01 Desember: St. Edmun Campion
Edmund hidup pada abad keenambelas. Ia seorang pelajar muda Inggris yang amat populer, seorang ahli pidato yang mengagumkan. Edmund terpilih untuk menyampaikan pidato sambutan kepada Ratu Elizabeth ketika ratu mengunjungi perguruan tingginya. Sekelompok temannya tertarik akan sikapnya yang periang dan bakat-bakatnya yang beranekaragam. Mereka menjadikan Edmund sebagai pemimpin mereka. Bahkan ratu dan para menterinya pun menyukai pemuda yang menarik ini.
Tetapi, Edmund mempunyai masalah dengan agamanya. Ia selalu beranggapan bahwa Gereja Katolik adalah satu-satunya Gereja yang benar. Dan ia tidak menyembunyikan pendapatnya itu. Oleh karenanya, pemerintah, yang menganiaya orang-orang Katolik, menjadi amat curiga kepadanya. Edmund tahu bahwa ia akan kehilangan simpati ratu dan juga kehilangan semua kesempatan untuk mendapatkan jabatan tinggi apabila ia memilih untuk menjadi seorang Katolik. Pemuda ini berdoa dan menetapkan keputusannya. Ia akan tetap menjadi seorang Katolik!
Setelah melarikan diri dari Inggris, Edmund belajar untuk menjadi seorang imam. Ia masuk Serikat Yesus. Ketika Bapa Suci memutuskan untuk mengirimkan imam-imam Yesuit ke Inggris, Pastor Campion termasuk di antara imam-imam pertama yang diutus. Malam sebelum ia pergi, salah seorang rekan imam merasa terdorong untuk menuliskan kata-kata ini di pintu kamarnya: “Pastor Edmund Campion, martir.” Meskipun Pastor Campion tahu akan bahaya yang menghadangnya, imam yang kudus ini berangkat juga dengan riang. Malahan, ia banyak tertawa oleh karena ia menyamar sebagai seorang pedagang permata. Di Inggris, ia berkhotbah dengan berhasil di hadapan umat Katolik yang menjumpainya secara rahasia. Mata-mata ratu ada di mana-mana, mereka mencoba menangkapnya. Pastor Campion menulis: “Sebentar lagi aku tidak akan terlepas dari tangan mereka. Kadang-kadang aku membaca tulisan yang berbunyi 'Campion telah tertangkap'!” Seorang pengkhianatlah yang pada akhirnya menyebabkan imam Yesuit itu tertangkap. Di penjara, Pastor Campion dikunjungi oleh para pejabat kerajaan yang mengaguminya. Bahkan Ratu Elizabeth sendiri juga datang. Tetapi tidak satu pun dari ancaman ataupun janji-janji mereka yang dapat membuatnya mengingkari iman Katoliknya. Bahkan tidak juga aniaya. Walaupun harus banyak menderita, ia masih tetap mempertahankan diri dan rekan-rekan imam lainnya dengan cara yang demikian mengagumkan sehingga tidak seorang pun mampu mendebatnya. Meskipun begitu, ia tetap juga dijatuhi hukuman mati. Sebelum hukuman dilaksanakan, St. Edmund mengampuni orang yang telah mengkhianatinya. Ia bahkan membantu menyelamatkan nyawa orang itu. St. Edmund Campion wafat pada tahun 1581 pada usia empatpuluh satu tahun.
Edmund dapat memberikan pengampunan bahkan ketika tampaknya hal itu mustahil. Adakah bagian dari hidupku yang membutuhkan rahmat pengampunan yang menyembuhkan?
Ayah Bibiana, Flavian, adalah seorang pejabat kota Roma pada masa Gereja Perdana. Flavian dan isterinya dikenal sebagai pengikut Kristus yang taat. Ketika Kaisar Yulianus mengingkari iman Katoliknya dan mulai menganiaya umat Kristen, Flavian ditangkap. Wajahnya dicap dengan besi panas dan kemudian ia dikirim ke tempat pembuangan.
Setelah Flavian wafat, isterinya - Dafrosa - juga dijadikan tahanan di rumahnya sendiri. Hukuman itu dijatuhkan kepadanya karena kehidupan Kristianinya yang saleh. Kemudian, Dafrosa juga dijatuhi hukuman mati. Bibiana, yang ditinggal sendirian bersama saudarinya - Demetria - dengan segenap hati mempercayakan diri kepada Tuhan dan berdoa. Segala milik mereka dirampas. Lalu, kedua gadis tersebut diajukan ke pengadilan. Demetria yang malang begitu ketakutan sehingga tewas seketika di kaki hakim. Bibiana diserahkan kepada seorang perempuan pendosa yang ditugaskan untuk menjadikan Bibiana sejahat dirinya. Perempuan itu membujuk dengan kata-kata manis dan dengan banyak akal licik supaya Bibiana jatuh dalam dosa. Tetapi Bibiana tidak dapat dibujuk. Ia dibawa kembali ke pengadilan dan didera. Namun, ia tetap teguh pada iman dan kesuciannya. Akhirnya, St. Bibiana didera dengan cambuk timah hingga wafat. Seorang imam menguburkan jenasahnya pada malam hari di samping ibu dan saudarinya.
Kadang-kala kita harus menderita karena melakukan suatu hal yang kita yakini kebenarannya. Kita dapat berdoa memohon rahmat ketekunan dalam berbuat kebajikan sepanjang hidup kita.
Misionaris besar ini dilahirkan di Kastil Xaverius, Spanyol pada tahun 1506. Ia belajar di Universitas Paris ketika umurnya delapanbelas tahun. Di sanalah ia bertemu dengan St. Ignatius Loyola, yang pada waktu itu akan membentuk Serikat Yesus. St. Ignatius berusaha mengajak Fransiskus untuk bergabung. Pada mulanya, pemuda yang suka bersenang-senang ini tidak pernah memikirkannya. Kemudian, St. Ignatius mengulangi kata-kata Yesus dalam Kitab Suci kepadanya: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” Akhirnya, Fransiskus memahami dengan jelas bahwa panggilan hidupnya adalah bersama dengan para Yesuit.
Ketika Fransiskus berusia tigapuluh empat tahun, St. Ignatius mengutusnya sebagai misionaris ke Hindia Belanda. Raja Portugal hendak memberinya hadiah-hadiah dan juga seorang pelayan untuk menyertainya. Tetapi, Fransiskus dengan halus menolak pemberian raja dengan mengatakan: “Cara terbaik bagi seseorang untuk mendapatkan martabat sejati adalah dengan mencuci baju serta memasak makanannya sendiri.” Sepanjang karyanya yang gemilang di Goa, India, Indonesia, Jepang serta pulau-pulau lain di timur, St. Fransiskus mempertobatkan banyak orang. Sesungguhnya, ia membaptis begitu banyak orang hingga ia menjadi terlalu lemah bahkan untuk mengangkat tangannya sendiri. Ia mengumpulkan anak-anak kecil di sekitarnya serta mengajarkan iman Katolik kepada mereka. Kemudian ia menjadikan mereka misionaris-misionaris kecil. Ia mengajak mereka untuk menyebarluaskan iman yang telah mereka peroleh. Tidak ada yang tidak dilakukan St. Fransiskus untuk membantu sesama. Suatu ketika, ia berhadapan dengan segerombolan perompak yang garang, ia sendirian dan tanpa senjata kecuali salibnya. Gerombolan perompak itu mundur kembali dan tidak jadi menyerang penduduk Kristennya. St. Fransiskus juga membawa kembali orang-orang Kristen yang hidup tidak baik untuk bertobat. Satu-satunya “alat”-nya adalah kelemahlembutan, keramahan serta doa-doanya.
Sepanjang perjalanan dan kerja kerasnya yang melelahkan, St. Fransiskus senantiasa dipenuhi oleh sukacita yang datang dari Tuhan. Ia mendambakan untuk dapat pergi ke Cina, ke daerah di mana tak seorang asing pun diijinkan masuk. Akhirnya, persiapan-persiapan dilakukan, tetapi misionaris besar kita jatuh sakit. Ia wafat, hampir-hampir tanpa ditemani siapa pun, pada tahun 1552 di sebuah pulau di pesisir Cina. Usianya baru empatpuluh enam tahun. Fransiskus Xaverius dinyatakan kudus oleh Paus Gregorius XV pada tahun 1622. Ia dikanonisasi bersama para kudus yang hebat lainnya dalam suatu upacara kanonisasi di Roma. Ignatius dari Loyola, Theresia dari Avila, Filipus Neri dan Isidorus si Petani, dikanonisasi pada hari yang sama.
Cinta Fransiskus kepada Yesus demikian besar hingga ia tidak dapat beristirahat karena pemikiran akan begitu banyaknya orang yang belum pernah mendengar Injil. Bagaimana jika aku membagikan imanku kepada setidak-tidaknya satu orang dalam hidupku?
4 Desember | St. Yohanes dari Damaskus |
St. Yohanes hidup pada abad kedelapan. Ia dilahirkan di kota Damaskus dari keluarga Kristen yang taat. Ketika ayahnya wafat, Yohanes diangkat menjadi gubernur kota Damaskus. Pada waktu itu, kaisar mengeluarkan perintah yang melarang umat Kristiani memiliki patung atau pun gambar-gambar Yesus Kristus dan para kudus. St. Yohanes tahu bahwa kaisar salah. Karenanya, ia bergabung dengan yang lainnya untuk mempertahankan tradisi Kristiani. Paus sendiri meminta Yohanes untuk terus mengatakan kepada rakyat bahwa memiliki patung atau pun gambar-gambar kudus adalah suatu hal yang amat baik. Patung maupun gambar-gambar tersebut membantu mengingatkan kita akan Yesus Kristus, Bunda Maria dan para kudus. Tetapi kaisar tidak mau taat kepada Bapa Suci. Ia terus saja melarang patung dan gambar-gambar ditempatkan di tempat-tempat umum. St. Yohanes dengan berani menulis tiga pucuk surat. Ia meminta kaisar untuk mengakhiri jalan pemikirannya yang salah.
Kaisar menjadi amat murka dan ingin melampiaskan dendamnya. Yohanes memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai gubernur. Ia menyumbangkan segala kekayaannya kepada para miskin dan menjadi seorang rahib. Ia terus menulis buku-buku yang mengagumkan untuk mempertahankan iman Katolik. Sementara itu, ia juga melakukan segala pekerjaan kasar di biara. Suatu hari ia bahkan pergi untuk berjualan keranjang di pinggir jalan kota Damaskus. Banyak orang yang mengenal Yohanes sebelumnya berlaku kejam terhadapnya dengan menjadikannya bahan tertawaan. Ini dia orang yang dahulunya adalah gubernur kota yang hebat, sekarang berjualan keranjang. Coba bayangkan betapa berat penderitaan yang harus ditanggung oleh St. Yohanes. Tetapi ia tahu bahwa semua uang yang ia peroleh akan dipergunakan untuk kepentingan biara. Ia senantiasa memikirkan Yesus, Putera Allah, yang memilih untuk dilahirkan di sebuah kandang yang hina. Kemudian, ia merasa berbahagia dapat meneladani kerendahan hati Kristus. St. Yohanes wafat dengan damai dan tenang pada tahun 749.
