Oleh Stefanus Tay, MTS dan Ingrid Listiati, MTS
Secara tradisi, Gereja Katolik
mendedikasikan bulan- bulan tertentu untuk devosi tertentu. Bulan Mei yang
sering dikaitkan dengan permulaan kehidupan, karena pada bulan Mei di negara-
negara empat musim mengalami musim semi atau musim kembang. Maka bulan ini
dihubungkan dengan Bunda Maria, yang menjadi Hawa yang Baru. Hawa sendiri
artinya adalah ibu dari semua yang hidup, “mother of all the living”
(Kej 3:20).
Devosi mengkhususkan bulan Mei
sebagai bulan Maria diperkenalkan sejak akhir abad ke 13. Namun praktek ini
baru menjadi populer di kalangan para Jesuit di Roma pada sekitar tahun
1700-an, dan baru kemudian menyebar ke seluruh Gereja.
Pada tahun 1809, Paus Pius VII
ditangkap oleh para serdadu Napoleon, dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus
memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan dari penjara. Paus
berjanji bahwa jika ia dibebaskan, maka ia akan mendedikasikan perayaan untuk
menghormati Bunda Maria. Lima tahun kemudian, pada tanggal 24 Mei, Bapa Paus
dibebaskan, dan ia dapat kembali ke Roma. Tahun berikutnya ia mengumumkan hari
perayaan Bunda Maria, Penolong umat Kristen.
Demikianlah devosi kepada Bunda
Maria semakin dikenal, dan Ketika Paus Pius IX mengumumkan dogma “Immaculate
Conception/ Bunda Maria yang dikandung tidak bernoda” pada tahun 1854,
devosi bulan Mei sebagai bulan Maria telah dikenal oleh Gereja universal.
Paus Paulus VI dalam surat
ensikliknya, the Month of Mary mengatakan, “Bulan Mei adalah bulan di
mana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda Maria yang terberkati,” dan
bulan Mei adalah kesempatan untuk “penghormatan iman dan kasih yang diberikan
oleh umat Katolik di setiap bagian dunia kepada Sang Ratu Surga. Sepanjang
bulan ini, umat Kristen, baik di gereja maupun secara pribadi di rumah,
mempersembahkan penghormatan dan doa dengan penuh kasih kepada Maria dari hati
mereka. Pada bulan ini, rahmat Tuhan turun atas kita … dalam kelimpahan.” (Paus
Paulus VI, the Month of May, 1)
Sedangkan penentuan bulan Oktober
sebagai bulan Rosario, berkaitan dengan pertempuran di Lepanto pada tahun 1571,
di mana negara- negara Eropa diserang oleh kerajaan Ottoman yang menyerang
agama Kristen, dan terdapat ancaman genting saat itu, bahwa agama Kristen akan
terancam punah di Eropa. Jumlah pasukan Turki telah melampaui pasukan Kristen
di Spanyol, Genoa dan Venesia. Menghadapi ancaman ini, Don Juan (John) dari
Austria, komandan armada Katolik, berdoa rosario memohon pertolongan Bunda
Maria.
Demikian jugaa, umat Katolik di
seluruh Eropa berdoa rosario untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan
yang mendesak ini. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama- sama
dengan banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore.
Sejak subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk
mendoakan pertempuran di Lepanto. Walaupun nampaknya mustahil, namun pada akhirnya
pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemudian, Paus Pius V menetapkan
peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober. Kemudian
penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Hari
Raya Rosario Suci.
Demikianlah sekilas mengenai mengapa
bulan Mei dan Oktober dikhususkan sebagai bulan Maria. Bunda Maria memang
terbukti telah menyertai Gereja dan mendoakan kita semua, para murid Kristus,
yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus menjadi anak- anaknya (lih. Yoh
19:26-27). Bunda Maria turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Kristus
Putera-Nya, dan bekerjasama dengan-Nya untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir
jaman.
Stefanus
Tay, MTS dan Ingrid Listiati, MTS adalah pasangan suami istri awam dan telah
menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria -
Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar