Kamis, 25 Oktober 2012

Mengundang Umat untuk Buletin PAO Natal 2012

Selamat menyambut Hari Raya Natal 2012.
 
Hari Raya Natal merupakan salah satu perayaan liturgi penting dalam Gereja Katolik. Pada waktu Natal kita merayakan kelahiran Sang Juru Selamat kita, yakni Yesus Kristus. Berbagai cara dilakukan orang untuk merayakan Natal. Misalnya di Paroki Stella Maris diadakan Bazar Natal dan serta serangkaian Perayaan Ekaristi  Natal.  
PAO Natal 2011
Setiap minggu Paroki Stella Maris mencetak buletin PAO (Predica Ama et Ora). Mulai Natal 2011  akan dicetak Buletin PAO edisi Khusus Natal. PAO ini akan dicetak 48 halaman: sampul berwarna, isi kertas hvs hitam putih. Isinya adalah pesan Natal Pastor Paroki, info paroki, seluruh bacaan, doa pembukaan, doa persembahan, doa penutup, daftar petugas liturgi, dan informasi Gereja lainnya. PAO akan didistribusikan kepada sekitar 7.500 umat Katolik di Paroki Stella Maris (Kecamatan Pontianak Utara dan Kecamatan Siantan).
PAO edisi ketiga, Natal 2012 akan dicetak 1.500 eksemplar. Untuk mengganti biaya cetak, selain kontribusi umat, Tim Penerbitan PAO dari Seksi Komun ikasi Sosial DPP Stella Maris memberi kesempatan kepada Bapak/Ibu/Para Donatur untuk menyampaikan salam/ ucapan Selamat Natal di PAO tersebut.
Adapun tarifnya sebagai berikut.
- Sampul depan-dalam  Rp.1.100.000
- Sampul belakang-dalam Rp.1.000.000
- Sampul belakang-luar Rp.1.200.000
- Halaman dalam berwarna Rp.900.000-,
- Isi (hitam putih) 1 hlm Rp. 500.000;  ½ halm Rp.250.000;  ¼ halm Rp.125.000-,
- Iklan Baris: min.10 baris Rp.50.000
Penerbitan PAO edisi khusus ini juga sebagai salah satu upaya DPP Stella Maris mengumpulkan dana untuk membiayai kegiatan Paroki, seperti katekese, pewartaan, liturgi, pembinaan iman anak/ remaja, dan sebagainya. DPP Stella Maris mohon dukungan dan kontribusi umat agar penerbitan buletin PAO Natal 2011 ini bisa terwujud.  
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Penerbitan; yakni Sdri. Cici di Sekretariat Paroki (0561-883216/ email: parokisiantan@yahoo.com); Andika Pasti (081352067468); Edi v.Petebang (081345339946/email: epetebang@yahoo.com). Materi iklan diterima Tim PAO paling lambat tanggal 10 Desember 2011. Pembayaran bisa dilakukan setelah terbit melalui petugas yang ditunjuk atau langsung ke Bendahara Paroki Stella Maris (Ibu Nelly) di CU Stella Maris
Selamat Menyambut Natal. Mari kita persiapan hati dan pikiran untuk menyambut Juru Selamat.
Tim PAO Edisi Khusus Natal                             Mengetahui dan Menyetujui
                                                                          Ketua Umum DPP/Pastor Paroki Stella Maris
Ttd,                                                                    ttd,
                                                                                   
Edi V.Petebang                                                P. Jeffri A. Bogia, MSC
Kordinator

Senin, 15 Oktober 2012

Mereka Dilantik Menjadi Saksi Iman

Mgr.Bumbun sedang memberikan sakramen krisma
Dengan menerima Krisma berarti Anda dinilai sudah dewasa dalam iman, dilantik menjadi saksi iman dan terlibat penuh dalam Gereja. Karena itu Anda wajib menjadi iman yang hidup, menjadi kesaksian atas karya penyelamatan di dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Sakramen Krisma adalah sakramen penguatan atau bisa juga disebut sakramen pendewasaan diri. Artinya Anda sudah dewasa, sudah siap memikul Salib Kristus.