Meskipun St. Yohanes adalah seorang yang amat pandai serta terpelajar, ia memiliki kerendahan hati yang amat besar, seperti dinyatakannya dalam sebuah kalimat yang pernah ditulisnya untuk menyebut dirinya sendiri “seorang hamba rendahan yang tak berguna, yang lebih memilih untuk mengaku dosa-dosanya di hadapan Tuhan daripada terlibat dalam perkara-perkara teologi dan politik.”
5 Desember | St. Sabas |
Sabas, yang dilahirkan pada tahun 439, adalah salah seorang dari rahib Palestina yang termasyhur. Ayahnya seorang pejabat dalam dinas militer. Ketika ayahnya harus pergi ke Alexandria, Mesir, ia menitipkan puteranya yang masih kecil kepada saudara iparnya. Namun karena bibinya memperlakukannya dengan buruk, Sabas kecil melarikan diri ke rumah pamannya yang lain. Ketika timbul pertengkaran di antara kedua pamannya itu, Sabas merasa tidak tenang. Ia senang melihat semua orang hidup dalam damai. Jadi, ia melarikan diri lagi dan tinggal di sebuah biara. Kedua pamannya merasa malu atas perbuatan mereka. Mereka meminta Sabas untuk kembali dan mereka berjanji akan memberikan kepadanya semua hak warisannya. Tetapi, Sabas merasa berbahagia tinggal di biara. Ia tidak mau meninggalkannya. Meskipun di biara ia menjadi rahib yang paling muda, tetapi dialah yang paling tekun berdoa.
Ketika usianya delapanbelas tahun, Sabas pergi ke Yerusalem. Ia ingin mencoba hidup sendirian bersama Tuhan saja. Ia dinasehati agar tinggal di biara lain untuk sementara waktu oleh sebab ia masih amat muda. Sabas taat dan dengan sukacita mengerjakan semua pekerjaan berat. Ia membelah kayu untuk perapian dan memikul ember air yang berat. Suatu hari, St. Sabas diutus ke Alexandria untuk menemani seorang rahib. Di sana, ia berjumpa dengan ayah ibunya! Orangtuanya mengupayakan segala cara agar Sabas mau tinggal bersama mereka. Mereka ingin agar Sabas menikmati kehormatan yang sama seperti yang telah diperoleh ayahnya. Tidak demikian dengan Sabas! Ia bahkan tidak mau menerima uang yang mereka coba berikan kepadanya. Akhrinya, Sabas menerima juga tiga keping emas. Ketika ia tiba kembali di biaranya, diserahkannya kepingan-kepingan emas itu kepada kepala biara.
Pada akhirnya, selama empat tahun Sabas dapat juga menikmati hidup sendirian bersama Tuhan saja, seperti yang didambakannya. Tetapi, sesudah itu ia harus memulai sebuah biara baru. Banyak murid datang kepadanya untuk menjadi rahib. Tak lama kemudian, St. Sabas diserahi tanggungjawab atas semua rahib di Palestina. Sekali waktu Sabas diutus kepada kaisar untuk masalah-masalah Gereja yang penting. Meskipun demikian, Sabas tetap mengenakan jubah sederhananya dan tetap setia pada jam-jam doanya. St. Sabas wafat pada tahun 532.
Meskipun kadang-kala terjadi kekacauan dalam keluarganya, Sabas belajar untuk mempercayakan dirinya pada kasih pemeliharaan Tuhan. Pada saat-saat ketidakpastian dan kebingungan, rahmat Tuhan menopangnya.
7 Desember | St. Ambrosius |
Ambrosius dilahirkan sekitar tahun 340. Ia putera seorang Gubernur Romawi di Gaul. Ketika ayahnya meninggal dunia, ibunya membawa keluarganya kembali ke Roma. Ibunya dan kakaknya - St. Marcellina - membesarkan Ambrosius dengan baik. Ambrosius menjadi seorang pengacara yang hebat. Kemudian ia diangkat menjadi gubernur kota Milan serta daerah sekitarnya. Tetapi melalui suatu peristiwa yang aneh (baca kisahnya dalam Bagaimana Seorang Uskup Dipilih?), Ambrosius sang Gubernur menjadi Ambrosius sang Uskup. Pada masa itu, umat biasa mengusulkan kepada paus nama orang yang mereka pilih sebagai uskup. Sungguh amat mengejutkan Ambrosius ketika penduduk kota Milan memilihnya. Ia berusaha menghindar, tetapi tampaknya hal itu memang kehendak Tuhan. Oleh karenanya, Ambrosius menjadi imam dan kemudian uskup kota Milan.
Ambrosius menjadi bapa serta teladan yang mengagumkan bagi umatnya. Ia juga melawan segala kejahatan dengan keberanian yang mengagumkan. Berhadapan dengan suatu pasukan yang siap menyerang, St. Ambrosius berhasil meyakinkan pemimpin mereka untuk menarik mundur pasukannya. Di lain waktu, Kaisar Theodosius datang dari timur. Kaisar ingin menyelamatkan Italia dari para musuh penyerang. Ia mendorong semua pejabatnya untuk menaruh hormat pada Uskup Milan. Namun demikian, ketika kaisar melakukan suatu dosa berat, Ambrosius tidak segan-segan menentangnya. Ia bahkan memerintahkan agar Kaisar Theodosius melakukan penitensi umum. Kaisar tidak menjadi gusar dan marah. Ia sadar bhawa Ambrosius benar. Dengan rendah hati kaisar melakukan penitensi secara umum atas dosa-dosanya. Ambrosius telah menunjukkan kepada dunia bahwa tidak ada seorang pun, meskipun ia seorang penguasa, yang lebih tinggi kedudukannya daripada gereja.
Rakyat khawatir akan apa yang terjadi dengan Italia apabila Ambrosius wafat. Karenanya ketika Ambrosius jatuh sakit, mereka memohon kepadanya untuk berdoa agar dikarunia umur panjang. Ambrosius menjawab, “Aku tidak berlaku sedemikian rupa di antara kalian sehingga aku merasa malu untuk hidup lebih lama; namun demikian aku juga tidak takut mati, karena kita mempunyai Tuan yang baik.” Uskup Ambrosius wafat pada hari Jumat Agung pada tahun 397.
Pada hari ini, luangkan waktu untuk merenungkan kata-kata Ambrosius: “Kristus adalah segala-galanya bagi kita.”
8 Desember | St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa |
Leluhur kita yang pertama telah menghina Tuhan dengan melakukan dosa berat. Oleh karena jatuhnya Adam dan Hawa ke dalam dosa, maka setiap bayi yang dilahirkan ke dunia mewarisi dosa asal. Kita semua adalah keturunan dari leluhur kita yang pertama. Jadi, kita semua mewarisi dosa mereka. Dosa yang kita warisi itu disebut dosa asal.
Tetapi, Santa Perawan Maria, memperoleh hak yang amat istimewa dari Tuhan. Ia dikandung dalam rahim bundanya, St. Anna, tanpa dosa asal. Bunda Maria akan menjadi Bunda Yesus, Putera Allah yang tunggal. Si jahat, yaitu iblis, tidak mempunyai kuasa atas Maria. Tidak pernah ada dosa sekecil apa pun dalam diri bunda kita yang mengagumkan itu. Oleh sebab itu, Gereja menyebut Maria sebagai “Yang Dikandung Tanpa Dosa.”
Pada tahun 1854, Paus Pius IX menyatakan kepada seluruh dunia bahwa tidak dapat diragukan lagi Bunda Maria dikandung tanpa dosa. Empat tahun kemudian, Bunda Maria menampakkan diri kepada Bernadette di Lourdes. Ketika St. Bernadette menanyakan kepada perempuan cantik itu siapakah dia, Maria mengatupkan kedua tangannya serta mengarahkan pandangannya ke surga. Katanya, “Akulah Yang Dikandung Tanpa Dosa.”
“Engkau memberinya hak istimewa untuk menikmati terlebih dahulu karya keselamatan yang akan diperoleh Kristus dengan kematian-Nya, serta menjaganya tanpa noda dosa sejak saat pertama perkandungannya.” ~ Paus Sixtus IV
9 Desember | S. Juan Diego |
Juan Diego menjadi terkenal karena Bunda Allah menampakkan diri kepadanya. Kepada Juan Diego-lah pertama kali Bunda Maria memperkenalkan dirinya kepada dunia sebagai Bunda dari Guadalupe.
Juan hidup pada abad keenambelas ketika Mexico dikenal sebagai Lembah Anahuac. Ia berasal dari suku Chichimeca. Mereka memanggil Juan dengan sebutan Elang Berbicara. Nama baptisnya adalah Juan Diego.
Sesudah misi utama Juan selesai, dikatakan bahwa ia menjadi seorang pertapa. Ia melewatkan seluruh sisa hidupnya dengan berdoa dan bermatiraga. Gubugnya yang kecil terletak dekat kapel pertama yang dibangun di Bukit Tepeyac. Juan amat dikagumi. Para orangtua mendambakan agar anak-anak mereka kelak menjadi seperti Juan Diego. Juan merawat kapel dan menemui para peziarah yang mulai berdatangan ke sana untuk menghormati Bunda Maria dari Guadalupe. Ia akan menunjukkan kepada mereka tilma atau jubah yang menakjubkan dimana terlukis gambar Bunda Maria yang amat indah.
Paus Yohanes Paulus II menyatakan Juan Diego sebagai “beato” pada tanggal 9 April 1990. Paus secara pribadi mengunjungi Gereja Bunda Maria dari Guadalupe yang agung dan indah. Ia berdoa di sana bagi segenap rakyat Meksiko. Ia berdoa teristimewa bagi mereka yang wafat selama masa penganiayaan Gereja yang dahsyat yang terjadi pada awal abad. Ia juga berdoa bagi segenap peziarah yang datang mengunjungi gereja yang indah tersebut dengan iman yang begitu besar kepada Bunda Allah. Pada tanggal 31 Juli 2002, di Basilika Santa Perawan Maria Guadalupe, Meksiko, paus yang sama memaklumkan Juan Diego sebagai “santo”.
Perjumpaannya dengan Bunda Maria membawa perubahan amat besar dalam hidup Juan. Bagaimana teladan Bunda Maria mempengaruhi cara hidupku?
10 Desember | St. Yohanes Roberts |
Yohanes dilahirkan di Wales pada tahun 1577. Meski bukan seorang Katolik, ia dididik oleh seorang imam tua. Jadi, sepeti katanya di kemudian hari, dalam hati ia senantiasa seorang Katolik. Yohanes pergi ke Universitas Oxford di Inggris beberapa waktu lamanya. Kemudian ia pergi ke Perancis untuk bersenang-senang. Nyatanya, perjalanan ini memberinya lebih dari sekedar kesenangan. Adalah di Paris, Perancis, ia menemukan kebahagiaan besar dalam menggabungkan diri dalam Gereja Katolik. Sesudahnya, Yohanes tidak membuang-buang waktu untuk mengambil langkah untuk ditahbiskan sebagai seorang imam. Ia pergi ke suatu sekolah tinggi Inggris di Spanyol dan menjadi seorang biarawan Benediktin. Kerinduannya yang besar untuk kembali ke Inggris menjadi kenyataan tiga tahun kemudian. Ia dan seorang biarawan lain mendapatkan ijin berangkat ke Inggris. Mereka tahu mara bahaya yang akan datang menghadang. Sesungguhnya, mereka tak harus lama menunggu sebelum kesulitan dimulai. Mereka memasuki Inggis dengan mengenakan topi bulu dan pedang di pinggang. Namun demikian, segera saja mereka ditangkap sebab mereka adalah imam Katolik dan diusir dari Inggris.
St Yohanes Roberts kembali ke Inggris lagi. Ia berkarya siang malam demi memelihara iman umat semasa penganiayaan keji oleh Ratu Elizabeth. Beberapa kali ia tertangkap, dijebloskan ke dalam penjara dan dibuang, tetapi ia selalu kembali. Terakhir kali ditangkap, Pater Yohanes baru saja selesai merayakan Misa. Tak ada jalan untuk melarikan diri. Ketika ditanya, ia memaklumkan dengan gagah bahwa ia seorang imam dan bairawan. Ia menjelaskan bahwa ia datang ke Inggris untuk berkarya demi keselamatan umat. “Andai aku hidup lebih lama,” tambahnya, “aku akan terus melakukan apa yang sekarang aku lakukan.” St Yohanes diadili secara tidak adil dan dijatuhi hukuman mati.
Malam sebelum pelaksanaan hukuman gantung, seorang perempuan Spanyol yang baik mengatur agar ia diperbolehkan mengunjungi delapanbelas tahanan lainnya. Mereka juga menderita demi Kristus. Sepanjang makan malam bersama, St Yohanes dipenuhi sukacita. Lalu terpikir olehnya mungkin sebaiknya ia tidak mengungkapkan kebahagiaannya begitu rupa. “Apakah kau pikir aku memberikan teladan yang buruk dengan sukacitaku ini?” tanyanya kepada perempuan yang baik itu. “Tentu saja tidak,” jawabnya, “Pater tak dapat melakukan yang terlebih baik selain dari membiarkan semua orang melihat kegagah-beranian penuh sukacita yang Pater miliki sementara Pater menyongsong maut demi Kristus.”
Keesokan harinya St Yohanes dihukum gantung. Khalayak ramai begitu terpesona oleh pribadi imam muda ini hingga mereka tak hendak membiarkan para algojo membuatnya menderita. St Yohanes Roberts wafat sebagai martir pada tahun 1610.
Pada hari ini, luangkanlah beberapa menit untuk berdoa bagi segenap laki-laki dan perempuan yang mendedikasikan hidup mereka demi mewartakan Injil kepada yang lain.
11 Desember | St. Damasus I |
Damasus dilahirkan di Roma dan hidup pada abad keempat, pada masa Gereja Perdana. Ia adalah seorang imam yang murah hati dan suka berkurban. Ketika Paus Liberius wafat pada tahun 366, Damasus diangkat menjadi paus. Ia harus menghadapi banyak persoalan yang berat. Ada seorang paus tandingan (anti paus) bernama Felix. Felix beserta para pengikutnya berusaha menganiaya Damasus. Mereka menyebarkan berita bohong tentang dirinya, terutama tentang kehidupan moral pribadinya. Karenanya, Paus Damasus harus dihadapkan ke pengadilan di bawah penguasa Romawi. Damasus terbukti tidak bersalah, tetapi ia mengalami begitu banyak penderitaan karena peristiwa tersebut. Sahabatnya, St. Hieronimus, berbicara dengan tegas mengenai kebaikan-kebaikan paus. Dan Hieronimus mempunyai martabat yang tinggi.
Paus Damasus menyadari bahwa para imam di kota mempunyai gaya hidup yang terlalu mewah. Sementara para imam di desa hidup jauh lebih sederhana. Damasus meminta para imam untuk menyederhanakan gaya hidup mereka dan tidak terikat pada harta serta milik. Ia sendiri menjadi teladan yang mengagumkan.
Ada juga begitu banyak bidaah (=ajaran sesat) selama masa kepemimpinannya sebagai paus. Damasus menjelaskan iman yang benar. Ia juga mengadakan Konsili Ekumenis Kedua yang diselenggarakan di Konstantinopel. Paus Damasus dengan sungguh-sungguh berusaha membangkitkan semangat untuk mencintai Kitab Suci. Ia menugaskankan St. Hieronimus untuk menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Latin. Ia juga mengubah bahasa resmi liturgi dari bahasa Yunani - kecuali Kyrie - ke bahasa Latin.
Paus St. Damasus wafat pada usia sekitar delapanpuluh tahun pada tanggal 11 Desember 384. Ia dimakamkan di samping ibu dan saudarinya di sebuah kapel kecil yang dibangunnya.
Paus Damasus banyak menderita oleh karena tuduhan-tuduhan palsu. Berapa sering aku membuat orang lain menderita karena kecurigaanku?
13 Desember | St. Lusia |
Santa yang dikagumi ini hidup di Syracuse, Sisilia. Ia dilahirkan pada akhir abad ketiga. Orangtuanya adalah bangsawan yang kaya raya serta terhormat. Ayahnya meninggal ketika Lusia masih kecil. Lusia secara diam-diam berjanji kepada Yesus bahwa ia tidak akan pernah menikah agar ia dapat menjadi milik-Nya saja. Lusia seorang gadis yang jelita dengan sepasang mata yang indah. Para pemuda bangsawan jatuh hati kepadanya. Ibunya mendesaknya untuk menikah dengan salah seorang dari mereka yang telah dipilihnya bagi Lusia. Tetapi Lusia tidak tertarik. Ia kemudian memikirkan suatu rencana untuk melunakkan hati ibunya. Ia tahu bahwa ibunya menderita sakit pendarahan. Lusia membujuknya untuk pergi ke gereja St. Agatha dan berdoa mohon kesembuhan. Lusia pergi menemaninya dan mereka berdoa bersama. Ketika Tuhan mendengar doa mereka serta menyembuhkan ibunya, Lusia mengatakan kepada ibunya tentang ikrarnya untuk menjadi pengantin Kristus. Sebagai ungkapan rasa terima kasih atas kesembuhannya, ibunya mengijinkan Lusia memenuhi panggilan hidupnya. Tetapi pemuda kepada siapa ibunya telah menjanjikan Lusia, amat marah karena kehilangan Lusia. Dalam puncak kemarahannya, ia melaporkan Lusia sebagai seorang pengikut Kristus. Ia mengancam hendak membutakan kedua mata Lusia. Tetapi, Lusia bahkan rela kehilangan kedua matanya daripada tidak menjadi pengantin Kristus. Dan itulah yang terjadi. Banyak patung yang kelak dibuat menggambarkan St. Lusia dengan matanya yang indah di telapak tangannya. Yesus membalas cinta Lusia yang gagah berani. Ia melakukan mukjizat dengan memulihkan mata Lusia kembali, bahkan jauh lebih indah dari sebelumnya.
Hakim yang kafir berusaha mengirim Lusia ke rumah wanita pendosa. Ia berharap agar Lusia dapat dibujuk untuk mengingkari Kristus. Tetapi ketika mereka berusaha membawanya ke sana, Tuhan menjadikan tubuh Lusia demikian berat sehingga mereka tidak dapat mengangkatnya. Pada akhirnya, Lusia ditikam dan menjadi martir bagi Yesus pada tahun 304.
“Bertautlah kepada-Nya, kepada Dia yang engkau cari, berpalinglah kepada-Nya dan temukanlah kebenaran; berpegangteguhlah kepada-Nya, mohon kepada-Nya untuk tidak bergegas pergi, mohon kepada-Nya untuk tidak meninggalkanmu.” St. Ambrosius
Yohanes dilahirkan di Spanyol pada tahun 1542. Ia adalah putera seorang penenun. Yohanes bersekolah di sekolah untuk anak-anak miskin dan menjadi pesuruh direktur sebuah rumah sakit. Selama tujuh tahun, Yohanes bekerja sebagai pesuruh sambil belajar di sekolah Yesuit. Bahkan semasa mudanya Yohanes suka melakukan silih. Ia paham benar arti berkurban demi cinta kasih kepada Yesus.
Ketika usianya duapuluhsatu tahun, cintanya yang besar kepada Tuhan mendorongnya untuk masuk ke biara Karmel. Bersama St. Theresia dari Avila, St. Yohanes dipilih Tuhan untuk membawa semangat baru di antara para religius. Hidup Yohanes penuh dengan pencobaan. Meskipun ia berhasil membuka biara-biara baru di mana cara hidup sucinya dijalankan, ia sendiri dikecam. Ia bahkan dijebloskan ke dalam penjara dan harus mengalami penderitaan yang hebat. Suatu waktu, ia mengalami pencobaan-pencobaan yang dahsyat pula. Tampaknya Tuhan telah meninggalkannya seorang diri dan ia merasa sangat menderita. Namun demikian, ketika badai pencobaan tersebut telah berlalu, Tuhan memberi ganjaran kepada hambanya yang setia itu. Ia menganugerahinya kedamaian hati dan sukacita. St. Yohanes menikmati hubungan yang mesra serta akrab dengan Tuhan. Malahan, Bunda Maria sendiri yang menunjukan kepada Yohanes bagaimana meloloskan diri dari sel penjaranya.
St. Yohanes mempunyai cara mengagumkan dalam menghadapi para pendosa. Suatu ketika seorang wanita cantik tetapi pendosa berusaha membuatnya jatuh dalam dosa. St. Yohanes berbicara kepadanya sedemikian rupa hingga wanita itu dibimbing untuk mengubah cara hidupnya. Seorang wanita lain, mempunyai kelakuan yang sedemikian rupa, hingga membuatnya dijuluki “wanita mengerikan”. Tetapi, dengan sikapnya yang lemah lembut, St. Yohanes tahu bagaimana mengatasinya.
