkitkan orang yang sudah mati itu.
  3. Reaksi dari orang yang mengamati.
Kalau kita mengamati struktur kisah ini, kita melihat bahwa sebenarnya kisah ini lebih mirip dengan mukjizat penyembuhan orang sakit. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa mukjizat pembangkitan orang mati lebih berkaitan dengan kehidupan fisik di dunia ini. Orang yang sudah mati, ‘disembuhkan’ dari ‘penyakit’ terakhir, yaitu kematian dan kemudian dikembalikan ke kehidupan sebelumnya
Kisah kedua adalah kisah tentang kebangkitan Yesus sendiri. Kisah ini sama sekali berbeda dengan kisah-kisah mukjizat yang diceritakan di atas. Yesus dibangkitkan tidak berarti bahwa Ia kembali ke kehidupan sebelumnya. Kebangkitan Yesus tidak berarti Ia kembali ke kehidupan yang lama, melainkan berpindah melintasi kematian menuju kepenuhan kehidupan abadi dalam persekutuan dengan Allah sendiri. Berbeda dengan mukjizat pembangkitan orang mati yang dalam Injil hampir selalu dikisahkan dengan lengkap, kita sama sekali tidak mempunyai narasi tentang kebangkitan Yesus.

Mukjizat Alam
Kelompok keempat biasanya disebut dengan ‘mukjizat alam, (Nature Miracle). Sebutan mukjizat alam rasanya terlalu umum dan tidak bisa menunjukkan ciri-ciri khusus dari masing-masing mukjizat ini. Kisah-kisah ini tidak mempunyai struktur yang jelas seperti misalnya yang terdapat dalam kisah-kisah penyembuhan (lihat di tulisan sehubungan dengan kisah pembangkitan orang mati). Entah karena alasan apa, tiba-tiba saja Yesus berjalan di atas air (Mrk. 6:45-52 bdk. Yoh. 6:16-21). Demikian juga kisah Yesus yang mengutuk pohon ara (Mrk. 11:12-14.20-21). Rasanya tidak ada alasan yang amat mendesak yang memaksa Yesus untuk berbuat demikian. Kita juga bisa bertanya, sebenarnya tindakan apa yang mengakibatkan sebuah mukjizat alam terjadi. Dalam ketiga mukjizat lainnya, hal ini cukup terlihat, misalnya Yesus menghardik roh jahat, atau memerintahkan si lumpuh untuk bangkit, atau yang lain. Tetapi di dalam kisah mukjizat alam, kita penuh tanda tanya. Apa yang menyebabkan terjadinya mukjizat penggandaan roti? Apakah pada saat Yesus ‘menengadah ke langit dan mengucap berkat’ ? (Misalnya Mrk. 6.41 passim).
Kita tidak perlu memasuki diskusi semacam ini, kita langsung saja melihat secara lebih mendetail mukjizat apa yang biasanya digolongkan ke dalam ‘mukjizat alam’ ini.
  1. Mukjizat Pemberian (Gift Miracle). Termasuk dalam kategori ini adalah kisah dimana benda atau hal-hal tertentu tersedia dengan cara yang amat mengherankan. Misalnya kisah penggandaan roti (Mrk. 6:30-44, dsb). Kisah perkawinan di Kana ketika Yesus mengubah air menjadi anggur (Yoh. 2:1-11).
  2. Mukjizat Penampakan Tuhan (Epiphany Miracle). Dalam mukjizat ini keilahian seorang pribadi tampak dengan jelas. Satu-satunya mukjizat yang termasuk dalam kategori ini adalah kisah Yesus yang berjalan di atas air (Mrk. 6:5-52 bdk. Yoh. 6:16-21).
  3. Mukjizat Penyelamatan (Resque Miracle). Kisah ini menceritakan penyelamatan entah dari angin badai yang mengamuk atau dari penjara. Sepanjang berkaitan dengan kisah Yesus, satu-satunya contoh untuk mukjizat jenis ini adalah kisah Yesus yang menenangkan angin ribut (Mrk. 4:35-41; Mat. 8:23-27; Luk. 8:22-25). Kisah lain di luar Injil bisa ditemukan misalnya dalam Kisah Para Rasul 5:17-25, yan gmenceritakan bagaimana para rasul dibebaskan dari penjara.
  4. Mukjizat Kutukan (Curse Miracle). Dengan kata-kataNya, sang pembuat mukjizat menyebabkan terjadinya sesuatu yang merugikan atau kerusakan. Satu-satunya contoh dari pengalaman Yesus adalah ketika ia mengutuk pohon ara yang tidak berbuah (Mrk. 11:12-14.20-21; Mat. 21:18-22).
Kalau kita mengamati kisah-kisah yang tersaji di atas, tampak bahwa setiap kisah hanya muncul sekali di dalam Injil. Hanya dua kisah saja yang diceritakan dua kali dalam tradisi yang berbeda, yaitu kisah Yesus berjalan di atas air (Yoh. 6:16-21; Mrk.6:4-52) dan kisah penggandaan roti (Mrk. 6:30-44 dsb; Yoh.6:1-15). Berkaitan dengan mukjizat Yesus, persis dua mukjizat ini yang menghubungkan tradisi sinoptik dengan tradisi Yohanes.