Demikian pesan  Uskup Agung Pontianak Mgr.Hieronymus Bumbun OFM Cap.dalam khotahnya pada misa penerimaan Sakramen Krisma dan Pelantikan Prodiakon di Gereja Stella Maris, Keuskupan Agung Pontianak Minggu 14 Oktober 2012. Mg.Bumbun didamping tiga imam sebagai konselebran, yakni Pastor Jefri Bogia, MSC., Pastor Herman Mayong OFM Cap., dan Pastor Aga,OFM Cap. Pemberian sakreman krisma diwujudkan dalam bentuk pemberian minyak krisma dan ditamparsalah satu pipi oleh Uskup. Pengurapan dengan minyak Krisma ini berarti umat Katolik yang sudah menerima Krisma Dikuduskan, Dikhususkan, dan menerima Kuasa untuk melakukan tugas perutusan sebagai umat beriman (1 Samuel 10:1; 1Samuel 16:13;  1 Raja-Raja 1:39). “Dengan menerima Sakramen Krisma, kita menerima Roh Kudus yang merupakan meterai, Tanda bahwa kita ini milik Allah,”jelas Uskup Bumbun.
Sebagian penerima krisma foto bersama Mgr.Bumbun

Setelah melalui pelajaran selama tiga bulan, sebanyak 119 orang umat Katolik di Paroki Stella Maris atau Paroki Siantan layak menerima sakramen krisma. “Semula ada 124 orang, namun karena ada yang berhalangan dan belum memenuhi syarat maka hanya 119 orang yang layakmenerima sakramen Krisma ini,”jelas Maran Marsel, ketua Tim Pengajar Calon Krisma.

Lebih lanjut Mgr. Bumbun menjelaskan kepada para krismawan dan krismawati (sebutan untuk orang yang menerima krisma-red) bahwa sakramen Krisma adalah salah satu dari tiga sakramen inisiasi Katolik, yaitu Pembaptisan, Krisma dan Ekaristi. Sakramen Krisma memiliki dasar Kitab Suci dari Kisah Para Rasul 8:16-17 "Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus." Juga dalam Kisah Para Rasul 19:5-6 "Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat". dari kedua kutipan ini jelas bahwa Sakramen Krisma membutuhkan penumpangan tangan untuk mengundang Roh Kudus.

Di dalam sakramen Krisma, kita menerima "Kepenuhan Roh Kudus" sehingga kita dapat secara penuh dan aktif berkarya dalam Gereja. bandingkan dengan para rasul yang menerima Roh Kudus saat Pantekosta, sebelum peristiwa Pantekosta mereka sudah menerima Roh Kudus (INjil Yohanes 20:22) tetapi mereka baru 'aktif' sesudah Pantekosta. Demikian juga  halnya dengan kita karena sebenarnya Roh Kuduspun sudah kita terima saat Permandian, yaitu Roh yang menjadikan kita Anak-Anak Allah, dan yang membersihkan kita dari Dosa Asal. Itulah disebutkan bahwa Sakramen Babtis adalah Sakramen Paskah dan Sakramen Krisma adalah Sakramen Pantekosta.

20 Prodiakon
Prodiakon bersama Mgr.Bumbun dan P.Jefri
Dalam misa kudus yang diikuti sekitar 800 umat tersebut juga dikukuhkan 20 orang prodiakon awam masa bakti 2012-2015. Mereka yang dipilih adalah tokoh-tokoh Katolik yang mempunyai integritas baik. Sebelum bertugas mereka mendapat pembekalan dari pastor paroki. Tugas utama pro diakon ini adalah memberikan pelayanan penerimaan sakramen ekaristi kudus dalam setiap misa ataupun pemberian sakremen ekaristi kepada umat yang sakit. ”Prodiakon harus siap 24 jam melayani umat dalam penerimaan sakramen ekaristi kudus,”pinta Uskup Bumbun.