St. Yohanes dari Salib mohon kepada Tuhan untuk mengijinkannya menderita setiap hari demi cinta kasihnya kepada Yesus. Untuk membalas kasihnya itu, Yesus menampakkan diri kepada St. Yohanes dengan suatu cara yang amat istimewa. St. Yohanes terkenal oleh karena buku-buku rohaninya yang menunjukkan kepada kita bagaimana membangun hubungan yang akrab dan mesra dengan Tuhan. St. Yohanes wafat pada tanggal 14 Desember 1591. Ia digelari Doktor Gereja oleh Paus Pius XI pada tahun 1926.
“Pintu masuk yang menghantarnya kepada kekayaan kebijaksanaan adalah salib; oleh sebab salib adalah pintu yang sempit, meskipun banyak orang mencari sukacita yang dapat diperoleh darinya, karunia tersebut hanya diberikan kepada sedikit orang yang rindu untuk melaluinya.”
Nino adalah seorang gadis pengikut Kristus yang hidup pada abad keempat. Ia diculik dan dibawa ke Iberia sebagai budak. Di negara yang belum mengenal Tuhan itu, kebaikan hati serta kesucian hidup Nino menimbulkan kesan mendalam bagi para penduduknya. Memperhatikan betapa seringnya Nino berdoa, mereka bertanya kepadanya mengenai agamanya. Jawaban sederhana yang diberikan Nino kepada mereka adalah bahwa ia menyembah Yesus Kristus sebagai Tuhan. Tuhan memilih gadis budak yang taat serta saleh ini untuk mewartakan Kristus kepada Iberia.
Suatu hari, seorang ibu membawa bayinya yang sakit kepada Nino serta meminta nasehat bagi kesembuhannya. Nino membungkus bayi itu dengan mantolnya. Ia mengatakan kepada si ibu bahwa Yesus Kristus dapat menyembuhkan bahkan penyakit yang paling parah sekalipun. Kemudian Nino menyerahkan anak kecil itu kembali dan ibunya melihat bahwa anaknya telah sembuh sama sekali dari penyakitnya. Ratu Iberia mendengar tentang mukjizat ini. Karena ia sendiri sedang sakit, ia pergi menemui Nino. Ketika ratu juga disembuhan, ratu hendak menyampaikan terima kasih kepadanya. Tetapi Nino mengatakan: “Ini karya Kristus, bukan saya. Dan Kristus adalah Putra Allah yang menjadikan dunia ini.” Ratu menceritakan seluruh kisah kesembuhannya kepada raja. Ratu juga mengulang kepada suaminya apa yang dikatakan oleh gadis budak itu perihal Yesus Kristus. Tak lama sesudahnya, raja tersesat dalam kabut tebal ketika sedang pergi berburu. Kemudian ia ingat akan apa yang diceritakan isterinya. Raja mengatakan bahwa jika Yesus Kristus mau membimbingnya pulang ke rumah dengan selamat, ia akan percaya kepada-Nya. Seketika itu juga kabut terangkat, dan raja memegang janjinya.
St. Nino sendiri yang mengajarkan kebenaran-kebenaran Kristiani kepada raja dan ratu. Mereka memberi ijin kepada St. Nino untuk mengajar penduduk mereka juga. Sementara itu, raja mulai mendirikan sebuah gereja. Kemudian ia mengirimkan utusan kepada kaisar Kristen, Kaisar Konstantin, untuk menyampaikan kabar bahwa ia telah berbalik kepada Kristus. Ia meminta kaisar untuk mengirimkan para uskup serta para imam ke Iberia.
Jadi, demikianlah seorang gadis budak yang miskin telah membawa penduduk seluruh negeri masuk ke dalam pelukan Gereja.
Melalui hidupnya, Nino memberi kesaksian bahwa Tuhan dapat mendatangkan yang baik bahkan dari keadaan yang teramat buruk sekalipun.
16 Desember | St. Adelaide |
St Adelaide dilahirkan pada tahun 931. Dalam usia enambelas tahun, Puteri Burgundi ini dinikahkan dengan Raja Lothair. Tiga tahun kemudian, suaminya meninggal dunia. Penguasa yang diyakini telah meracuni suaminya berusaha menjadikan Adelaide sebagai isteri puteranya. Adelaide tentu saja menolak. Dalam murkanya, sang penguasa memperlakukannya dengan kejam. Ia bahkan mengurung Adelaide dalam sebuah benteng di tengah sebuah danau.
Adelaide diselamatkan ketika Raja Otto Agung dari Jerman menaklukkan penguasa ini. Meski Adelaide duapuluh tahun lebih muda darinya, Otto menikahi Puteri Adelaide yang cantik pada Hari Natal. Ketika raja membawa pulang ratunya yang baru, rakyat Jerman segera mencintainya. Adelaide seorang yang lemah lembut dan anggun lagi cantik jelita. Tuhan menganugerahkan lima anak kepada pasangan kerajaan ini. Mereka hidup bahagia selama duapuluh dua tahun. Ketika Otto mangkat, putera sulung Adelaide menjadi penguasa. Puteranya ini, Otto Kedua, seorang yang baik, tetapi terlalu cepat bertindak tanpa pikir panjang. Ia melawan ibunya sendiri sehingga ibunya meninggalkan istana. Dalam kepedihan hatinya, Adelaide minta pertolongan seorang abbas, St Majolus. Abbas ini membuat Otto menyesali perbuatannya. Adelaide menemui puteranya di Italia dan raja memohon pengampunan dari bundanya. Adelaide berdoa bagi puteranya dengan membawa persembahan ke tempat ziarah St Martin dari Tours.
Di masa tuanya, St Adelaide dipanggil untuk memimpin negara sementara cucunya masih kanak-kanak. Ia membangun banyak biara dan berkarya demi mempertobatkan orang-orang Slavic. Sepanjang hidupnya, ratu yang kudus ini taat pada nasehat orang-orang kudus. Ia senantiasa siap sedia mengampuni mereka yang bersalah kepadanya. St Addle dari Cluny menyebutnya sebagai “perpaduan mengagumkan dari keelokan dan keanggunan.”
St Adelaide wafat pada tanggal 16 Desember 999.
Perempuan kudus ini dicintai sebagai seorang penguasa yang bijaksana. Bagaimanakah rahmat Tuhan berkarya dalam diriku sendiri?
17 Desember | St. Olympias |
St Olympias dilahirkan sekitar tahun 361. Ia termasuk dalam keluarga besar Konstantinopel. Ketika ditinggalkan kedua orangtuanya sebagai yatim piatu, ia diserahkan dalam pemeliharaan seorang perempuan Kristen yang mengagumkan. Olympias menerima banyak warisan dari orangtuanya dan ia juga cantik serta menarik. Sebab itu tak sulit bagi pamannya untuk menjodohkannya pada Nebridius, seorang gubernur Konstantinopel. St Gregorius Nazianzen memohon maaf tak dapat datang menghadiri perkawinannya. Sebagai hadiah, St Gregorius mengirimkan sebuah puisi penuh nasehat bijak bagi Olympias.
Nebridius meninggal dunia tak lama sesudahnya. Kaisar mendorong Olympias untuk menikah lagi. Tetapi, ia menjawab, “Andai Tuhan menghendakiku tetap sebagai seorang isteri, Ia tak akan mengambil Nebridius.” Ia menolak untuk menikah lagi. St Gregorius menyebutnya “kemuliaan para janda dalam Gereja Timur.” Bersama sejumlah perempuan saleh lainnya, Olympias melewatkan hidupnya dengan melakukan karya-karya amal kasih. Ia berpakaian sederhana dan banyak berdoa. Dengan suka hati ia membagi-bagikan uangnya kepada mereka yang membutuhkan. Akhirnya, St Yohanes Krisostomus harus mengatakan kepadanya untuk berhati-hati dalam mendermakan hartanya, “Janganlah engkau mendorong kemalasan mereka yang tanpa perlu hidup bergantung padamu,” katanya, “hal itu seperti membuang uang ke dalam laut.”
St Yohanes Krisostomus menjadi Uskup Agung Konstantinopel. Sebagai uskup agung, ia membimbing Olympias dan para pengikutnya dalam karya mereka. Para perempuan itu mendirikan wisma bagi anak-anak yatim piatu dan mereka juga membangun sebuah kapel. Mereka memberikan sumbangan besar kepada banyak orang. St Yohanes Krisostomus menjadi pembimbing terkasih Olympias. Ketika uskup agung itu diasingkan, Olympias amat berduka. Ia sendiri kemudian juga harus menanggung aniaya. Komunitas para janda dan perempuan selibat yang dipimpinnya dipaksa menghentikan karya belas kasih mereka. Di samping itu, kesehatan Olympias memburuk dan ia menanggung banyak kritik. St Yohanes menulis kepadanya, “Aku tak dapat berhenti menyebutmu kudus. Kesabaran dan ketegaran dengan mana engkau menanggung penderitaanmu, pula kebijaksanaan, kearifan dan belas kasihmu telah memperolehkan bagimu kemuliaan dan ganjaran besar.”
St Olympias wafat pada tahun 408 dalam usia menjelang empatpuluh tahun. Orang menggambarkannya sebagai “seorang perempuan mengagumkan, bagai sebuah bejana berharga yang penuh Roh Kudus.”
Kemurahan hati St Olympias menyentuh hidup banyak orang. Bagaimanakah aku dapat terlebih murah hati kepada mereka yang di sekelilingku?
18 Desember | St. Flannan |
Flannan hidup sekitar abad ketujuh. Ia adalah putera seorang kepala suku Irlandia bernama Turlough. Flannan dididik oleh para biarawan. Ia juga belajar pertanian dari mereka. Di Roma, Paus Yohanes IV menjadikannya seorang uskup. Paus melakukan ini sebab ia mengenali kebijaksanaan dan kekudusan Flannan. Ketika St Flannan kembali ke Irlandia, semua orang di wilayahnya, Killaloe, datang menyongsong. Mereka antusias untuk mendengarkan pengajaran yang dibawa St Flannan dari paus di Roma.
Uskup Flannan mengajar umatnya begitu baik, bahkan ayahnya memutuskan untuk menjadi seorang biarawan. Kepala suku yang sudah lanjut usia ini pergi kepada St Colman untuk mendapatkan pengajaran dalam hidup membiara. Pada saat yang sama, ia mohon berkat bagi keluarganya, sebab tiga dari puteranya tewas terbunuh. St Colman menubuatkan, “Daripadamu akan bangkit tujuh raja.” Dan kelak terjadilah demikian.
St Flannan khawatir, sebab ia adalah bagian dari keluarga, kalau-kalau ia menjadi raja juga. Jadi ia berdoa agar menjadi buruk rupa. Dan segeralah wajahnya menjadi bopeng. Ia memanjatkan permohonan yang aneh ini sebab ia ingin bebas untuk mengikuti panggilannya. Ia rindu membaktikan diri sepenuhnya demi melayani Tuhan dan umat-Nya.
