Jumat, 09 Oktober 2015

Mari Tingkatkan Devosi Rosario Kita


Setiap bulan Mei dan Oktober kita umat Katolik berdevosi kepada Bunda Maria. Banyak diantara umat yang bingung, apa bedanya bulan Maria (Mei) dan bulan Rosario (Oktober). 

Bulan Mei yang sering dikaitkan dengan permulaan kehidupan, karena pada bulan Mei di negara- negara empat musim mengalami musim semi atau musim kembang. Maka bulan ini dihubungkan dengan Bunda Maria, yang menjadi Hawa yang Baru. Hawa sendiri artinya adalah ibu dari semua yang hidup, “mother of all the living” (Kej 3:20). Devosi mengkhususkan bulan Mei sebagai bulan Maria diperkenalkan sejak akhir abad ke 13. Popular di kalangan Jesuit di Roma tahun 1700-an, dan baru kemudian menyebar ke seluruh Gereja.


Pada tahun 1809, Paus Pius VII ditangkap pasukan Napoleon, dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan. Paus berjanji jika dibebaskan, ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria. Tanggal 24 Mei, Paus dibebaskan, dan kembali ke Roma. Tahun berikutnya ia mengumumkan hari perayaan Bunda Maria, Penolong umat Kristen. 

Devosi kepada Bunda Maria semakin dikenal, dan ketika Paus Pius IX mengumumkan dogma “Immaculate Conception/ Bunda Maria yang dikandung tidak bernoda” pada tahun 1854. Sejak ini devosi bulan Mei sebagai bulan Maria telah dikenal oleh Gereja universal.
Sebenarnya devosi terhadap Maria juga berkaitan dengan jiarah, yakni kunjungan Maria kepada Elisabeth tanggal 31 Mei. Sedangkan bulan Oktober lebih dominan kebaktian yang bersifat 'internal' membangun sikap doa yang khusuk dengan berdoa Rosario. Maria ditetapkan sebagai Ratu Rosari-7 Oktober.

Melalui jiarah, doa Rosario, Legio Maria, Novena 3 salam Maria, dan bentuk2 kebaktian lainnya, orang ingin mengungkapkan penghormatan yang sepantasnya terhadap Ibu Tuhan yang telah membuka pintu Surga yang telah ditutup oleh hawa(dan Adam). Maria menjadi hawa baru-pengantara segala rahmat, dan Kristus menjadi Adam baru bagi keselamatan yang sepenuhnya.

Devosi ini sangat populer dan merakyat karena mudah, sederhana, dan semua orang bisa melakukannya. Tapi kendati disediakan dua bulan yang dikhususkan untuk penghormatan kepada Maria, itu tidak berarti menggantikan/melampaui hormat dan pemuliaan kepada Yesus sebagai Juruselamat yang sesungguhnya. Tanpa Yesus, Maria bukanlah apa2, tetapi keputusan Maria untuk menjawab Ya atas rencana keselamatan, itulah yang membuka jalan keselamatan bagi kita semua.

Bulan Oktober=bulan Rosario
Penentuan bulan Oktober sebagai bulan Rosario, berkaitan dengan peristiwa pertempuran di Lepanto pada tahun 1571. Kala itu negara- negara Eropa diserang oleh kerajaan Ottoman yang menyerang agama Kristen. Situasi genting, agama Kristen terancam punah di Eropa. Menghadapi ancaman ini, Don Juan (John) dari Austria, komandan armada Katolik, berdoa rosario memohon pertolongan Bunda Maria. Umat Katolik di seluruh Eropa juga  berdoa rosario untuk memohon bantuan Bunda Maria.
Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama- sama dengan banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto. Walaupun nampaknya mustahil, namun pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemudian, Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober. Kemudian penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Hari Raya Rosario Suci.

Mengapa harus berdevosi kepada Bunda Maria dan Berdoa Rosario?

Harus kita bedakan antara penghormatan dengan penyembahan. Penyembahan (atau latri, worship, adoration) hanya kepada Tuhan Yesus Kristus. Sedangkan kepada Bunda Maria dan orang-orang suci lainnya serta benda-benda rohani adalah penghormatan (atau dulia, veneration).
Baik bulan Mei ataupun Oktober, adalah bulan yang dikhususkan untuk menghormati Bunda Maria. Tradisi devosional yang sangat populer di kalangan gereja Katolik ini berjalan sudah sejak lama, berkaitan dengan ditetapkannya juga Maria sebagai Ratu Rosari yang makin mempopulerkan doa rosario menjadi doa yang merakyat. 

Sejarah Doa Rosario
Doa Rosario merupakan devosi non-liturgi yang sangat populer di kalangan umat Katolik. Melalui doa Rosario yang terdiri dari rangkaian manik-manik umat Katolik merenungkan karya penebusan Kristus di dalam 15 peristiwa Sejarah Keselamatan umat manusia.