Diantara 20 prodiakon tersebut ada empat orang perempuan, yakni Elisabet Maran, Agnes Sophia Tampa, Nelly Gunawati dan Sri Juariningsih. Inilah pertama kalinya ada prodiakon awam di Paroki Stella Maris. Prodiakon lainnya adalah Adi Samuel, Alfonsus Ayab, Aloyius Eddy Joni, Ambrosius Icik, Anton Suprayogi, Frans Sukadi, FX Sukasbi, Gregorius, Hermanus Abeh, Hilarius Djonis, Marius Sim Oit Tjiang, Suripto, Yohanes Saronto, Yohanes Awan, Yohanes Suardjono dan Yordanus Djali.*

Edi V.Petebang, Seksi Komsos Paroki Stella Maris  



                                                                                                               



Rabu, 10 Oktober 2012

Bagaimana Berdoa Rosario?

Banyak umat Non-Katolik dan termasuk juga sebagian umat Katolik mengira bahwa doa rosario adalah doa kepada Maria. Sesungguhnya doa rosario adalah doa kepada Tuhan Yesus, dengan meneladani intersesi (bantuan doa) Bunda Maria. Didalam doa Rosario Bunda Maria  menemani  didalam doa, merenungkan peristiwa kelahiran, penderitaan, dan kemuliaan Putranya.
Doa Rosario menuntuk suasana yang tenang dimana misteri kehidupan Yesus dapat direnungkan dengan sepenuh hati.
CARA BERDOA ROSARIO 1. Aku Percaya
2. Bapa Kami3. Salam Putri Allah Bapa, Salam Maria4. Salam, Bunda Allah Putra, Salam Maria
5. Salam, Mempelai Allah Roh Kudus, Salam Maria
6. Kemuliaan

Ikuti Jalan SalibDoa Jalan Salib
(Kemudian renungkan misteri dari kelompok peristiwa-peristiwa)

Peristiwa-peristiwa Gembira
1.  Maria menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel
2.  Maria mengunjungi Elisabet, saudaranya
3.  Yesus lahir di kandang Betlehem
4.  Yesus dipersembahkan di Bait Allah
5. Yesus diketemukan kembali di Bait Allah
Peristiwa-peristiwa Sedih
1.  Yesus berdoa di Taman Getsemany 2. Yesus didera 3.Yesus dimahkotai duri 4. Yesus memanggul salibNya ke gunung Golgota 5. Yesus wafat pada salib
Peristiwa-peristiwa Mulia
1.Yesus bangkit dengan jaya 2.  Yesus naik ke surga 3. Roh Kudus turun atas para rasul 4. Maria diangkat ke surga 5. Maria dimahkotai di surga
Peristiwa-peristiwa Terang
1.Yesus dibaptis di sungai Yordan 2.  Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta pernikahan di Kana 3. Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan 4. Yesus menampakan kemuliaan-Nya 5. Yesus menetapkan Ekaristi


Tata cara Berdoa Rosario
Dalam nama Bapa…
Aku percaya… (lihat no. 1-2)
Kemuliaan kepada Bapa… (lihat no. 13)
Terpujilah… (lihat no. 20)
Bapa kami… (lihat no. 10-12)

Salam, Putri Allah Bapa. – Salam Maria…(lihat no. 14)
Salam, Bunda Allah Putra, - Salam Maria…
Salam, Mempelai Allah Roh Kudus. – Slam Maria…

Lalu menyusul “Kemuliaan” dan “Terpujilah” seperti diatas.
Kemudian pemimpin membacakan peristiwa-peristiwa dari rangkaian misteri yang dipilih (lihat di bawah). Selanjutnya menyusul Bapa kami, 10 Salam Maria, Kemuliaan, Terpujilan. Lalu menyusul peristiwa kedua dan seterusnya.

Peristiwa-peristiwa Gembira, khususnya selama Masa Adven dan Natal1. Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel (Luk1:26-38).
2. Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya (Luk1:39-45).
3. Yesus dilahirkan di Bethlehem (Luk2:1-7).
4. Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah (Luk2:22-40).
5. Yesus diketemukan dalam Bait Allah (Luk2:41-52).