Dengan bakat dan talentanya, St Flannan mengikuti kehendak Tuhan dalam hidupnya. Adakah bakat dan talenta yang kumiliki yang dapat aku pergunakan untuk melayani Tuhan?
19 Desember | Beato Urbanus V |
Nama Beato Urbanus sebelum ia diangkat menjadi paus adalah William de Grimoard. Ia dilahirkan di Perancis pada tahun 1310 dan menjadi seorang biarawan Benediktin. Setelah diberi kepercayaan untuk memegang banyak jabatan tinggi, ia diangkat menjadi paus. Pada waktu itu, paus tinggal di kota Avignon di Perancis. Urbanus bertekad untuk pergi ke Roma, sebab disanalah seharusnya seorang paus tinggal. Paus adalah Uskup Roma dan Urbanus tahu bahwa tempatnya adalah di Roma. Ada banyak hambatan serta kesulitan. Umat di Perancis berkeberatan atas kepergiannya, tetapi Urbanus melakukan apa yang dianggapnya benar.
Penduduk kota Roma amat bersukacita atas kembalinya paus. Terutama sekali mereka bersukacita sebab seorang kudus seperti Urbanus V ada di tengah-tengah mereka. Urbanus segera mulai memperbaiki gereja-gereja besar di Roma. Ia menolong para miskin papa serta mendorong umatnya untuk hidup taat dan saleh kembali. Kaisar Charles V menaruh rasa hormat yang besar kepada Bapa Suci. Namun, Urbanus harus menghadapi berbagai macam persoalan yang berat. Salah satunya adalah, ia semakin sering sakit dan tubuhnya semakin lama semakin lemah. Banyak dari para kardinalnya yang terus-menerus mendesaknya agar kembali ke Avignon. Jadi, pada akhirnya ia menyerah. Sementara ia bersiap-siap untuk meninggalkan Roma, penduduk kota memohonnya dengan sangat untuk tetap tinggal. Urbanus merasa amat sedih, tetapi ia pergi juga. Tiga bulan kemudian St. Urbanus wafat, yaitu pada tahun 1370.
Meninggalkan Roma bukanlah tindakan yang benar, karena sebagai uskup kota Roma, ia harus berada di sana. Selain dari kelemahannya itu, Urbanus adalah seorang yang amat baik serta kudus. Ia banyak berkarya bagi Gereja, bagi sekolah-sekolah serta perguruan tinggi, dan bagi orang banyak. Ia disebut “suatu terang dunia dan jalan kebenaran”
Kadang-kala kita dihadapkan pada pilihan yang sulit. Pada saat-saat demikian, marilah berdoa memohon terang Kristus untuk membimbing kita.
20 Desember | St. Dominikus dari Silos |
Dominikus, seorang anak Spanyol penggembala domba, dilahirkan pada awal abad kesebelas. Ia melewatkan sebagian besar waktunya seorang diri dengan ditemani kawanan dombanya di lembah pegunungan Pyrenees. Di sanalah ia mulai mencintai doa. Segera Dominikus menjadi seorang biarawan, seorang biarawan yang amat baik. Ia diangkat menjadi abbas (artinya pemimpin biara) dan membawa banyak kemajuan bagi biaranya.
Tetapi, suatu hari Raja Garcia III dari Navarre, Spanyol menyatakan bahwa sebagian dari harta milik biara adalah miliknya. St. Dominikus menolak memberikannya kepada raja. Ia berpendapat bahwa tidaklah benar menyerahkan harta milik Gereja kepada raja. Keputusannya ini membuat raja amat murka. Ia memerintahkan Dominikus untuk segera meninggalkan kerajaannya. Abbas Dominikus serta para biarawannya disambut dengan hangat oleh seorang raja lain, Ferdinand I dari Castile. Ferdinand mengatakan bahwa mereka boleh menempati suatu biara tua yang dikenal sebagai biara St. Sebastianus di Silos. Biara ini terletak di suatu daerah yang terpencil dan dalam keadaan rusak parah. Tetapi dengan Dominikus sebagai kepala biaranya, segera saja biara tersebut berubah penampilannya. Malahan, Dominikus menjadikannya sebagai salah satu biara yang paling terkenal di seluruh Spanyol.
St. Dominikus mengadakan banyak mukjizat dengan menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Bertahun-tahun setelah kematiannya, St. Dominikus menampakkan diri kepada seorang isteri dan ibu. Nama wanita itu ialah Yoana, sekarang dikenal sebagai Beata Yoana dari Aza. St. Dominikus mengatakan kepadanya bahwa Tuhan akan mengirimkan seorang anak laki-laki lagi kepadanya. Ketika puteranya itu lahir, Yoana memberinya nama Dominikus sebagai ungkapan rasa syukurnya. Dominikus inilah yang kelak menjadi St. Dominikus yang agung, pendiri Ordo Dominikan.
St. Dominikus dari Silos wafat pada tanggal 20 Desember 1073.
Melalui doa-doanya setiap hari, St. Dominikus membina hubungan yang mesra abadi dengan Tuhan. Luangkan sedikit waktu - meskipun hanya sepuluh menit saja - untuk berdoa setiap pagi, dan bertekunlah dalam doamu itu.
21 Desember | S. Petrus Kanisius |
Petrus, seorang Belanda, dilahirkan pada tahun 1521. Ayahnya menghendaki agar ia kelak menjadi seorang pengacara. Untuk menyenangkan hati ayahnya, Petrus muda mulai belajar ilmu hukum sebelum ia menyelesaikan seluruh mata pelajarannya yang lain. Namun demikian, segera saja ia menyadari bahwa ia tidak akan pernah bahagia dengan profesi tersebut. Pada waktu itu, semua orang sedang membicarakan tentang khotbah Beato Petrus Faber yang mengagumkan. Pastor Faber adalah salah seorang dari anggota Serikat Yesus yang pertama. Ketika Petrus Kanisius mendengarkan khotbah Pastor Faber, ia tahu bahwa ia juga akan berbahagia melayani Tuhan sebagai seorang Yesuit. Jadi, ia bergabung dengan Serikat Yesus. Setelah beberapa tahun dilewatkannya dengan belajar dan berdoa, ia ditahbiskan sebagai seorang imam.
St. Ignatius segera menyadari betapa taat serta penuh semangatnya St. Petrus Kanisius. St. Ignatius mengutusnya ke Jerman di mana St. Petrus kemudian berkarya selama empatpuluh tahun lamanya. Sangatlah sulit menyebutkan semua karya besar St. Petrus Kanisus, doa-doanya serta pengorbanannya sepanjang waktu itu. Yang menjadi perhatian utamanya adalah menyelamatkan banyak penduduk Jerman dari bidaah-bidaah pada masa itu. Ia juga berdaya upaya untuk membawa kembali mereka yang telah menerima ajaran-ajaran sesat tersebut ke pangkuan Gereja Katolik. Dikisahkan bahwa ia menempuh jarak kurang lebih duapuluh ribu mil (± 32,187 km) dalam waktu tiga puluh tahun. Perjalanan sejauh itu ditempuhnya dengan berjalan kaki atau dengan menunggang kuda. Meskipun banyak kesibukannya, St. Petrus Kanisius masih sempat juga menulis banyak buku tentang iman. Ia menyadari betapa pentingnya buku itu. Jadi, ia mengadakan kampanye untuk menghentikan diperjualbelikannya buku-buku yang tidak baik. Sementara itu, ia melakukan segala daya upaya untuk menyebarluaskan buku-buku yang baik, yang mengajarkan iman. Dua buah buku katekese yang ditulis oleh St. Petrus Kanisius menjadi demikian disukai hingga harus dicetak ulang lebih dari duaratus kali dan diterjemahkan ke dalam limabelas bahasa.
Kepada mereka yang mengatakan bahwa ia bekerja terlalu keras, St. Petrus Kanisius akan menjawab, “Jika kamu mempunyai terlalu banyak perkara untuk dikerjakan, maka dengan bantuan Tuhan, kamu akan memperoleh cukup waktu untuk mengerjakan semuanya.” Santo yang mengagumkan ini wafat pada tahun 1597. Ia dinyatakan sebagai Doktor Gereja oleh Paus Pius XI pada tahun 1925.
“Aku mohon agar dijadikan bersih sepenuhnya oleh-Mu, berjubahkan Engkau, dan menjadi gilang-gemilang oleh karena Engkau.”
22 Desember | S. Fransiska Xaveria Cabrini |
Fransiska dilahirkan pada tanggal 15 Juli 1850. Sebagai seorang anak yang dibesarkan di Italia, ia berangan-angan untuk suatu hari kelak menjadi seorang misionaris yang diutus ke Cina. Ia menghanyutkan perahu-perahu kertasnya ke sungai untuk menghidupkan “khayalannya”. Perahu-perahu kertas itu berlayar untuk membawa para misionaris ke Cina. Dan Fransiska pun mulai berpantang permen karena di Cina mungkin ia tidak akan lagi dapat menikmatinya. Namun demikian, ketika Fransiska telah dewasa, ia tidak diterima di kedua biara di mana ia ingin bergabung. Kesehatannya tidaklah terlalu bagus. Ia mengajar di sekolah untuk beberapa waktu lamanya. Kemudian seorang imam memintanya untuk membantu di sebuah panti asuhan kecil. Amatlah berat bagi Fransiska membantu di sana oleh karena wanita pengurus panti tersebut. Tetapi, Fransiska tetap bertahan. Beberapa wanita yang baik hati bergabung dengannya. Bersama-sama, mereka mengucapkan kaul.
Pada akhirnya, Bapa Uskup meminta Fransiska untuk membentuk kongregasi para biarawati misionaris. Tanpa ragu sedikit pun Fransiska segera mulai. Kongregasi yang dibentuknya itu diberi nama Suster-suster Misionaris Hati Kudus. Tidak lama berselang, kongregasinya mulai berkembang, pertama-tama di Italia dan kemudian di banyak negara lain. Fransiska, yang sekarang dipanggil Moeder (=Ibu) Cabrini, senantiasa rindu untuk pergi ke Cina. Tetapi tampaknya Tuhan berkehendak agar ia pergi ke Amerika. Ketika Paus Leo XIII mengatakan kepadanya, “Pergilah ke barat, dan bukan ke timur,” masalahnya telah selesai. St. Fransiska Xaveria Cabrini berlayar ke Amerika Serikat dan menjadi warga negara Amerika. Ia terutama membantu banyak sekali para imigran Italia. Bagi mereka, Moeder Cabrini adalah ibu mereka, sekaligus sahabat mereka.
Pada mulanya, Moeder Cabrini beserta para susternya harus menghadapi banyak kesulitan. Uskup Agung New York bahkan mengusulkan agar mereka pulang kembali ke Italia. Tetapi, Moeder Cabrini menjawab, “Yang mulia, Bapa Suci mengutus saya ke sini dan di sinilah saya harus tinggal.” Bapa Uskup Agung mengagumi semangat juangnya, dan dengan demikian ia beserta para susternya diberi ijin untuk memulai karya mulia mereka bagi Tuhan. Banyak sekolah, rumah sakit serta panti asuhan didirikannya di berbagai negara bagian Amerika. Bersama dengan berlalunya waktu, Moeder Cabrini melakukan banyak perjalanan untuk mengembangkan kongregasi serta karya-karya mereka. Selalu saja ada kesulitan-kesulitan, tetapi ia mempercayakan diri sepenuhnya kepada Hati Kudus Yesus. “Dia-lah yang melakukan segala sesuatu, bukan kita,” demikian ia akan berkata.
Moeder Cabrini wafat di Chicago pada tanggal 23 Desember 1917. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII pada tahun 1946.
Wanita kudus ini mampu melakukan begitu banyak karya kebajikan bagi sesamanya dengan berpegang pada moto hidupnya yang diambil dari kata-kata St. Paulus: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
23 Desember | St Yohanes dari Kanty |
Orang kudus Polandia ini dilahirkan pada tahun 1390, putera seorang desa yang baik. Melihat betapa cerdas putera mereka, orangtuanya mengirimkannya untuk belajar di Universitas Krakow. Yohanes berhasil gemilang dalam studinya. Kemudian ia menjadi seorang imam, seorang guru, dan seorang pengkhotbah. St Yohanes juga dikenal karena kasihnya yang besar kepada orang-orang miskin. Suatu ketika ia sedang makan di ruang makan universitas. Saat ia mulai bersantap, terlihat olehnya dari jendela seorang pengemis sedang melintas. Sekonyong-konyong ia melompat dari kursinya dan membawa pengemis itu makan malam bersamanya.
Sebagian orang merasa amat iri atas keberhasilan St Yohanes sebagai seorang guru dan pengkhotbah. Akhirnya mereka berhasil membuat dia dikirim ke sebuah paroki sebagai seorang pastor paroki. Di sini, St Yohanes memberikan segenap hatinya ke dalam kehidupan baru ini. Tetapi, pada awalnya, segalanya tidak berlangsung mulus sama sekali. Orang tidak ambil peduli pada P Yohanes dan P Yohanes takut akan tanggung jawabnya. Namun demikian, ia pantang menyerah; dan daya upayanya pun membuahkan hasil. Pada saat ia dipanggil kembali ke univesitas, umat paroki telah begitu mengasihinya. Mereka mengantarnya hingga separuh perjalanan. Sesungguhnya, mereka begitu sedih membiarkannya pergi sehingga St Yohanes harus mengatakan kepada mereka, “Kesedihan ini tidak menyenangkan Tuhan. Jika aku telah melakukan sesuatu yang baik bagi kalian sepanjang tahun-tahun ini, marilah menyanyikan sebuah lagu sukacita.”
Kembali di Krakow, St Yohanes mengajar kelas Kitab Suci dan lagi, ia menjadi seorang guru yang amat populer. Ia diundang ke rumah-rumah para bangsawan yang kaya. Tetapi, masih saja, ia memberikan segala yang dimilikinya kepada orang-orang miskin dan berpakaian seperti orang miskin pula. Suatu ketika ia mengenakan sehelai jubah hitam yang usang ke sebuah perjamuan. Para pelayan tidak memperbolehkannya masuk. St Yohanes pun pulang dan berganti mengenakan sehelai jubah baru. Dalam perjamuan, seseorang menumpahkan makanan ke atas jubah barunya. “Tak apa,” kata orang kudus kita ini dengan bergurau, “bagaimanapun, jubahku pantas mendapatkan makanan, sebab tanpa jubah ini, aku tidak akan berada di sini sama sekali.”
St Yohanes hidup hingga usianya yang ke delapanpuluh tiga. Lagi, dan lagi, sepanjang hidupnya ia membagi-bagikan segala yang ia miliki demi menolong orang-orang miskin. Ketika orang banyak mencucurkan airmata mendengar bahwa ia di ambang maut, St Yohanes berkata, “Janganlah khawatir akan penjara yang akan binasa ini. Tetapi, pikirkanlah jiwa yang akan segera meninggalkannya.” Ia wafat pada tahun 1473 dan dimaklumkan sebagai seorang santo oleh Paus Klemens XIII pada tahun 1767.
“Bersama kerendahan hati [St Yohanes] mengalir pula kesederhanaan yang bersahaja dan kepolosan; pikiran hatinya diungkapkannya dalam kata-kata dan tindakan. Allah yang ada dalam hatinya dan Allah yang ada dalam bibirnya adalah Allah yang satu dan sama.” ~ Paus Klemens XII
23 Desember | St. Marguerite D'Youville |
Marguerite dilahirkan di Quebec, Kanada, pada tanggal 15 Oktober 1701. Ayahnya meninggal dunia pada tahun 1708 dan keluarganya hidup dalam kemiskinan. Sanak keluarga membayar uang sekolah untuk Marguerite di sekolah biara Ursuline di Quebec. Dua tahun yang dilewatkannya di sekolah asrama mempersiapkan Marguerite untuk dapat mengajar adik-adik lelaki dan perempuannya.
Marguerite seorang yang ramah dan bersahabat. Ia membantu menopang keluarga dengan menjahit dan menjual renda halus. Pada tahun 1722, Marguerite menikah dengan Francois D'Youville. Tampaknya perkawinan itu akan menghantarnya ke suatu kehidupan rumah tangga yang sungguh membahagiakan. Tetapi, dalam hitungan bulan, jati diri Francois yang sesungguhnya mulai muncul. Ia lebih menaruh minat dalam mencari uang daripada memberikan perhatian pada kelaurga. Pekerjaannya adalah berdagang minuman keras secara ilegal. Ia menelantarkan Marguerite sendirian bersama kedua anaknya dan tidak mempedulikan mereka.
Francois meninggal secara mendadak pada tahun 1730 setelah delapan tahun masa perkawinan. Ia mewariskan banyak hutang yang harus dibayar Marguerite. Seorang imam yang baik hati, Pater du Lescoat, memberinya semangat. Pater mengatakan kepada Marguerite betapa Tuhan sungguh amat mengasihinya. Segera Marguerite memulai suatu karya besar bagi Tuhan. Nubuat yang pernah disampaikan kepadanya akan segera menjadi kenyataan.
Pada tanggal 21 November 1737, Marguerite D'Youville menerima seorang perempuan tunawisma yang buta. Ini menandai dimulainya suatu karya mengagumkan dalam pelayanan orang-orang miskin yang sakit di rumah-rumah sakit. Rumah-rumah sakit ini dikelola oleh para biarawati dari ordonya yang baru. Marguerite dan rekan-rekan pertamanya dikenal sebagai “Biarawati Abu-abu”, sebab jubah religius mereka berwarna abu-abu. Para biarawati ini mengambil alih rumah sakit umum di Montreal yang menghadapi kebangkrutan dan dililit banyak hutang. Orang banyak memperolok para biarawati ini. Apalah yang memangnya dapat mereka perbuat? Tetapi Moeder D'Youville dan para biarawatinya pantang putus asa. Mereka bekerja, dan membangun, dan memperbaiki. Lebih dari semua itu, mereka menyambut siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Tak ada seorang pun yang terlalu miskin atau terlalu sakit untuk dapat datang ke rumah sakit mereka. Pada tahun 1765, suatu kebakaran melalap habis rumah sakit, tetapi Moeder D'Youville dan para biarawatinya membangun rumah sakit kembali dalam waktu empat tahun.
Kedua putera Moeder D'Youville ditahbiskan sebagai imam: Charles, pastor Boucherville, dan Francois, pastor St Ours. Pada tahun 1769, Pater Francois mengalami patah tangan. Ibundanya bergegas datang untuk merawatnya. Lima hari dilewatkannya di pastoran. Moeder D'Youville juga sama murah hatinya ketika wabah cacar menyerang. Dan selama Perang Tujuh Tahun antara Perancis dan Inggris, Moeder D'Youville menolong para prajurit dari kedua belah pihak. Ia menyembunyikan para prajurit Inggris dalam ruang-ruang gelap di gudang bawah tanah biara. Di sana para suster dengan sembunyi-sembunyi merawat mereka hingga pulih kembali. Moeder D'Youville wafat pada tanggal 23 Desember 1771. ia dimaklumkan sebagai santa oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 9 Desember 1990. Ia adalah orang kudus pribumi pertama Kanada.
Marguerite dapat mengatasi aneka ragam kesulitan dalam hidupnya melalui imannya kepada Tuhan dan kemurahan hatinya kepada sesama yang membutuhkan. Bersiaplah pada hari ini untuk suatu kesempatan menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan.
24 Desember | St. Sharbel Makhlouf |
Youssef Makhlouf dilahirkan pada tanggal 8 Mei 1828 di sebuah desa di pegunungan di Libanon. Hidupnya biasa-biasa saja. Youssef belajar di sebuah sekolah kecil di sana dan ikut ambil bagian dalam kegiatan di gereja paroki. Ia mencintai Bunda Maria dan ia suka berdoa. Ia mempunyai dua orang paman yang adalah biarawan. Meski Youssef tidak mengatakan kepada seorang pun, ia berdoa kepada Bunda Maria memohon bantuannya agar diperkenankan menjadi seorang biarawan. Orangtua Youssef menghendakinya untuk menikah. Ada seorang gadis yang amat baik di dusun itu yang cocok dijadikan sebagai isteri ideal baginya, begitulah pikir mereka. Tetapi Youssef yakin bahwa itulah saat untuk mengikuti panggilannya menjadi seorang biarawan. Ia menggabungkan diri dalam Biara Bunda Maria dalam usia duapuluh tiga tahun. Ia mengambil nama Sharbel, seturut nama seorang martir kuno. Ia mengucapkan kaulnya pada tahun 1853 dalam usia duapuluh lima tahun. Sharbel mengikuti pendidikan calon imam dan ditahbiskan pada tahun 1858. Ia tinggal di Biara St Maron selama enambelas tahun.
Pastor Sharbel adalah seorang yang khusuk, yang kecintaannya pada doa menjadi cirinya yang menonjol. Dari waktu ke waktu ia akan mengundurkan diri ke pertapaan milik ordo untuk menikmati doa-doa yang lebih mendalam. Duapuluh tiga tahun terakhir hidupnya, dilewatkan Sharbel dalam keheningan pertapaan. Ia memilih untuk mengamalkan hidup yang amat keras. Ia bermatiraga, makan sedikit, tidur di lantai yang keras, dan menghabiskan berjam-jam lamanya dalam doa. Tahun-tahun berlalu dan Sharbel menjadi seorang yang sepenuhnya mengasihi Yesus. Kemudian, sementara ia sedang merayakan Misa pada tanggal 16 Desember 1898, saat konsekrasi, ia terserang stroke. Sharbel terbaring tak berdaya delapan hari lamanya, dan wafat pada tanggal 24 Desember 1898.