Rosario berasal dari kata bahasa Latin yaitu rosa yang artinya bunga mawar. Rosario sendiri dapat diartikan sebagai rangkaian bunga mawar. Dalam budaya masyarakat Eropa bunga mempunyai arti yang sangat penting yaitu sebagai tanda cinta atau hormat. Pada abad pertengahan umat Kristen yang menyadari diri sebagai hamba-hamba Maria merangkaikan bunga mawar untuk dipersembahkan kepada Maria. Mereka meletakannya di rumah ibadat di depan gambar atau patung Santa Maria. Dalam proses merangkaikan bunga mawar itu, mereka mengucapkan litani pujian kepada Maria.

Jaman dulu doa-doa Gereja berpusat pada mazmur Daud. Ada sekitar 150 mazmur yang biasa didoakan oleh para rahib di biara. Mereka membagi 150 mazmur itu atas tiga bagian yaitu waktu doa pagi, siang dan malam sehingga menjadi 3 kali 50 mazmur. Namun demikian tidak semua umat dapat membaca atau memiliki buku doa mazmur. Sebagai gantinya mereka mendaraskan doa Bapa Kami (sebagai ganti dari 150 mazmur Daud). Dan untuk menjamin konsentrasi dalam berdoa, mereka memakai bantuan hitungan tasbih.

Struktur rosario perlahan-lahan berkembang antara abad ke-12 dan abad ke-15 seiring juga dengan perkembangan doa Salam Maria. 

Dominikus dari Prussia, seorang biarawan Carthusian, pada tahun 1409 mempopulerkan praktek mempertalikan 50 ayat mengenai hidup Yesus dan Maria dengan 50 Salam Maria. Pada masa itu, bentuk doa ini dikenal sebagai rosarium (“kebun mawar”) yang berarti bunga rampai. Istilah ini dipergunakan untuk menyebut suatu kumpulan bahan yang serupa, misalnya suatu bunga rampai kisah-kisah dengan subyek atau tema yang sama.

Pada abad ke-16, struktur lima misteri rosario didasarkan pada tiga rangkaian peristiwa: Peristiwa GEMBIRA, Peristiwa SEDIH dan Peristiwa MULIA. Setelah penampakan Bunda Maria di Fatima pada tahun 1917, pada akhir setiap misteri ditambahkan doa : “Ya Yesus yang baik, ampunilah segala dosa kami, lindungilah kami dari api neraka. Hantarlah segala jiwa ke dalam surga, terlebih jiwa yang sangat membutuhkan kasih sayang-Mu.” 

Semangat dan minat umat Katolik terhadap doa rosario mendorong Paus Leo XIII secara resmi menetapkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Beliau menulis: "Kepada Bunda Surgawi ini kita telah persembahkan kembang-kembang mawar pada bulan Mei, maka kepadanya kita juga hendak mempersembahkan panen buah-buahan yang berlimpah pada bulan Oktober dengan hati yang penuh ikhlas." Pada tahun 1885 beliau mengatakan bahwa umat dapat memperoleh indulgensi dengan berdoa Rosario pada bulan Oktober.

Makna berdoa rosario
Tiap butir rosario yang kita daraskan, kita diajak melangkah bersama Maria. Bunda Maria senantiasa menjadi teladan iman dan pelindung orang-orang Kristen yang percaya. Ketika Malaikat Gabriel datang kepadanya, ia percaya akan warta yang disampaikan malaikat dan tetap teguh pada imannya tanpa ragu sedikit pun meskipun harus melewati pencobaan gelap Kalvari. Bunda Maria mendampingi kita juga, yang adalah saudara dan saudari Putra-nya, sepanjang ziarah kita di dunia yang penuh dengan kesulitan dan mara bahaya.

Selama berabad-abad telah banyak umat Kristiani mengakui bahwa doa Salam Maria dan Rosario merupakan sumber rahmat rohani. Iman Maria pada Yesus tak dapat diragukan lagi. Iman Maria itu layak kita teladani dalam hidup kita sebagai umat beriman.
Ada 15 janji Bunda Maria kepada orang-orang yang berdoa Rosario, antara lain:
1.     akan menerima rahmat yang istimewa.
2.     Rosario akan menjadi perisai ampuh melawan kejahatan.
3.     Tidak akan dikuasai kemalangan.
4.     Jika berdoao Rosario sepanjang hidup maka saat ajal, akan menikmati ganjaran pada kudus di surge; membebaskan dari api pencucian.
5.     Akan ditolong Bunda Maria, mereka semua yang menganjurkan Rosario Suci.



Edi Petebang, disadur dari www.katolik.org