Peristiwa-peristiwa Sedih, khususnya selama Masa Prapaskah dan tiap hari Jumat
1. Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di surga dalam sakratul maut (Luk22:39-46).
2. Yesus didera (Yoh19:1).
3. Yesus dimahkotai duri (Yoh19:2-3).
4. Yesus memanggul salib-Nya (ke Gunung Kalvari) (Luk22:26-32).
5. Yesus wafat di salib (Luk23:44-49).

Peristiwa-peristiwa Mulia, khususnya selama Masa Paskah dan tiap hari Minggu1. Yesus bangkit dari kematian (Luk21:1-12).
2. Yesus naik ke surga (Luk24:50-53).
3. Roh Kudus turun atas para Rasul (Kis2:1-13).
4. Maria diangkat ke surga (1Kor15:23; DS 3903).
5. Maria dimahkotai di surga (Why12:1, DS 3913-3917).

Peristiwa-peristiwa Terang.1. Yesus di baptis di sungai Yordan (Mat3:16-17)
2. Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta pernikahan di Kana (
Yoh2:11)
3. Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan (
Mat4:17-23)
4. Yesus menampakan kemuliaan-Nya (
Mat17:2-5)
5. Yesus menetapkan Ekaristi (
Mrk14:22-24)

12. Dari Ps no 274


Didakhe 1X : 2-4
 

D/L Bapa, Engkau kami puji karena santapan kudus, yang Kau bagikan kepada kami dengan pengantaraan Yesus, Putra-Mu.
 

U Terpujilah Engkau selama-lamanya
 

D/L Bapa, Engkau kami puji karena kebenaran dan hidup, yang Kausampaikan kepada kami denganpengantaraan Yesus, Putra-Mu.
 

U Terpujilah Engkau selama-lamanya
 

D/L Bapa, sebagaimana roti yang kami bagi-bagi ini telah dikumpulkan dari banyak butir gandum yang tersebar di lereng-lereng gunung, sudilah Engkau menghimpun pula umat-Mu dari segala ujung bumi, dan mempersatukan mereka dalam kerajaan-Mu dengan perantaraan penyelamat kami, Yesus Kristus
 

U Terpujilah Engkau selama-lamanya

Catatan 1:
Setiap kali renungan-renungan itu:
a. Didahului doa Bapa Kami, doa yg diajarkan oleh Yesus sendiri. Diucapkan dengan khidmat
 

b. Disertai doa Salam Maria, yang merupakan salam dari malaikat Gabriel dan salam dari Elisabet. Diucapkan dengan tenang sebagai pujian, dan diulang 10 kali seperti doa litani.
 

c. Diakhiri doa Kemuliaan , sebagai permuliaan dan penyembahan kepada Allah Tritunggal.

Catatan 2:
a. Peristiwa-persitiwa Gembira : Pada hari Senin dan Sabtu; pada masa Adven dan Natal.
b.Peristiwa-peristiwa Sedih : Pada hari Selasa dan Jumat; pada masa Puasa.
c.Persitiwa-peristiwa Mulia : Pada hari Rabu, Sabtu dan Minggu; pada masa Paska.
d. Peristiwa-peristiwa Terang : Pada hari Kamis.


Sumber:
http://ekaristi.org/doa/dokumen.php?subaction=showfull&id=1140104989&archive=&start_from=&ucat=1&

Bulan Rosario:Perjumpaan yang Menguatkan dan Menyelamatkan

Mat 16:13-19 ... you are Peter and on this rock I build my church ... (kefas, petra-petros)
Setiap tiba bulan Oktober, Gereja Katolik memasuki bulan Rosario. Bulan Oktober adalah bulan doa. Kita, putra dan putri Gereja bersama-sama diajak untuk “mengkontemplasikan wajah Kristus bersama Maria – (Beato Yohanes Paulus II)” tiap kali kita berdoa Rosario. Ada empat rangkaian peristiwa yang dapat kita doakan setiap kali mendaras Rosario Suci, peristiwa Gembira, peristiwa Sedih, peristiwa Terang, dan peristiwa Mulia.