Mukjizat-mukjizat mulai terjadi di makam biarawan yang kudus ini. Sebagian dari mukjizat-mukjizat tersebut diterima sebagai prasyarat untuk memaklumkan Sharbel sebagai “beato” dan kemudian “santo”. Pater Sharbel dimaklumkan sebagai santo oleh Paus Paulus VI pada tanggal 9 Oktober 1977. Paus menjelaskan bahwa St Sharbel dengan cara hidupnya mengajarkan kepada kita jalan sejati kepada Tuhan. Beliau mengatakan bahwa budaya kita memuliakan kekayaan dan kenikmatan. Tetapi Sharbel, sebaliknya, mengajarkan kepada kita melalui teladan hidupnya, nilai kemiskinan, matiraga dan doa.
Bagaimanakah jika aku meneladani semangat doa yang dimiliki St Sharbel?
25 Desember | NATAL, Hari Ulang Tahun Yesus |
Waktunya telah tiba bagi Putera Allah untuk menjadi manusia oleh karena kasih-Nya kepada kita. Bunda-Nya, Maria, dan St. Yusuf harus meninggalkan rumah mereka di Nazaret dan pergi ke Betlehem. Alasan perjalanan mereka itu ialah karena Kaisar Romawi telah memerintahkan untuk menghitung jumlah seluruh penduduknya. Jadi, setiap keluarga Yahudi harus pergi ke kota asal leluhur mereka. Oleh karena Maria dan Yusuf termasuk keturunan keluarga Raja Daud, mereka harus pergi ke kota Daud yaitu Betlehem. Memang kaisar yang mengeluarkan perintah, tetapi dengan demikian digenapilah rencana Allah. Kitab Suci mengatakan bahwa Mesias akan dilahirkan di kota Betlehem.
Suatu perjalanan yang panjang serta melelahkan bagi Bunda Maria karena perjalanan itu melewati daerah yang berbukit-bukit. Tetapi Maria tetap tenang dan damai. Ia tahu bahwa ia melaksanakan kehendak Tuhan. Ia bahagia memikirkan Putera Ilahinya yang akan segera lahir. Ketika Maria dan Yusuf tiba di Betlehem, mereka tidak menemukan tempat bagi mereka untuk menginap. Akhirnya, mereka menemukan tempat bernaung di sebuah gua. Di sana, di sebuah kandang yang buruk, Putera Allah dilahirkan pada Hari Natal. Bunda-Nya yang terberkati membungkus-Nya agar hangat serta membaringkan-Nya dalam palungan.
Yesus memilih untuk dilahirkan dalam kemiskinan seperti itu agar kita dapat belajar untuk tidak mengejar kekayaan serta kenikmatan. Pada malam Yesus dilahirkan, Tuhan mengutus para malaikat-Nya untuk mewartakan kelahiran-Nya. Para malaikat tidak diutus kepada kaisar atau pun raja. Mereka juga bahkan tidak diutus kepada para tabib terpelajar atau pun imam-imam kepala. Mereka diutus kepada para gembala yang miskin dan sederhana. Para gembala itu sedang menjaga kawanan dombanya di sebuah bukit dekat Betleham. Segera sesudah mereka mendengar kabar sukacita dari para malaikat, mereka bergegas datang untuk menyembah sang Juruselamat dunia. Kemudian mereka pulang sambil memuji serta memuliakan Tuhan.
Para nabi besar dalam Perjanjian Lama merasa berbahagia dengan janji Tuhan bahwa suatu hari kelak Juruselamat akan datang ke dunia. Sekarang Ia telah lahir di tengah-tengah kita. Kristus datang bagi kita semua. Kitab Suci mengatakan: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.” Jika mereka yang hidup dengan pengharapan akan kedatangan-Nya merasa bahagia, betapa terlebih lagi kita harus bersukacita. Kita memiliki ajaran-ajaran-Nya, Gereja-Nya dan bahkan Yesus Sendiri hadir di altar kita pada setiap Perayaan Ekaristi. Natal adalah saat di mana kita lebih menyadari dari sebelumnya, betapa Tuhan sungguh amat mengasihi kita.
Hari ini akan menjadi hari ungkapan syukur yang luarbiasa oleh karena hadiah Inkarnasi: Tuhan beserta kita. Bagaimana hidupku akan berbeda jika aku tidak pernah merasakan kasih Yesus?
26 Desember | St. Stefanus |
Stefanus artinya mahkota. Ia adalah pengikut Kristus yang pertama yang menerima mahkota kemartiran. Stefanus adalah seorang diakon pada masa Gereja Perdana. Kita membaca kisah tentangnya dalam Kitab Kisah Para Rasul bab 6 dan 7. Petrus dan para rasul lainnya menyadari bahwa mereka membutuhkan penolong-penolong untuk mengurus para janda serta kaum miskin. Jadi, mereka mentahbiskan tujuh orang diakon. Stefanus adalah yang paling terkenal dari antara mereka.
Tuhan mengadakan banyak mukjizat melalui St. Stefanus. Ia berbicara dengan hikmat dan karunia yang membuat banyak dari para pendengarnya menjadi pengikut Yesus. Para musuh Gereja Yesus merasa geram melihat betapa berhasilnya khotbah St. Stefanus. Pada akhirnya, mereka bersekongkol untuk melawan dia. Mereka tidak dapat membantah perkataan-perkataannya yang bijaksana, jadi mereka memerintahkan beberapa orang untuk bersaksi dusta terhadapnya. Saksi-saksi palsu itu mengatakan bahwa Stefanus telah berbicara hujat terhadap Tuhan. St. Stefanus menghadapi gerombolan para musuhnya yang banyak itu tanpa rasa takut. Malahan, Kitab Suci mengatakan bahwa wajahnya menjadi serupa dengan wajah malaikat.
Stefanus berbicara tentang Yesus, menunjukkan bahwa Ia adalah Juruselamat yang dijanjikan Tuhan. Ia mencela para musuhnya karena tidak percaya kepada Yesus. Mendengar itu, mereka menjadi amat marah serta berteriak-teriak kepadanya. Tetapi, Stefanus memandang ke langit dan berkata bahwa ia melihat langit terbuka dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Para musuhnya menutup telinga mereka dan tidak mau mendengarnya lebih lanjut. Mereka menyeret St. Stefanus ke luar kota Yerusalem dan melemparinya dengan batu hingga mati. Orang kudus itu berdoa, “Tuhan Yesus, terimalah rohku!” Kemudian ia berlutut serta memohon kepada Tuhan untuk tidak menghukum para musuh yang membunuhnya. Setelah pernyataan kasih yang sedemikian besar itu, Stefanus pergi untuk menerima ganjaran surgawi.
“Kasih yang membawa Kristus dari surga ke dunia telah membawa Stefanus dari dunia ke surga… Kristus telah menjadikan kasih sebagai tangga yang memungkinkan segenap umat Kristiani untuk mendaki ke surga. Oleh karenanya, berpegang-teguhlah kepadanya, dengan segala ketulusan hati, hendaknya kamu saling membagikan wujud nyata kasihmu itu, dan dengan kemajuanmu dalam kasih, mendakilah bersama-sama.” St. Fulgentius
27 Desember | St. Yohanes Rasul |
St. Yohanes adalah seorang nelayan di Galilea. Ia, bersama dengan St. Yakobus saudaranya, dipanggil untuk menjadi rasul Kristus. Yesus memberi julukan “anak-anak guruh” kepada kedua putera Zebedeus ini. St. Yohanes adalah rasul yang termuda. Ia amat dikasihi oleh Yesus. Pada perjamuan malam terakhir, Yohanes diperbolehkan menyandarkan kepalanya didada Yesus. Yohanes juga satu-satunya rasul yang berdiri di kaki salib. Yesus yang sedang menghadapi ajal menyerahkan pemeliharaan Bunda-Nya kepada murid yang dikasihi-Nya ini. Sambil memandang Bunda Maria, Ia berkata, “Inilah ibumu.” Jadi, hingga akhir hidupnya di dunia, Bunda Maria tinggal bersama St. Yohanes. Hanya Yohanes seorang yang memperoleh hak istimewa untuk menghormati serta melayani Bunda Allah yang tanpa noda.
Pada hari Paskah, pagi-pagi sekali, Maria Magdalena dan beberapa wanita membawa rempah-rempah menuju ke makam Yesus untuk meminyaki Tubuh-Nya. Mereka kembali dengan berlari-lari kepada para rasul untuk menyampaikan suatu berita yang mengejutkan. Tubuh Yesus telah hilang dari makam. Petrus dan Yohanes pergi untuk menyelidiki hal itu. Yohanes tiba terlebih dahulu, tetapi ia menunggu Petrus untuk masuk ke dalam makam terlebih dahulu. Baru sesudahnya, ia masuk dan melihat kain kapan yang telah tergulung rapi. Kemudian, pada minggu itu juga, para murid sedang memancing di Danau Tiberias tanpa hasil. Seseorang yang berdiri di pantai mengatakan kepada mereka untuk menebarkan jala mereka ke sisi lain perahu. Ketika mereka menarik jala mereka kembali, jala itu penuh dengan ikan besar. Yohanes, yang mengenali siapa orang itu, segera berseru kepada Petrus, “Itu Tuhan!”
Dengan turunnya Roh Kudus, para rasul penuh dengan keberanian baru. Setelah Tuhan Yesus naik ke surga, Petrus dan Yohanes menyembuhkan seorang lumpuh dalam Nama Yesus.
Yohanes hidup hampir seabad lamanya. Ia sendiri tidak wafat dimartir, tetapi sungguh ia menempuh hidup yang penuh penderitaan. Ia mewartakan Injil dan menjadi Uskup Efesus. Di tahun-tahun terakhir hidupnya, ketika ia tidak lagi dapat berkhotbah, para muridnya akan membawanya kepada jemaat Kristiani. Pesannya yang sederhana adalah, “Anak-anakku, kasihilah seorang akan yang lain.” St. Yohanes wafat di Efesus sekitar tahun 100.
“Para rasul melihat Yesus secara jasmani, dari muka ke muka; mereka mendengarkan perkataan yang Ia ucapkan, dan setelah tiba saatnya mereka mewartakaan sabda-Nya itu kepada kita. Jadi, kita juga telah mendengarkan, meskipun kita tidak melihat; kita bersekutu dengan mereka, karena kita dan mereka memiliki iman yang sama.” St. Agustinus.
