Empat suster OSA: Evifania Messy, Mela Maria, Agatha Rubiningsih Konten, Dionisia Haumeni
|
Hari Minggu, 21 Juli 2019 terjadi peristiwa bersejarah
di Paroki Stella Maris, Siantan, Pontianak. Hari ini, pertama kalinya, akan
dilaksanakan misa penerimaan jubah biara untuk empat orang suster dari Tarekat/Kongregasi Santo Augsutinus atau biasa dikenal dengan nama Suster
OSA. Misa kudus dipersembahkan oleh Uskup Agung Pontianak,
Mgr.Agustinus Agus Bersama
sejumlah pastor konselebran.
Peristiwa ini langka karena selama ini penerimaan
jubah suster OSA dilaksanakan di Kapel biara saja. Namun kali ini dilaksanakan
di gereja paroki dimaksudkan sebagai promosi panggilan supaya generasi muda
Katolik mau menjadi biarawan/wati. Juga sekaligus dalam rangka perayaan 70
tahun karya suster OSA di Indonesia.
"Saya menghimbau umat Stella Maris khususnya dan
umat Katolik di Pontianak agar dapat menghadiri misa ini. Kita harus memberikan
dukungan penuh untuk para Suster OSA agar mereka terus mampu menjadi garam dan
terang dunia di tengah-tengah masyarakat melalui karya-karya mereka,"harap
Pastor Kornelius Kuli Keban, MSC., Pastor Paroki Stella Maris.
Menurut Ketua Panitia, Sution, selesai misa akan
diadakan ramah tamah bersama Bapak Uskup bersama umat dan tamu undangan. Umat sekalian diundang untuk
memberikan doa dan dukungan bagi para suster OSA serta biarawan/wati umumnya.
Pendidikan dan Kesehatan
Para Suster OSA terkenal dengan karya di bidang
pendidikan dan kesehatan. Di Ketapang para Suster OSA mengelola Rumah Sakit
Fatima, rumah sakit swasta terbesar dan terbaik di sana. Di Pontianak para
Suster OSA memang belum lama berkarya. Mereka mengelola PAUD dan penitipan anak
di Jalan Rajawali serta biara calon-calon suster di Batu Layang, Gg Beringin.
Tarekat OSA
mempunyai visi: Kebahagiaan terdalam. Menurut Augustinus, panggilan
manusia untuk mencintai karena dicintai Tuhan, mendorong kita untuk melibatkan
hidup sepenuhnya dalam membangun dunia sesuai dengan semangat Injili “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenapjiwamu, dan
denga segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua
ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri“ (Mrk. 12: 30-31). Dengan visi ini tarekat mau ikut
ambil bagian dalam mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia ini.
Konsekuensinya adalah karya tarekat hendaknya selalu merupakan perwujudan dari
kehadiran Kerajaan Allah.
Tahun 2019 Para Suster OSA melayani
Gereja Umat Allah selama 70 tahun di Indonesia. Tentu bukanlah rentang waktu
yang singkat, pun bukan pekerjaan yang ringan. Berbagai peristiwa dan
pengalaman jatuh bangun, suka duka, gagal sukses dalam pelayanan dan pewartaan
kasih pasti sudah dialami. Mengarungi sungai-sungai dalam dan deras dengan
perahu sederhana, menerobos ratusan atau bahkan ribuan kilometer hutan
belantara lewat jalan setapak, dan keluar masuk kampung jauh di pedalaman
Kalimantan Barat pasti sudah sering ditempuh. Barang kali tidak semua
peristiwa-peristiwa tersebut merupakan pengalaman yang indah dan menyenangkan.
Tetapi satu hal yang jelas bahwa pengalaman-pengalaman tersebut pasti
menyisakan kenangan penuh makna. Perjuangan dan pengorbanan yang telah
dipersembahkan dalam semangat kasih didalam pelayanan dan karya kerasulan
Suster-Suster Augustinus untuk hari-hari yang akan datang.
Suster Augustinus berkarya di
10 Keuskupan, yakni 1. Keuskupan Ketapang, 2. Keuskupan Agung Pontianak, 3.
Keuskupan Sanggau, 4. Keuskupan Sintang,
5. Keuskupan Palangkaraya, 6. Keuskupan Malang, 7. Keuskupan Surabaya, 8.
Keuskupan Agung Semarang, 9. Keuskupan Agung Jakarta, 10. Keukupan Manokwari –
Sorong.
Siapa sangka bahwa dalam
sekelompok para perempuan religius yang kebanyakan modal nekat kelima suster
pioner dari Nederland menuju ke Berneo
Indonesia , dan dalam kesederhanaanya
dalam penampilan itu tersimpan suatu semangat, energi dan pengaruh yang
besar bagi perkembangan Gereja. Sesungguhnya, mereka laksana batu bangunan yang
telah dibuang oleh tukang bangunan dan telah dijadikan batu penjuru. Para
Suster Augustinus adalah batu-batu hidup yang telah, sedang dan akan terus
menjadi batu-batu untuk membangun Gereja
dan umat Allah di bumi Indonesia pada umumnya dan di 10 Keuskupan pada khususnya. Dan tetap bisa
memberi warna lain dalam pastoral, baik langsung maupun tidak langsung. Umat
yang ada di sekitar komunitas Suster OSA diharapkan akan merasakan kehadiran para suster dan keterlibatannya dalam gerak pastoral di
Keuskupan dimana kami berkarya. [Edi Petebang, Panitia]