Dalam peristiwa Gembira yang kedua, kita diajak untuk ikut menyusuri langkah Maria saat ia mengunjungi saudarinya, Elisabet. Tanggal 31 Mei, hari terakhir dalam bulan yang dikhususkan bagi Maria juga mengajak kita mengenangkan kunjungan Maria ke saudarinya, Elisabet. Inilah anamnese (pengenangan) kita terhadap karya Allah dalam diri Maria dan Elisabet yang menjadi kesatuan tak terpisahkan dalam Rancangan Agung keselamatan dalam diri Yesus Kristus.

Dalam kisah Kitab Suci itu, diungkapkan perjumpaan yang agung dan menggembirakan antara Maria yang sedang mengandung Yesus dan Elisabet yang sedang mengandung Yohanes Pembaptis (Luk 1:39-56). Sr. Martha Driscoll, OCSO mengajak kita untuk melihat sebuah meta-kisah, kisah di balik kisah perjumpaan dua perempuan kudus tersebut. Maria dan Elisabet bertemu dalam sebuah perjumpaan yang merupakan sebuah kesatuan. Kesatuan itu timbul sebagai akibat dari persamaan-persamaan yang mereka miliki.

Beberapa persamaan yang jelas tampak adalah: mereka berdua perempuan suci dan menjadi ibu yang sedang mengandung akibat rencana Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Kedua perempuan itu bersaudara, Elisabet yang jauh lebih tua daripada Maria adalah bibi dari Maria. Keduanya adalah orang Yahudi yang taat beribadah. Dalam kisah tradisi yang ada di ritus Timur, diceritakan bahwa kedua orangtua Maria, St. Yoakim dan St. Anna, telah mempersembahkan Maria untuk menjadi gadis penenun selubung Bait Allah sejak Maria masih sangat muda belia. Sebagai seorang gadis penenun selubung, Maria selalu dijaga ketat dan harus selalu bersikap suci murni seperti yang telah ditetapkan dalam Taurat Musa. Sedangkan Elisabet adalah keturunan dari Harun (Luk 1:5), di mana Harun dan keturunannya telah ditetapkan untuk menjadi imam dan pelayan Bait Allah yang suci (Im 8:1-33). Elisabet sendiri menikah dengan Zakharia yang merupakan seorang imam. Sebagai pasangan, mereka “benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat (Luk 1:6)”.

Namun dalam pertemuan yang menyatukan itu, juga tampak jelas perbedaan-perbedaan antara Maria dan Elisabet. Mari kita renungkan kondisi dan situasi yang telah dialami oleh Maria saat ia mengunjungi Elisabet.
Sejak Maria mengucapkan “ya” kepada sabda Tuhan yang disampaikan malaikat Gabriel (Luk 1:38), Maria telah menandatangani “kontrak kosong” dalam perjanjian dengan Tuhan. Ia mempercayakan diri sepenuhnya pada Tuhan. Itulah sebabnya ia tidak gentar pada saat ia mengandung Putera Allah. Semasa Maria hidup, adalah suatu aib besar apabila seorang gadis mengandung di luar nikah. Terlebih Maria, yang dalam tradisi Timur disebut sebagai perawan suci penenun selubung Bait Suci. Hamil di luar nikah adalah nista besar!

Terlebih Maria sudah mempunyai tunangan. Pastilah banyak orang yang menggunjingkan Maria sebagai perempuan nakal yang suka berselingkuh. Namun Maria tidak gentar! Saya teringat sebuah penggambaran indah sukacita dan penyerahan Maria yang begitu luar biasa dalam novel indah “Christ the Lord: Out of Egypt” yang ditulis oleh Anne Rice. Dalam novel itu digambarkan bahwa setelah dikunjungi malaikat Gabriel, Maria segera berlari keluar ke jalanan dan berseru-seru gembira pada semua orang yang ia temui di jalan bahwa rencana Tuhan telah ditetapkan melalui dirinya. Maria tidak malu, tidak takut akan rencana Allah itu. Ia percaya dan pasrah pada Tuhan.

