Permenungan selama Minggu I Bulan Kitab Suci
Oleh Fr.Leonardus Laratmase MSC (fr.Ay's)
Minggu Pertama dalam bulan Kitab Suci ini, kita
diajak untuk merenungkan tentang KELUARGA
SEBAGAI TEMPAT KEHADIRAN ALLAH. Kisah Abraham dan Ketiga Tamunya (Kej.
18:1-15) diajukan sebagai bahan permenungan kita. Abraham sedang beristirahat
di kemahnya. Ia mendapat tiga orang tamu. Bagi orang pengembara seperti
Abraham, tamu merupakan kehormatan bagi keluarga. Oleh karena itu Abraham
menunjukkan sikap hospitalitas yang luar biasa, walaupun ia tidak mengenal
mereka. Abraham berlari menyongsong ketiga tamu itu. Ia menyapa mereka sebagai
‘tuan’ dan menyebut dirinya sebagai ‘hamba’. Ia sujud menghormati mereka sampai
ke tanah. Ia menawarkan air pada mereka untuk membasuh kaki. Ia kemudian
mengadakan jamuan mewah bagi mereka dengan hidangan yang terbaik. Ada roti
bundar pipih anak lembu yang empuk dagingnya dan dadih, air susu sapi yang
dikentalkan.
Hospitalitas Abraham sungguh tulus. Ia memberikan
pelayanan yang terbaik. Ia tampil sebagai seorang tuan rumah yang sangat
bersahabat. Sampai ia tidak menyadari bahwa salah satu di antara ketiga tamunya
adalah Allah. Sikapnya itu mendatangkan pembaharuan atas kabar sukacita yang
telah disampaikan Tuhan sebelumnya (Kej.
15:13-14; 17:19-22). Kini Allah merealisasikan kabar sukacita tersebut. Tahun
depan setelah kunjungan tersebut, Abraham akan memperoleh seorang anak
laki-laki.
Rupanya Sara meragukan realisasi kabar sukacita
tersebut. Di dalam hatinya, Sara tertawa. Ketika ditanya oleh Allah, ia
menyangkalnya. Secara manusiawi sikap Sara itu dapat dimengerti. Abraham dan Sara sudah lanjut umurnya.
Abraham sudah berumur 100 tahun sedangkan Sara berumur 99 tahun (Kej. 17:17).
Seorang wanita di atas 50 tahun mengalami menopause. Sehingga mustahil baginya
untuk memperoleh keturunan. Apalagi Sara yang sudah berumur 99 tahun. Sehingga
tawa Sara hendak mengungkapkan ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi sebab aku
telah lanjut usia’
Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Bukankah Allah
itu Mahakuasa? Allah sanggup melaksanakan apapun yang dikehendaki-Nya. Allah
telah menjanjikan keturunan kepada Abraham. Ia memegang teguh janji tersebut.
Oleh karena itu Allah pasti melaksanakan. Realisasi janji Allah pada Abraham
dan Sara menunjukkan bahwa sejak semula Ia setia pada perjanjian-Nya. Allah
tidak mungkin mengingkari janji-Nya. Ia juga tidak akan mengkhianati manusia.
Hal penting yang dapat kita pelajari dari kasih
kisah Abraham ini yaitu Allah senantiasa hadir dan menyertai kehidupan keluarga
kita. Ia telah berkenan hadir di tangah-tengah keluarga kita. Allah hadir bukan
secara pasif, melainkan secara aktif. Ia mengetahui setiap pergumulan atau
masalah yang kita hadapi. Ia pasti memberikan solusi kepada kita. Ia mengenal
harapan dan permohonan keluarga kita. Ia pasti menanggapinya. Dengan demikian
Allah adalah Allah yang dekat dengan kita. Ia memang Immanuel. Ia senantiasa
menyertai kita.
Oleh karena itu kita perlu meneladani sikap
Abraham. Kita perlu secara aktif pula menanggapi kehadiran Allah. Kita perlu menyongsong
dia untuk masuk ke dalam keluarga kita. Ia meminta agar Allah tinggal di
tengah-tengah keluarga dan hati setiap anggota keluarga. Sejalan dengan itu,
kita perlu menciptakan suasana keluarga supaya pantas menjadi bait Allah.
Setiap anggota keluarga juga perlu
menjadikan hatinya agar pantas menyambut Allah.
Beberapa refleksi yang dapat menolong kita
untuk membumikan Teks Kitab Suci di atas yakni:
1.
Pengalaman
apakah yang membuat kita menyadari bahwa Allah sungguh-sungguh hadir dalam
keluarga kita?
2.
Bagaimana
Allah menolong keluarga kita dalam pergumulan? Ceritakanlah suatu pergumulan
dalam keluarga?
Sumber: Diolah kembali dari Buku Pegangan Pendalaman Bulan
Kitab Suci Nasional 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar