Oleh Fr.Leonardus Laratmase, MSC
Berikut ini beberapa pokok rangkuman Pesan Paus
Fransiskus pada hari minggu misi sedunia ke-88. Pertama, bagi Paus
Fransiskus hari minggu misi sedunia merupakan momen bagi semua orang beriman
untuk terlibat dalam doa dan aksi solidaritas konkrit untuk mendukung
Gereja-Gereja muda di tanah-tanah misi.
Kedua, Paus mendasarkan
pesannya pada teks Lukas tentang kembalinya 72 murid. Para murid dipenuhi
dengan sukacita. Karena kuasa yang mereka miliki mampu membebaskan orang-orang
dari roh-roh jahat. Namun menurut Paus, pengalaman kasihlah yang mesti menjadi
sumber sukacita. Hal ini mendorong Yesus untuk mengajak para murid-Nya untuk
bersyukur karena nama mereka tercatat di surga.
Ketiga, bagi Paus Fransiskus
sukacita perlu dilihat dalam perspektif trinitas. Bapa adalah sumber sukacita.
Putera, Yesus Kristus, adalah manifestasi sukacita itu dan Roh Kudus adalah
pemberi sukacita itu. Oleh karena itu hari minggu misi sedunia merupakan
perayaan rahmat dan sukacita. Disebut perayaan rahmat karena Roh Kudus diutus
Bapa untuk memberi hikmat dan kekuatan bagi umat beriman. Disebut perayaan
sukacita karena Yesus diutus Bapa untuk mewartakan Injil kepada dunia,
mendorong dan menyertai usaha-usaha misioner kita.
Keempat, menurut Paus Fransiskus akibat dari konsumerisme adalah
kesedihan dan kecemasan yang lahir dari hati yang puas diri dan tamak; gelisah
kaerna pencarian akan kenikmatan-kenikmatan yang dangkal dan hati nurani yang
tumpul. Di tengah situasi ini, diperlukan penegasan identitas murid Yesus. Bagi
Paus Fransiskus, para murid Yesus adalah mereka yang membiarkan dirinya
ditangkap oleh kasih Yesus dan dimeteraikan oleh api kerinduan demi Kerjaan
Allah dan proklamasi sukacita Injil. Oleh karena itu para murid dipanggil untuk
menghayati sukacita evangelisasi. Mereka bertugas untuk mengungkapkan sukacita
itu dalam bentuk suatu perhatian untuk mewartakan Kristus di daerah-daerah yang
paling jauh; juga mengunjungi daerah-daerah pinggiran di wilayah mereka secara
teratur.
Kelima, Paus Fransiskus
mengajak semua orang beriman untuk menyalakan kembali niat dan kewajiban moral.
Paus kemudian menegaskan bahwa bantuan keuangan merupakan tanda persembahan
diri pertama-tama kepada Tuhan dan kemudian kepada sesama.