Kegembiraan Maria tidak ditutup-tutupi. Ia segera bergegas pula untuk membagi kegembiraan atas kabar luar biasa yang telah diterimanya kepada saudarinya Elisabet. Maria yang sedang mengandung dengan penuh semangat dan gembira “langsung berjalan” melewati pegunungan menuju Yehuda untuk bertemu dengan Elisabet. Dalam tiap langkah Maria, ia dikuatkan oleh Roh Kudus yang memberi tenaga kepadanya untuk berlari melintas pegunungan walau ia sedang mengandung. Maria dikandung tanpa dosa untuk menyiapkan dirinya menjadi ibu Tuhan, Tabernakel Perdana yang Hidup. Dalam keadaan tanpa dosa itu, ia melangkah dengan ringan dan bebas. Tiap langkahnya sepenuhnya dipercayakan dalam rencana keselamatan Tuhan yang luar biasa. Tidak ada langkah keraguan dan kecemasan dalam perjalanan Maria sampai pada saat Putranya digantung di salib. Dalam peristiwa Rosario berikutnya, kita tidak akan pernah menemukan Maria yang mengeluh, Maria yang protes atas rencana Allah. Bahkan saat Putra yang dikandungnya disiksa sampai mati di salib, kita tidak mendengar protes dari Maria. Kepasrahan dan kepercayaan Maria pada Tuhan sungguh tak terukur.

Perbedaan Elisabet dengan Maria mulai tampak pada tahap perjumpaan ini. Sebelum Maria tiba, kita lebih mirip Elisabet yang bahagia tetapi juga cemas. Kita juga mirip dengan Zakharia, suami Elisabet yang juga merasa ragu dan cemas. Kecemasan pasutri Zakharia dan Elisabet kalau kita lihat lebih jauh ternyata sangat mirip dengan kecemasan kita sendiri.

Elisabet dikatakan mandul akibat pada usia tuanya belum punya anak (Luk 1:7). Pada zaman itu, seorang wanita yang mandul dianggap terkena hukuman Tuhan akibat dosanya. Terlebih lagi Elisabet adalah keturunan Harun dan istri seorang imam Allah. Kedudukan pasangan Zakharia dan Elisabet dalam masyarakat berada di tempat terhormat. Hal ini membuat Elisabet lebih terbebani dengan pandangan sosial masyarakatnya karena ia dianggap mandul karena berdosa. Mungkin di hadapan Elisabet, masyarakatnya bersikap hormat. Namun, ia tidak dapat lepas dari gunjingan di belakang yang menjatuhkan dia sebagai istri imam yang ternyata hanyalah perempuan mandul yang berdosa.

Mungkin beban sosial dari masyarakat itulah yang membuat suami Elisabet, Zakharia, mengalami keragu-raguan pada saat mendapat kabar dari malaikat Gabriel bahwa istrinya akan mengandung pada usia tua. Ia menunjukkan sikap ragu-ragu, tidak percaya terhadap Sabda Allah sendiri. Sebagai seorang imam, ia justru tidak percaya terhadap rencana Allah yang ia layani tiap hari di Bait Suci. Akibatnya, ia menjadi bisu sampai istrinya melahirkan putra (lihat Luk 1: 5-24, 57-64).

Elisabet juga merasa gembira, namun cemas dan takut pada kondisinya yang hamil di usia lanjut (lihat Luk 1:24-25). Kegembiraannya jelas bersumber pada fakta bahwa ternyata ia tidak mandul. Ia tidak terbukti menanggung aib mandul karena dosa seperti yang selama ini dituduhkan kepadanya. Ia bisa hamil. Ia berfungsi secara penuh sebagai perempuan yang akan menjadi seorang ibu. Namun, ia juga cemas.