28 Desember | Kanak-Kanak Suci |
Ketika Yesus dilahirkan di Betlehem, Para Majus datang dari timur untuk menyembah-Nya. Sebagian berpendapat bahwa mereka adalah para raja, sebagian lagi berpendapat bahwa mereka adalah para ahli bintang. Para Majus itu menghadap Herodes, sang raja, untuk mencari raja orang Yahudi yang baru dilahirkan, yaitu sang Juruselamat. Herodes adalah seorang penguasa yang licik serta kejam. Ketika didengarnya Para Majus itu berbicara tentang seorang raja yang baru dilahirkan, ia mulai khawatir akan kehilangan tahtanya. Tetapi, ia tidak membiarkan para Majus itu mengetahui apa yang sedang dipikirkannya. Ia memanggil para imam besar serta menanyakan kepada mereka di manakah menurut Kitab Suci sang Mesias akan dilahirkan. Para imam menjawab: Betlehem. “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu,” demikian kata raja yang licik itu kepada para Majus. “Segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.” Para Majus melanjutkan perjalanan mereka. Mereka menemukan Yesus, Sang Mesias, bersama dengan Maria dan Yusuf. Mereka menyembah Dia serta menyampaikan persembahan mereka. Sementara itu, mereka diperingatkan dalam mimpi untuk tidak kembali kepada Herodes. Dan seorang malaikat datang memberitahu St. Yusuf untuk membawa Maria serta Bayi Yesus ke Mesir. Dengan demikian, Tuhan menggagalkan rencana pembunuhan Herodes terhadap Putera Allah.
Ketika Herodes sadar bahwa Para Majus tidak kembali kepadanya, ia menjadi amat marah. Ia seorang yang jahat dan bengis, dan kini rasa khawatir akan kehilangan tahtanya menjadikan kemarahannya semakin hebat. Ia menyuruh para prajuritnya untuk membunuh semua bayi laki-laki di Betlehem dengan harapan Mesias juga akan mati terbunuh. Para prajurit melaksanakan perintah yang menyebabkan banjir darah itu. Suatu kepedihan yang dahsyat meliputi kota kecil Betlehem, sementara para ibu menangisi bayi-bayi mereka yang mati terbunuh. Kanak-kanak kecil itu oleh Gereja dihormati sebagai martir. Gereja menyebut mereka sebagai Kanak-kanak Suci.
Apa artinya menjadi “suci” bagiku? Bagaimana aku dapat menjawab panggilan Yesus untuk menjadi seperti kanak-kanak?
29 Desember | St. Thomas Becket |
Thomas Becket dilahirkan pada tahun 1118 di London, Inggris. Setelah kedua orangtuanya meninggal dunia, ia pergi untuk bekerja di sebuah kantor. Sebagai seorang pemuda, ia suka pergi berburu dan melakukan kegiatan olah raga lainnya. Ketika usianya sekitar duapuluh empat tahun, Thomas mendapatkan pekerjaan di Keuskupan Agung Canterbury. Ia mulai tertarik untuk menjadi seorang imam. Thomas seorang pemuda yang tampan, amat cerdas dan pandai bergaul. Sebentar saja, ia telah menjadi kesayangan Raja Henry II sendiri. Orang mengatakan bahwa raja dan Thomas memiliki hanya satu hati dan satu pikiran - seperti layaknya sepasang sahabat kental. Ketika Thomas berusia tigapuluh enam tahun, Raja Henry menjadikannya ketua parlemen.
Sebagai ketua parlemen Inggris, Thomas memiliki rumah yang besar dan hidup dalam kemewahan. Namun demikian, ia sungguh murah hati kepada orang-orang miskin. Ia seorang yang cepat marah, tapi ia melakukan banyak matiraga juga secara diam-diam. Ia melewatkan berjam-jam lamanya dalam doa, bahkan seringkali hingga larut malam.
Ketika Uskup Agung Canterbury wafat, raja menghendaki paus memberikan jabatan tersebut kepada Thomas. Itu berarti bahwa Thomas harus ditahbiskan menjadi seorang imam. Tetapi, Thomas mengatakan secara terus terang kepada raja bahwa ia tidak ingin menjadi Uskup Agung Canterbury. Ia sadar sepenuhnya bahwa jabatan itu akan menempatkannya dalam konflik langsung dengan Raja Henry II. Thomas tahu bahwa ia akan harus membela Gereja dan bahwa itu berarti masalah. “Kasih baginda kepadaku akan berubah menjadi kebencian,” demikian ia memperingatkan Henry. Raja tidak peduli, dan Thomas ditahbiskan menjadi iman dan kemudian menjadi uskup pada tahun 1162. Pada mulanya, segala sesuatu berjalan lancar seperti sedia kala. Namun demikian, segera saja raja mulai menuntut uang yang dirasa Thomas tidak pada tempatnya dirampas dari Gereja. Raja semakin dan semakin geram terhadap mantan sahabatnya. Akhirnya, ia mulai memperlakukan Thomas dengan buruk. Sesaat, Thomas tergoda untuk sedikit mengalah. Tetapi kemudian ia mulai sadar akan betapa besar keinginan Raja Henry untuk mengendalikan Gereja. Thomas sungguh menyesal bahwa ia bahkan pernah berpikiran untuk mengalah kepada raja. Ia mohon ampun atas kelemahannya itu dengan bermatiraga, dan kemudian ia menjadi lebih tegas dari sebelumnya.
Suatu hari, raja teramat murka. “Tak adakah seorang pun yang dapat mengenyahkan uskup agung ini dari hadapanku?” Beberapa perwiranya menganggapi hal ini secara serius. Mereka bermufakat untuk menghabisi uskup agung. Mereka menyerang Thomas di katedralnya sendiri. Dalam sakrat maut, bapa uskup mengatakan, “Demi nama Yesus dan demi membela Gereja, aku bersedia mati.” Hari itu tanggal 29 Desember 1170. Segenap umat Kristiani di seluruh penjuru dunia terkejut ngeri atas perbuatan yang begitu keji itu. Paus Alexander III menegur raja bahwa ia secara pribadi bertanggung jawab atas pembunuhan uskup agung. Mukjizat-mukjizat mulai terjadi di makam Uskup Agung Thomas. Ia dimaklumkan sebagai santo oleh paus yang sama pada tahun 1173.
“Andai engkau mendapati dalam diriku sesuatu yang kau anggap salah, janganlah ragu untuk memberitahukannya kepadaku secara pribadi. Sebab mulai dari sekarang, orang akan berbicara tentang aku, tetapi tidak kepadaku. Sungguh berbahaya bagi orang-orang yang berkuasa andai tiada seorang pun berani mengatakan kepada mereka ketika mereka berbuat salah.”
30 Desember | St. Anysia |
Anysia hidup di Tesalonika menjelang akhir abad kedua. Tesalonika adalah kota purbakala di mana St. Paulus sendirilah yang pertama-tama mewartakan iman kepada Yesus. Anysia adalah seorang Kristen dan setelah kedua orangtuanya meninggal, ia mempergunakan kekayaannya untuk menolong kaum miskin papa.
Pada masa itu, terjadi penganiayaan yang kejam terhadap umat Kristiani di Tesalonika. Gubernur terutama sekali telah bertekad untuk mencegah semua umat Kristiani berkumpul bersama untuk merayakan Misa. Tetapi, pada suatu hari Anysia berusaha untuk menghadiri pertemuan tersebut. Sementara ia melewati suatu pintu gerbang yang disebut Kasandra, seorang serdadu memperhatikannya. Ia segera menghalangi langkah Anysia serta menyelidiki kemanakah Anysia hendak pergi. Karena amat ketakutan, Anysia melangkah mundur sambil membuat tanda salib di keningnya. Melihat itu, serdadu tersebut mencengkeramnya serta mengguncang-guncangkan tubuhnya dengan kasar. “Siapa kamu,” teriaknya. “Dan kemanakah kamu hendak pergi?” Anysia menarik napas panjang dan menjawab, “Aku adalah hamba Yesus Kristus,” katanya. “Aku hendak pergi ke perjamuan Tuhan.”
“Oh ya?” serdadu itu mengejek. “Aku akan mencegahnya. Aku akan membawamu untuk memuja para dewa. Hari ini kami memuja dewa matahari.” Pada saat yang sama serdadu itu merenggut kerudungnya. Anysia berusaha melawan sekuat tenaga sehingga orang kafir itu menjadi semakin marah. Akhirnya, dalam puncak kemarahan, ia mencabut pedangnya dan menebaskannya ke tubuh Anysia. Anysia pun jatuh tergeletak di kaki sang serdadu. Ketika penganiayaan telah berakhir, umat Kristiani Tesalonika mendirikan sebuah gereja di tempat di mana St. Anysia telah menyerahkan nyawa bagi Kristus. Anysia wafat sekitar tahun 304.
Bagaimana aku dapat menumbuhkan rasa syukurku atas karunia sakramen-sakramen yang aku terima dalam hidupku?
Paus St Sylvester hidup pada masa Gereja Perdana, yakni pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus. Sylvester I dinobatkan menjadi paus pada tahun 314 dan bertahta selama duapuluh satu tahun hingga wafatnya pada tahun 335.
Dikisahkan bahwa pada mulanya Konstantinus menganiaya Paus Sylvester dan umat Kristiani. Kemudian kaisar terjangkit penyakit kusta dan hendak menyelenggarakan suatu ritual kafir sebagai usaha mendapatkan kesembuhan. Ia begitu ingin sembuh. Konon Konstantinus mendapatkan mimpi di mana St Petrus dan St Paulus berbicara kepadanya. Mereka menyuruh kaisar pergi kepada Paus Sylvester untuk disembuhkan. Konstantinus memohon kepada paus agar ia dibaptis dan kaisar dibaptis di Basilika St Yohanes Lateran. Pada saat Pembaptisan, Kontantinus sama sekali disembuhkan dari penyakitnya. Sejak saat itu, Konstantinus tidak hanya mengijinkan agama Kristiani berkembang, malahan ia juga mendorongnya.
Devosi kepada Paus Sylvester I amat terkenal pada masa Gereja Perdana. Ia adalah paus pertama bukan martir yang dimaklumkan sebagai santo. Di Basilika St Yohanes Lateran di Roma terdapat suatu dinding berhiaskan mosaik yang sungguh indah, menggambarkan Yesus memberikan kunci-kunci kuasa rohani kepada Paus St Sylvester I.
Baiklah kita meluangkan waktu pada hari ini untuk mengenangkan begitu banyak rahmat istimewa yang kita terima sepanjang tahun ini. Bagaimanakah Tuhan telah menarikku untuk terlebih dekat kepada-Nya sepanjang masa-masa yang telah lewat itu?
Kristiana W.Marbun (OMK Stella Maris), dari berbagai sumber