Kecemasannya diungkapkan dalam kenyataan bahwa dia tidak berkata apa-apa selama lima bulan, menyembunyikan diri supaya orang tidak melihat keadaan hamilnya. Ia cemas dengan pikiran-pikiran negatif, jangan-jangan ia tidak mampu membawa anaknya sampai lahir, jangan-jangan ia nanti keguguran akibat hamil di usia tua. Kecemasan dan kekhawatiran menutupi pikiran Elisabet selama lima bulan yang berat saat ia menyembunyikan diri. Dia tahu bahwa anak itu adalah rahmat dari Tuhan tetapi dia sedang prihatin tentang pikiran orang, daripada mengarahkan diri kepada misteri yang ada dalam rencana Tuhan terhadap anaknya. Dia hanya cemas memikirkan untuk menghilangkan aib mandul yang selama ini menjadi bebannya. Elisabet dibayangi rasa egoisme yang mengaburkan misteri Tuhan. Kecemasan selalu berakar dalam keprihatinan dengan ‘aku’. Sungguh hal yang kontras dengan Maria yang hidup dalam kebebasan kepercayaan yang tidak memikirkan diri sendiri.

Dalam kondisi yang serupa namun sekaligus berbeda, Maria berjumpa dengan Elisabet. Waktu Maria tiba, Elisabet yang cemas pada akhirnya bisa masuk dalam kegembiraan Maria. Bersama Yohanes Pembaptis yang melonjak dalam kandungannya, Elisabet dipenuhi oleh Roh Kudus (Luk 1:41). Dengan penuh oleh Roh Kudus, Elisabet berkata, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana (Luk 1:42-45)”.

Di hadapan Maria, iman Elisabet dikuatkan. Di hadapan Maria, Elisabet diberi rahmat pengenalan iman sehingga dapat segera mengenali kehadiran Putera Allah dalam kandungan Maria. Di hadapan Maria, Elisabet diberi kerendahan hati. Di hadapan Maria, Elisabet menanggalkan sikap egois dan khawatir atas aibnya dengan melangkah masuk lebih dalam dalam misteri penyelamatan Tuhan yang melibatkan dirinya dan anak dalam kandungannya. Iman Zakharia pun kembali dikuatkan dengan kehadiran Maria dalam rumahnya. Selama tiga bulan, Maria tinggal di rumah Zakharia dan menguatkan Zakharia dan Elisabet dalam Roh Kudus.

Kehadiran Maria yang menguatkan dan menghapus kekhawatiran tidak dapat lepas dari sikap Maria yang bebas dan transparan. Maria mempunyai semangat kesaksian yang tidak malu mengakui karya Allah di dalam diri kita. Dalam lagunya Magnificat (Luk 1: 46-55), Maria menunjukkan pada Elisabet dan pada segala bangsa bahwa ia mau supaya orang lain melihat karya Allah, kasih istimewa yang dianugerahkan-Nya kepada dirinya. Kasih dan rahmat Allah tidak disembunyikan di bawah kolong rumah ataupun di bawah gantang, melainkan ditunjukkan di atas kaki dian supaya semua orang dapat melihat cahayanya (Luk 11:33).

 Sungguh berbahagialah Elisabet dan Zakharia yang dikunjungi oleh seorang perempuan yang teramat suci seperti Maria, terlebih lagi selama tiga bulan Maria tinggal bersama mereka! Cahaya Kristus yang terpancar dari rahim Maria menyinari mereka dan menguatkan mereka sehingga mereka tidak merasa kuatir lagi.
Kita mendambakan kepercayaan seperti Maria, namun kita lebih sering mirip dengan imam Zakharia dan Elisabet. Dalam bidang yang kita tekuni, dalam kehidupan keluarga dan komunitas yang kita jalani tiap hari, sering kita membentur masalah-masalah yang sepertinya mustahil untuk kita hadapi, terlebih untuk diselesaikan. Penugasan di tempat kerja yang sulit, keluarga atau sahabat yang sakit parah, pertengkaran suami-istri, terlibat utang yang besar, pengucilan akibat kesalahan yang pernah kita lakukan, penindasan dari pemerintah yang korup, kekerasan terhadap anak, hamil di luar nikah, berbagai hal dapat membawa kita dalam sikap menyerah dan tidak percaya pada rencana Tuhan yang indah. Banyak masalah dapat menyebabkan kita menjadi malu dan menyembunyikan diri seperti Elisabet. Kita mengucilkan diri, tidak mau bercerita kepada siapapun. Lidah kita kelu seperti Zakharia. Kita kehilangan kepercayaan kepada Tuhan. Kita bertanya dengan pilu, “Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? (Mzm 13:2-3)”

Sr. Martha Driscoll, OCSO menggambarkan kecemasan kita dalam perumpamaan orang yang berjalan pincang. Kita berjalan seperti orang pincang – satu langkah percaya, satu langkah cemas. Itulah handicap kita, cacat kita. Sepuluh langkah cemas, satu langkah percaya. Syukur ada Bunda Maria yang selalu mendampingi langkah kita. Kita dapat bersandar kepadanya dan melangkah dalam kepercayaannya sebentar, sebelum kaki kita yang cemas membuat kita goncang lagi. Dia selalu di samping kita agar kita tidak jatuh dalam kecemasan total yang berujung pada keputusasaan.

Dalam Rosario, kita mendapat kelegaan karena dapat bersandar pada langkah Maria yang percaya. Tiap butir rosario yang kita daraskan, kita diajak melangkah bersama Maria. Kita dapat berharap adanya pencurahan Roh Kudus dalam perjumpaan dengan Maria dalam Rosario. Kita ingin seperti Elisabet yang dikuatkan Roh Kudus dalam perjumpaannya dengan Maria. Kita berharap dengan pemenuhan Roh Kudus, iman kita dikuatkan dan kita diajak belajar untuk menanggalkan sikap egois dan menjadi rendah hati seperti Elisabet. Tiap doa Salam Maria yang kita daraskan, kita menempati posisi Elisabet dengan mengatakan “Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus”. Setelah mengucapkan doa Kemuliaan dan Doa Fatima (Ya Yesus yang baik), kita dapat menyisipkan doa yang diajarkan oleh Romo Steffano Gobbi (pencetus Gerakan Imam Maria) dalam semangat penampakan Bunda Maria di Medjugorje: “Datanglah ya Roh Kudus. Datanglah dengan kekuatan perantaraan Hati Maria yang Tak Bernoda, Mempelai-Mu yang terkasih. Bunda Maria, aku mengasihimu. Lindungilah kami, selamatkanlah kami, selamatkanlah dunia.”

Sama seperti Elisabet dan Zakharia menerima Maria di rumah mereka selama tiga bulan, dalam bulan Maria dan bulan Rosario (Mei dan Oktober), kita menerima Maria dalam rumah dan hati kita. Dalam bulan-bulan ini, kita mendaraskan rosario dengan lebih khusyuk dan mendalam. Dalam bulan-bulan ini, kita berharap dapat menimba kekuatan dari Roh Kudus untuk menghadapi permasalahan hidup sepanjang tahun. Dalam bulan-bulan ini, kita belajar untuk percaya seperti Maria. Dalam bulan-bulan ini, kita belajar untuk bersaksi tentang kebesaran Tuhan tanpa menonjolkan ego kita.

Terlebih dalam bulan Rosario, kita mendalami arti rosario. Sr. Martha Driscoll menggambarkan rosario dengan indah. Rosario adalah rantai, rantai yang lembut yang mengaitkan kita dengan Allah, Bapa kita, dan dengan orang lain, saudara-saudari kita dalam Kristus. Dalam semangat persaudaraan yang dikaitkan oleh rantai Rosario, kita diajak menjadi rasul Rosario bagi sesama, sama seperti Maria yang menjadi rasul terang bagi Elisabet dan Zakharia.

Rantai keputeraan dan persaudaraan menuju kepada sebuah salib karena Kristuslah yang membuka jalan keselamatan kepada kita. Jalan itu memiliki sebuah pintu gerbang, yaitu Maria. Kristus sendiri masuk ke dalam dunia melalui Maria. Di dalam rahim Maria, ada keabadian yang merangkul semua pengalaman manusia. Maria mendampingi kita yang berjalan seperti orang pincang sepanjang perjalanan keselamatan. Meskipun pincang, mari kita maju berjalan bersama Maria dalam kepercayaan yang cemas dan kecemasan yang percaya.*


Diambil dari http://mantancakrabyuha.wordpress.com/2012/01/04/perjumpaan-yang-menguatkan-dan-menyelamatkan/